DUA PILIHAN

310 17 2
                                    

Baca bismillah dulu

Oke, selamat membaca.

•••

"Beberapa malam yang lalu gue tidur sama Abyasa."

Asadel yang hendak menyuap mie nya langsung menghentikan gerakan nya, dia menaruh garpu itu kembali sambil menatap Adzana seakan begitu shock dengan ucapan temannya barusan.

Adzana takut sekali sebenarnya saat mengakui ini. Tapi harus ada orang yang tahu tentang ini, dan Adzana fikir Asadel satu-satunya yang boleh tahu fakta ini.

"Kalau mau bercanda jangan kelewatan deh, kalo gue keselek mie gimana?" Sewot Asadel.

"Gue serius. Gua tidur sama dia seminggu yang lalu. Waktu gue nginep di rumah orang tuanya." Ucap Adzana.

Asadwl membanting garpunya ke mangkuk dan suara dari benda itu membuat Adzana terlonjak kaget.

"Dia maksa lo? lo dilecehin sama dia?" Tanya Asadel dengan mata melotot sempurna seperti hendak menghajar Abyasa saat ini. Namun melihat Adzana menggelengkan kepala, wajah Asadel langsung berubah pucat.

"Gue nyerahin diri gue gitu aja. Gak ada pemaksaan sama sekali." Ucap Adzana jujur.

"Sinting lo?"

Adzana menghela nafas gusar. "Dia bilang dia cinta sama gue malam itu. Dia bilang dia bakal tanggung jawab kalau nanti terjadi sesuatu. Dia bilang dia mau nunjukin kalau dia serius mau milikin gue seutuhnya."

"Terus lo kasih gitu aja? lo tolol apa gimana, sih, Adzana???" Teriak Asadel tepat di depan wajah Adzana. Beruntung saat ini mereka sedang ada kost'an Asadel yang sepi.

"Del, please, jangan marah dulu. Gue cerita ini cuma ke elo karna gue fikir lo bisa jadi orang yang gua percaya dan gak akan marahin gue." Ucap Adzana.

Asadel menggeleng tidak habis fikir. "Darimana lo punya fikiran kalau gue gak akan marah saat denger fakta ini? Adzana gue udah bilang hubungan lo sama dia itu aneh, jangan berharap apa-apa. Jatuh cinta aja gue bilang jangan, ini lo malah ... " Asadel menarik rambutnya, frustasi.

"Del, jangan marah. Gue bakal urus masalah ini sama dia, gue sama dia yang bakal jalanin semua konsekuensinya." Ucap Adzana.

"Terus kenapa lo ngadu ke gue? lo fikir gue gak ikutan puyeng denger cerita hidup lo?" Tanya Asadel sewot.

"Karna gue butuh temen yang bisa ngasih pandangan nya. Gue gak mungkin cerita ini ke mama dan minta solusi dari mama atau ayah. Makanya gue dateng ke elo." Ucap Adzana.

"Ngapain gue ngasih solusi panjang lebar kalau ujungnya lo tetep milih jalan sendiri? gue bilang jangan jatuh cinta, eh lo malah tidur sama tuh cowo." Asadel menunjuk wajah Adzana dengan telunjuknya.

"Lo bilang waktu itu jangan jatuh cinta sebelum ada kepastian. Dia bilang sama gue kalau dia cinta, makanya gue nyerahin diri gue." Ucap Adzana.

Asadel menggeleng. "Gak gitu konsepnya, bego. Kalau dia cinta yaudah kalian jalanin hubungan secara jelas, pacaran, tanpa ada ikatan perjanjian. Bukannya malah tidur berdua!" Lagi-lagi Asadel membentaknya.

"Atau lo juga udah cinta sama dia makanya lo nyerahin diri gitu aja?" Tebak Asadel, dan Adzana menunduk, wajahnya terlihat bingung.

"Anjing. Lo cinta juga sama dia? Pantesan!" Asadel menatapnya tidak percaya. "Wajar sih kalau sampe tolol kaya gini, makanya gue benci banget sama yang namanya cinta."

"Del ... " Adzana mengambil sebelah tangan sahabatnya dan menggenggamnya. "Gue harus gimana? gue gak berani, gue gak tahu gimana cara bilang ke dia kalau gue juga ... " Adzana menunduk lagi, tidak melanjutkan kata-katanya, gadis itu merasa bingung.

Falling First [TAMAT]Where stories live. Discover now