QUEST 8 RAILFANS

3 2 0
                                    

Senja telah tiba dan jalanan di pinggir kota Hellins senyap bagai mati. Jam malam yang diberlakukan di kota itu, mencegah orang-orang untuk beraktivitas setelah matahari tenggelam. Namun, jam malam hanya berlaku bagi mereka yang takut.

Fast berdiri dalam diam di samping kendaraan modifikasinya, sebuah motor berpenerangan redup yang nyaris tanpa suara. Biasanya dia berkumpul di tempat itu bersama beberapa pemberani lainnya dan melakukan hal-hal gila sekadar untuk memacu adrenalin. Mereka adalah Railfans, alias para pengejar kereta api.

Malam ini sedikit berbeda. Fast tidak bisa memberi tahu teman-temannya jika dia akan melakukan sesuatu yang lebih berbahaya dari biasanya. Semua ini demi seorang gadis mungil yang ditemui Fast secara rahasia beberapa hari yang lalu.

Yang Fast tunggu akhirnya datang. Seorang perempuan berjubah hitam yang menggendong ransel kecil berlari dari seberang jalan. Dia terengah-engah dan butuh waktu beberapa detik untuk mengatur napas, lalu dia membuka tudung kepalanya.

Fast tidak mampu berkata-kata. Dia hanya memandang perempuan mungil yang kulitnya memancarkan cahaya kebiruan sambil menahan senyum bahagia. "Oke, Fast, kamu sudah terbiasa mengejar kereta tanpa alasan. Kini kamu punya, dan sepertinya berharga untuk dilakukan," katanya dalam hati.

"Masih ada waktu. Untung saja aku tidak terlambat," kata gadis itu lebih kepada diri sendiri. Dia membuka tangannya yang tertutup jubah dan meniup-niupnya.

Fast melihat luka  menganga di sana. "Helga, apa kamu terluka?" tanyanya khawatir.

"Aku tersangkut di pagar besi, tapi tidak apa-apa. Ayo, Fast, keretanya hampir tiba."

Fast naik ke motornya diikuti Helga yang segera memposisikan diri, nemplok di punggung Fast.

"Kamu berhutang banyak penjelasan padaku, Hel. Sebenarnya kereta apa yan akan kita kejar ini?"

"Ghost train. Kamu udah dengar desas-desus tentang anak hilang di kota?"

"Apa, aku tidak pernah mendengar hal semacam itu."

"Sekarang kamu tahu, dan kita akan mengikuti ke mana mereka membawa anak-anak itu."

"Tapi ... ada yang aneh ... "

"Lihat, Fast! Keretanya datang!" teriak Helga. Refleks Fast menoleh dan dia melihat ada lampu bergerak mendekat.

Fast bersiap, menyalakan kendaraannya dan memainkan gas. Seandainya motor itu dipasangi knalpot biasa, pasti sudah terdengar suara mesin menderu-deru. Bannya sudah siap berputar, tinggal menunggu rem dilepaskan. Lalu, wusshh, mereka berdua melesat sejajar dengan lokomotif.

Fast terus memacu motornya mengikuti jalur rel yang sudah dia hafal. Saat chasing train bersama teman-temannya, Fast tidak pernah kalah. Dia selalu berada di posisi sedikit lebih di depan dari kereta. Namun kereta yang mereka kejar ini berbeda. Kecepatannya melebihi rata-rata padahal gerbong-gerbongnya tampak lebih kuno di tengah kegelapan malam. Asapnya mnegepul pekat dari lokomotif yang terlihat rapuh.

"Kereta apa itu?" teriak Fast.

"Sudah kubilang, itu ghost train. Maksudku kereta yang tidak berasal dari sini.

Belum habis keheranan Fast, lagi-lagi dia dibuat terkejut karena kereta tiba-tiba berbelok padahal Fast sangat yakin tidak ada rel di sana. Dengan cekatan dia ikut mengalihkan jalur ke jalan berbatu. Dia masih belum bisa mempercayai matanya saat kereta itu melayang di udara.

"Itu tidak mungkin."

"Awas, pohon!" Helga mencubit pinggang Fast dan mengembalikan kesadarannya. Nyaris saja mereka berakhir tragis jika Fast tidak sigap membelokkan setang. Jalan yang mereka ambil demi mengejar kereta terjal berbatu tajam. Mereka juga harus menerjang semak-semak.

"Cepat, Fast, kita akan tertinggal." Helga terus meneriaki Fast

"Heh, diamlah, aku tidak bisa berkonsentrasi. Lampu motorku terlalu redup. Aku tidak bisa melihat jalan."

Ajaibnya, tiba-tiba jalanan menjadi terang oleh cahaya biru. Fast menoleh sekejab dan melihat cahaya itu berasal dari tangan Helga.

"Kamu ini sebenarnya apa?"

"Nanti saja kuceritakan. Yang pasti sekarang kita tidak boleh ketinggalan kereta."

Dengan bantuan cahaya itu, Fast bisa menakhlukkan jalanan yang rumit dan berhasil mengejar kereta yang sudah melayang lebih tinggi dari yang tadi.

"Cepat, Fast!"

"Iya, iya. Aduh kamu cerewet sekali." Mereka terus melaju sampai Fast melihat bahaya di depan mereka. "Hel, kurasa kita ada masalah."

"Apa?"

"Lihat saja." Kereta itu terus naik sampai hampir setinggi bukit di hadapan mereka. "Kita tidak mungkin mengejarnya lagi."

"Kamu pasti bisa, lebih cepat, Fast, sekarang!" Fast sudah memacu motor di kecepatan maksimal yang dia bisa kendalikan. Sepertinya Helga mendorong dengan kekuatan ajaib yang dimilikinya sehingga kendaraan roda dua itu melesat bagai bintang jatuh menuju puncak bukit yang bertengger nyaris 90 derajat.

Fast belum pernah merasakan adrenalin sebanyak itu membanjiri tubuhnya. Dia pun berteriak kencang, "Aaaaaaarrrg!" Lalu, setelah sampai di puncak, jantung Fast serasa jatuh dari tempatnya. Semua suara lenyap di telan angin. Mereka berdua terjun bebas ke jurang yang ada di balik bukit bersama motor kesayangan Fast.

"Tamat riwayatku," batin Fast. Dia sudah pasrah dan menunggu saat-saat tubuhnya hancur membentur bebatuan di dasar jurang. Namun yang ditunggunya tidak terjadi. Dia hanya bergelantungan di tengah kegelapan. Setelah dia berhasil menguasai diri, Fast mendongak dan melihat tangan kiri Helga memegangi tudung kepalanya sementara tangan lain berpegangan pada bagian paling belakang gerbong.

"Hai, Fast, syukurlah jantungmu masih kuat." Helga tersenyum mengejek laki-laki jangkung pemberani itu. Helga kemudian mengayun-ayunkan Fast dan melemparnya ke atas gerbong. Fast berteriak sekali lagi. Dia terpental dan hampir jatuh. Untung saja tangannya refleks mencari pegangan.

Setelah Helga berdiri di atas gerbong, dia segera membantu Fast bangkit. "Bagaimana, menyenangkan bukan? Mengejar kereta tidak pernah seseru ini, bukan?" Helga tertawa puas.

"Kau benar. Tapi aku tidak akan pernah melakukannya l;agi. Aku pikir aku tadi sudah mati." Fast berusaha menenangkan diri dengan mengatur napas. "Katakan padaku, jika kamu memang ingin naik kereta ini, bukankah lebih praktis jika kita menyusup saja saat kereta masih di darat? Kereta hantu sialan."

"Astaga, Fast. Tentu saja menyusup akan lebih mudah. Bahkan membeli tiket juga lebih praktis lagi. Tapi jik itu yang kita lakukan, di mana asyiknya coba." Helga menepuk pundak Fast.
"Tunggu sebentar. Maksudmu? Tiket kereta hantu ini dijual?"

"Tentu saja, ya, hanya untuk kaumku sih. Aku beberapa hari berkelana di duniamu dan ingin merasakan keseruan seorang Railfans."

"Lalu soal anak-anak yang hilang tadi?" tanya Fasr. Helga hanya mengendikkan bahu dan tersenyum. "Dasar peri gila."

#unbkwga #wgaexam

THE OLD PICTURE'S TALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang