🎲Cogan🎲

3 1 0
                                    

Apa kabar guys?
Jantung aman?
Ginjal aman?
Kalo semua aman, Alhamdulillah.
Selamat membaca.
Jangan lupa tinggalkan komentar juga ya.

Middle East Restaurant.

"Kapan kalian bakal nikah?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Nusantara. Begitu fokus menyoroti sosok pria di depannya.

Estafet. Calon tunangan Sukma.
Pria itu melirik dengan ekor mata.
"Belum tau." Singkatnya.

Nusa diam dulu sebentar.
Dari awal, wajah Estafet memang sudah ketat. Nusa merasa pria ini tidak suka akan kehadiran dirinya. Terbukti tadi Estafet enggan berjabat tangan saat Sukma memperkenalkan Nusa.

Pria itu lebih memilih diam sepanjang waktu, memainkan Tab tanpa memesan apapun.

"Suka sama Sukma?"

"Enggak." Dengan cepat dan tenang Estafet menjawab. Tanpa beralih antensi.

Kini Nusa merasa bermain teka-teki. Sahabatnya dipaksa berjodoh dengan Estafet yang notabene terlihat tidak tertarik sedikitpun pada Sukma. Jadi kenapa dia minta bertemu di Hotel? Apa maksudnya?

Dan sialnya lagi, Sukma sudah sepuluh menit pergi ke toilet. Tak kunjung kembali.

Nusa berpikir, apakah Sukma sengaja dan hendak menjalankan rencana awal, yaitu mengalihkan Estafet ke Nusa?

Gadis itu mengurut jidat, pening.
Terkadang bingung, sebenarnya Sukma itu betulan polos atau tidak.
Lagipula, lelaki di hadapannya ini tidak cocok untuk Sukma. Ketuaan.

"Kenapa?" Estafet bertanya dengan nada datar, mengejutkan Nusa. Ayolah, siapa kira pria kaku ini memperhatikan?

"Pusing mikirin hidup."

"Hidup memang berat dan banyak co-"

"Masalahnya ini persoalan hidup orang lain." Tandas Nusa menyela omongan Estafet.

Pria yang sempat menatapnya itu kembali berfokus ke layar Tab.
"Jangan dipikirkan. Biar dia urus masalahnya sendiri."

"Maunya sih gitu." Nusa menghela nafas biar lebih rileks, punggungnya bersandar ke kursi.
"Tapi ini soal persahabatan dan perasaan."

"Hm." Estafet menanggapi ketus.
"Makan tuh persahabatan."

"Anjirlah." Ceplos Nusa melotot.
"Pedas kali baba-mu, bang."

( Baba: mulut-Batak)

Pria itu mendengus.
"Memangnya kamu yakin bakal dapat balasan yang serupa dari orang yang lagi kamu urusi sekarang?"

"Yah..." Pandangan Nusa berpindah, menghindari tatapan tajam lelaki tampan itu.
"Kalo pun kebaikan kita gak dibalas orang yang sama, paling nggak Tuhan kasian dan ngirim orang lain buat bantu kita nanti. Namanya juga rantai kehidupan."

Untuk sesaat, Estafet hening.
Kebisingan Restoran kembali menyelimuti keduanya.
Selang semenit, lelaki itu mendengus.

"Ayo pindah tempat."

"Lah kenapa?" Nusa mengerjapkan mata, bingung.

"Aku gak suka makanan di tempat ini. Kalian berdua katro." Ungkap Estafet, bernada dingin namun menampar-nampar hati Nusa.

"Kalo nikah sama lo pasti seminggu aja si Sukma udah lompat ke jurang."

Alis Estafet naik satu.
"Bodoh itu namanya."

"Mulut situ pedes, pak!"

"Aku bukan bapak-bapak. Lagipula yang tadi itu bukan pedas namanya, cuma bicara jujur kok jadi mencak-mencak." Ujar Estafet panjang lebar, sibuk menyimpan Tab miliknya. Mendadak membeku seolah tersadar sesuatu.
"Kamu manggil Lo?"

NUSANTARAWhere stories live. Discover now