bintang yang terang

283 10 3
                                    

-estRella-

Aku telah selesai,
Sudah usai segala usahaku untuk mendapatkan maaf darimu.
Aku sudah selesai,
Sudah habis waktuku untuk terus tetap bersama, sudah tuntas waktu untuk membuat hangat hatimu.
Maafkan aku,
Aku baru menemanimu beberapa waktu, namun aku berjanji akan selalu ada dihatimu selamanya.


Bunyi sirine ambulans sudah terpakir dihalaman mansion. Seluruh pandangan tidak lepas dari satu peti yang membawa jasad adik sekaligus kakak di mansion Lee ini.

Peti yang membawa chaeyoung sudah diletakan di tengah-tengah banyaknya orang dengan busana hitam-hitam dan sebagian dari mereka mengenaskan busana formal karena mereka adalah kerabat mendiang tuan jongsuk dan istrinya.

Tangan jisoo bergetar untuk sekedar membuka peti yang berisikan adiknya. Saat dibuka, wajah adiknya yang pucat masih terlihat cantik. Tangisan pecah saat melihat chaeyoung tertidur didalam peti matinya.

Jennie menghampiri lalu bersimpuh didepan peti chaeyoung, ia kecup kening adiknya tulus dan membiarkan sejenak. Mata kucingnya terpejam erat menahan isakan yang mengganjal tenggorokannya.

“Selamat tidur adik blondeku. Aku menyayangimu, kau adalah hadiah terindah yang Tuhan berikan untukku. ” jennie perlahan mundur dari dekat chaeyoung.

Diikuti oleh lisa yang mengganti jennie berada di dekat chaeyoung. Ia kecup kening kakaknya sama seperti jennie, membiarkannya larut sejenak dalam perasaannya.

“Aku akan menunggumu malam ini, mimpi yang indah chaeyoung unnie. Aku menyayangimu~”

Alih-alih menggantikan lisa berada di dekat chaeyoung, sulung kim itu justru hanya terdiam tak berekspresi pada jarak yang cukup jauh. Hyeri yang mengganti giliran untuk mengucapkan selamat tinggal pada sahabat nya.

“Sahabatku paling kuat, akhirnya kalah juga. Walaupun begitu aku bangga padamu chaeyoung-ah. Tunggu aku disana, sampaikan salamku pada tuhan terimakasih sudah menciptakan manusia sebaik dirimu. ”

Peti itu akan segera ditutup, jisoo masih enggan untuk mendekat. Dia tetap mematung bersama para tamu yang datang melayat.

Seluruh pandangan para tamu yang terus bermunculan untuk memberikan ucapan belasungkawa terhenti kala mendapati seorang pria paruh baya dan wanita paruh baya menangis, penampilan mereka begitu berantakan terlebih sang wanita.

Gadis kim yang sedari tadi terdiam karena merasakan kehilangan membuat nya tidak bertenaga, kini melangkah menemui sepasang paruh baya itu. Sorot matanya bergantian melirik tajam mereka.

Saat jisoo berada dihadapan mereka, keduanya sama-sama bersimpuh.

“Nona kim, perbolehkan kami untuk melihat putri kami yang terakhir kalinya. ” ujar nyonya kim lirih.

“Ku mohon, aku sudah sangat menyesal tidak mengakui putriku dari jauh hari, jika saja tempo hari aku mengakui bahwa aku sudah mengetahuinya, mungkin putriku akan menyebutkan panggilan yang menurutku langka. ” tutur tuan park.

Gadis berambut sebahu itu menghembuskan nafas gusar, langkahnya terdengar emosi bahkan gadis itu tidak peduli dengan apa yang dia tabrak, asalkan dia dapat sampai didepan pria paruh baya itu.

Tangannya begitu saja melayangkan tamparan untuk tuan park. Pria itu merasakan seperti ada yang membakar pipinya.

“Kau mengetahui bahwa chaeyoung putrimu, dan kau masih bersikap layaknya orang lain? Dimana letak perasaanmu tuan park!!—” teriak hyeri yang terhenti.

estRellasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang