QUEST 11 THE ANCESTRAL SINS

4 2 1
                                    

Di desa Ivah terdapat satu pohon apel besar yang tumbuh subur dan berbuah sepanjang tahun. Warga desa memagari pohon tersebut dan memberikan sesajen setiap bulan purnama tiba. Meski pun tidak ada papan larangan, tetapi sudah menjadi aturan turun-temurun bila tidak ada yang boleh memakan buah apel tersebut. Semua orang mematuhi tanpa pernah mempertanyakan mengapa buahitu terlarang dimakan, kecuali Ivah.

Dari kecil Ivah memang susah di atur. Beberapa kali ibunya harus menanggung malu atas kelakuan Ivah yang sembarangan. Entah berapa kali sudah Ivah kena hokum. Tetap saja, dia tidak berubah dan mempertanyakan banyak hal.

"Ibu, kenapa kita dilarang memakan buah apel itu? Kelihatannya rasanya enak sekali. Bahkan ada pepatah bahasa asing yang bilang an apple a day keeps the doctors away. Ibu tahu artinya? Satu apel sehari bisa membuat dukun menjauh."

"Dari mana kamu mendengar pepatah konyol itu, Vah?"

"Entah aku lupa. Kurasa aku pernah membacanya di suatu tempat."

"Kalau kamu suka membaca. Kamu pasti sudah tahu kisah tentang Adam dan Hawa yang terusir dari surga karena memakan buah larangan."

"Yah, aku sampai bosan mendengar ceramah itu diulang terus tiap hari Rabu," jawab Ivah dengan malas. "Makanya aku sering bolos tanpa ibu tahu."

"Dan kamu pasti juga sudah membaca tentang Snow White yang nyaris mati karena memakan apel merah pemberian penyihir."

"Ibu mempercayai kisah itu?"

"Ibu tidak seratus persen percaya, yang ibu percaya adalah semua aturan dan larangan yang diberlakukan di desa ini adalah demi kebaikan semuanya. Kita tidak perlu mempertanyakan ini itu, terima saja, dan ikuti aturan leluhur kita. Satu lagi, pepatah yang kamu katakana tadi, yang benar berbunyi an apple a day keeps the lovers away. Kamu tahu 'kan artinya bahasa asing itu?"

 Ivah pergi meninggalkan ibunya yang sedang mempersiapkan makan malam dengan malas. Dia kecewa karena alih-alih mendapat jawaban, dia malah mendapat ceramah seperti acara yang selalu dia hindari. Dia terus melangkah dan tanpa sadar sudah berada di depan pagar pohon larangan. Ivah bersandar di sana dan memperhatikan buah-buah yang mulai berubah warna menjadi kemerahan, lalu lama-lama sembunyi di balik warna matahari tenggelam. Pohon hijau lebat itu pun nampak agung dibentuk siluet senja.

Tiba-tiba Ivah mendengar gemerisik kaki yang bersentuhan dengan rumput. Insting dari rasa takutnya karena berada dekat pohon larangan menyuruh Ivah segera mencari tempat persembunyian. Yang terpikir olehnya hanya lompat di balik pagar dan memanjat pohon. Dia mencari dahan yang cukup kuat untuk menopang tubuh mungilnya dan berdiam di sana.

Betapa terkejutnya Ivah saat mendapati Tuan Ameer, tetua desa yang selalu ceramah tiap hari rabu, berada di bawahnya. Tidak hanya melanggar batas dengan melompat pagar, Tuan Ameer juga memunguti apel merah yang sudah jatuh di tanah. Ivah hampir kehilangan pegangan saat melihat Tuan Ameer memakan apel itu dengan lahapnya.

"Dasar warga desa bodoh. Mau-maunya aku bodohi." Tuan Ameer tertawa licik.

Ivah melihat keajaiban itu terjadi, kulit Tuan Ameer bersinar di tengah kegelapan malam.

#unbkwga #wgaexam

THE OLD PICTURE'S TALEWhere stories live. Discover now