waktu bersama

405 20 1
                                    

                                     -estRella-

Rindu memang tak kenal waktu. Seperti pada malam ini, gadis berbibir hati itu sedang merindukan seseorang yang telah lama pergi. Malam yang kesekian kalinya, dan gadis itu masih membungkus rindunya dalam bungkam. Ketika malam menelan siang, jisoo selalu berharap dan berdoa akan ada adik keduanya saat membuka mata dipagi hari. Perlahan rindu itu diam-diam menyesakkan dada.

“Aku merindukanmu, sangat. Bisakah kau hadir sekali lagi? Seperti yang ku katakan aku akan menggila karena mengharapkanmu. ” gumam jisoo.

Bungsu dari empat bersaudara itu tidak sengaja melihat sang sulung sedang terdiam dihalaman belakang Mansion. Tidak berubah, ketika gadis kim itu sedang berperang dengan pikiran dan perasaan nya, dia selalu menghabiskan waktu dihalaman belakang Mansion.

“Jisoo unnie—” lisa memanggil.

Sulung kim itu menoleh pada arah suara. Sebisa mungkin jisoo menahan sesuatu yang menyesakkan dihadapan lisa dengan membuat senyuman tipis.

“Sedang apa?”

Lisa ikut terdiam di samping jisoo. Kepalanya ikut juga mendongak melihat terpaan langit yang begitu indah.

“Mengatur lalu lintas pikiran yang sedang berisik. ” jawab jisoo.

Gadis berponi itu terdiam. Menjadi seorang profesor memang sulit, namun lebih sulit merasakan rindu yang tidak akan terbalaskan.

“Jisoo unnie, boleh meminjam bahuku atau bahkan pelukanku untuk kau jadikan rumah. Berteriaklah dalam rumah barumu, atau tertibkan pikiranmu dalam rumah yang ku bangun untuk mu.. ” tutur lisa.

Gadis kim itu menggeleng tidak setuju.

“Tak apa jika tak mau menceritakannya. Tapi harus selalu jisoo unnie ingat, telinga mu ada empat. Kapanpun jisoo unnie siap, akan ku pinjamkan dua milikku. ” tambah lisa.

Jisoo kini melirik adik bungsunya penuh arti, tatapan matanya terlihat teduh. Ada rasa yang terus mendorongnya untuk dikeluarkan, namun ada juga keinginan untuk tetap menahannya.

“Bagaimana harimu setelah kepergian chaeyoung?” jisoo mendadak bertanya.

“Boleh ku jawab jujur?”

“Tentu.”

“Aku tidak baik-baik saja, banyak malam kulewati dengan kerinduan. ”

Geming.

Tidak ada suara yang jisoo keluarkan saat mendengar nya. Gadis berbibir hati itu juga merasakan hal yang sama, bedanya dia hanya menahan semua itu dalam diam dan membungkamnya.

“Aku sedikit merasa tenang saat mulai memasuki akademi militer. Aku mendapat banyak teman dan banyak tugas untuk ku selesaikan. Jadi kurasa aku sedikit melupakan kerinduanku pada chaeyoung. ” tambah lisa.

Jisoo masih terdiam dengan tambahan ucapan lisa. Dia mencoba menahan sesak yang terus meluap hingga mengendalikan nya terasa sangat sulit.

“Jisoo unnie—” lisa memanggil pelan.

“Ne?”

“Boleh aku bertanya?” jisoo mengangguk sebagai jawaban.

“Kenapa kau Menjuluki ku dengan julukan anak ayam egois?”

“Itu karena kau tidak pernah mendengarkan ucapanku, untuk tidak mengikuti akademi militer. Aku sangat menghawatirkan kondisimu. ” potong jisoo.

Lisa menurunkan pandangan yang sedari tadi nyaman memandangi langit tak berbintang itu. Wajahnya kini terus menatap samping wajahnya jisoo yang masih terlihat cantik walau dari samping.

estRellasWhere stories live. Discover now