Bagian Sembilan

618 80 4
                                    

MUNGKIN ini bisa disebut sebagai sebuah kebetulan yang menguntungkan, jika dilihat dari sudut pandang Jeongguk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MUNGKIN ini bisa disebut sebagai sebuah kebetulan yang menguntungkan, jika dilihat dari sudut pandang Jeongguk. Berkat rekomendasi dari Mingyu —re: paksaan— akhirnya Jeongguk bergabung dalam sebuah kepanitian pengabdian masyarakat.

Jeongguk menemukan jawaban setelah melihat list anggota panitia. Ada nama Kim Taehyung diantara deretan nama-nama panitia tersebut. Jelas Jeongguk senang dalam hati. Namun mengingat kejadian lusa lalu membuat Jeongguk setia dengan 'marahnya' yang sepertinya tidak dipedulikan oleh targetnya.

Sesuai hasil rapat, Jeongguk dan Taehyung ada di kelompok yang sama. Kelompok mengajar. Kelompok ini kemudian akan dibagi kembali menjadi beberapa divisi didalamnya. Taehyung mengemban tugas di sie acara sedang Jeongguk dipilih menjadi ketua kelompok.

"Gguk, gue udah survei beberapa sekolah di lokasi yang kita pilih, ada sekitar 3 sekolah di daerah yang sama. Gue udah list sekalian udah cantumin detail sekolahnya, bisa lo cek." Lisa, selaku wakil ketua, membuka suara di rapat yang tengah diselenggarakan.

Mereka memang tengah mengadakan rapat, tapi rapat kelompok, jadi bukan rapat umum yang mencakup kelompok pengabdian masyarakat lainnya. Otomatis rapat ini akan dipimpin oleh Jeongguk selaku ketua.

"Wait." Dengan segera, Jeongguk kemudian fokus pada layar ponselnya. Bukan karena tidak professional tapi karena Lisa yang mengirim data tersebut secara softcopy.

"Baiknya gue forward aja kali ya ke grup besar." Lisa bersuara kembali, menunggu jawaban Jeongguk sebelum mengirim file tersebut ke grup besar setelah satu anggukan diberi oleh si ketua.

Grup besar yang dimaksud adalah grup kelompok mengajar. Sedang grup umum adalah sebutan untuk grup seluruh kelompok pengabdian masyarakat. Secara otomatis seluruh anggota kelompok menelaah data yang Lisa kirim. Ada 39 kepala yang berbeda, jadi Jeongguk berinisiatif untuk membuat polling agar pendapat tersampaikan dengan baik.

"Yang pilih sekolah satu siapa, boleh angkat tangan."

"Sekolah dua?"

"Tiga?" Maniknya mengedar menatap seluruh anggotanya. Jeongguk kemudian mengangguk-angguk setelah menemukan hasil.

"Jadi kita pilih sekolah dua ya. Cuma gue belum bisa jamin kita bener bisa disana atau enggak."

"Lis, siapin surat-surat yang kita perlu." Lisa mengangguk. Mencatat yang Jeongguk sampaikan di note book yang berwarna merah muda miliknya.

"Buat susunan acara yang bakal kita buat, mungkin ada yang punya usulan? Oh iya, sebisa mungkin yang memang bisa dilakuin sama anak sekolah dasar ya." Tujuan sekolah yang akan mereka datangi memang sekolah dasar. Jadi tidak heran jika Jeongguk meminta masukan untuk anak diusia tersebut.

"Dari gue, mungkin kita buat semacam permainan simple aja. Anak-anak biasanya semangat kalo udah berhubungan sama game." Usulan datang dari Dokyeom. "Cuma untuk game yang pas gue belum kepikiran." Sambungnya kemudian.

"Gue ada ide. Lo tau game yang kalo lo menang suits, temen setim lo bisa maju satu langkah?" Jeongguk selaku yang ditatap mengangguk . "Nah, tapi nanti kita isi kuisnya. Misal kita buat papan bernomor trus mereka yang menang suit bisa pilih angka berapa. Nanti di masing-masing angka ada soal yang harus mereka jawab. Buat detailnya mungkin bisa ditambah sama anak acara."

"Ok, thanks sarannya. Buat anak acara boleh catet ide yang tadi Dokyeom bilang." Taehyung selaku koor acara mengangguk sebelum tangannya bergerak cepat mengetik saran yang disampaikan teman sekelompoknya di note ponselnya.

"Ada lagi?" Mungkin karena faktor waktu yang memasuki jam rawan untuk didatangi kantuk, jadi banyak anggota yang kurang responsif.

"Kalo nggak ada gue tutup rapatnya. Kita ketemu besok lagi buat bahas lebih jauh." Sama seperti anggotanya yang sudah menampakkan raut lelah karena mereka baru saja menyelesaikan jadwal kuliah, Jeongguk juga merasa cukup jenuh untuk berpikir.

"Suratnya bakal disiapin sekre tapi gue dampingin kok. Nanti kalo ada kendala, gue langsung sampein ke lo." Lisa menepuk bahu Jeongguk dua kali. Mengerti sekali tabiat sekretaris kelompok mereka yang sedikit 'berlebihan' kepada Jeongguk. Seperti sengaja melakukan skin-ship atau bicara dengan nada yang menurut Jeongguk dan pendengar lainnya (mungkin) membuat sedikit risih.

"Thanks Lis, gatau lagi kalo bukan lo wakil gue." Memang sengaja dilebih-lebihkan. Jeongguk juga Lisa bahkan tertawa karena ucapan Jeongguk yang terlalu menggelikan untuk keduanya dengar.

Namun meski demikian, Jeongguk secara diam-diam mencuri pandang pada sosok pemuda yang tampak acuh akan sekitarnya. Terlihat mengemas barangnya ke dalam tas sebelum beranjak pergi. Tidak ada tegur sapa selama rapat berlangsung, Jeongguk menghela nafas ketika ruangan telah disisakan untuknya saja.

"Jeongguk sialan." Umpatnya pada diri sendiri. Alasannya karena Jeongguk merasa tidak nyaman dengan aksi mogok bicara pada Taehyung. Seperti ada yang kurang tapi bahkan Taehyung terlihat baik-baik saja, dan karena alasan tersebutlah Jeongguk berakhir berdiri disisi Taehyung saat ini.

"Pulang bareng gue ya." Bukan pertanyaan, Jeongguk membuka suara dengan pernyataan yang ternyata berhasil membuat Taehyung terkejut.

Tubuhnya tersentak dengan satu langkah yang dibawa memberi jarak dari sumber suara. "Gue naik taksi online aja." Katanya kemudian. Penolakan halus yang diberikan dengan gelengan kepala dan manik yang enggan menatap Jeongguk.

"Ada gue, kenapa harus taksi?" Suara Jeongguk melembut. Memperbaiki nada suaranya hingga Taehyung kini berbalik untuk menatapnya.

"Bareng gue ya?" Tanyanya sekali lagi dengan intonasi suara yang masih sama lembutnya. Ada jeda yang tidak panjang sebelum Taehyung mengangguk setuju.

"Tunggu disini, gue ambil mobil dulu." Dengan langkah lebar, Jeongguk berlalu pergi menuju tempatnya memarkirkan mobil.

Tidak butuh waktu lama, mobil yang kini familiar dimatanya telah berhenti di depan mata. Taehyung kemudi bergegas masuk untuk duduk di kursi penumpang di sebelah kursi pengemudi.

Satu lagi kejutan ketika Jeongguk secara tiba-tiba bergerak untuk memasangkan sabuk pengaman. Ada jeda untuk nafasnya berhembus. Taehyung bungkam dengan tubuh yang sedikit kaku.

"Udah makan?" Pertanyaan itu menjadi penyelamat. Dengan wajah yang sedikit kikuk —yang berusaha Taehyung sembunyikan— ia memberi jawaban dengan gelengan kepala. Pandangannya dibawa keluar jendela di sisinya.

"Kita cari makan dulu baru balik ya." Jeongguk tidak menunggu jawaban untuk melajukan mobilnya menempuh jalanan.

Ini tidak baik, bagaimana Jeongguk menangkap wajah malu-malu tersebut meski dalam kurun waktu yang sangat singkat. Namun berhasil membuat senyuman terbit di wajah berahang tegas milik Jeongguk.

Heyo wan!! Tulisan ku di chapter ini diketik cepet tanpa revisi, jadi kalo ada typo tolong kasi tau aku ya😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heyo wan!! Tulisan ku di chapter ini diketik cepet tanpa revisi, jadi kalo ada typo tolong kasi tau aku ya😊

XOXO [KV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang