🎲Baper🎲

7 1 0
                                    

Mister Don.

Restoran Western bintang lima.
Konsepnya lebih modern.

Dengan perut kembali keroncongan, Nusa menatap buku menu, memesan penuh semangat. Sukma memesan jus semangka saja, berhubung lambungnya kecil.

Estafet mulai memesan makanan-makanan favoritnya. Nusa puyeng mendengar nama menunya. Jadi skip saja.

Suasana sunyi. Estafet kembali diam seperti semula.
Nusa fokus makan dan Sukma menonton drakor melalui ponsel yang di pegang di bawah meja.

Setelah makanan habis, Estafet segera memanggil pelayan untuk membayar semuanya.
"Pertemuannya kan udah selesai, jadi aku harus pergi sekarang." Ujarnya kepada dua gadis imut itu.

"Oh, o-"

"Aku pamit duluan ya." Potong Sukma yang sudah menyimpan barangnya ke dalam tas dan beranjak bangkit.

Nusa melempar senyum seram dan matanya melotot hampir loncat keluar.
"Mau kemana kau, butet?"

( Butet; Anak perempuan-Batak )

"Ada urusan penting." Balas Sukma pelan.
"Makasih ya, Nusa. Kamu bisa pulang sendiri kan?"

"Taik sekali." Geram Nusa bernada rendah nyaris tidak kedengaran.

"Maaf." Sukma membungkuk ala Jepang, kabur dengan mimik prihatin.

Seorang pria di sebelahnya menyulut rokok, Nusa menoleh, Estafet masih duduk di tempat.
"Bentar ya." Nusa buru-buru lari menyusul Sukma.

Begitu sampai di lobi, Nusa langsung mencekal lengannya.

"Eh, Nusa." Sukma menoleh.

"Sukma, lo kenapa pergi?" Tanya Nusa menahan jengkel.

"Nebula nge-chat aku, dia suruh datang nonton Olimpiade."

"Oh." Nusa tak memperpanjang, ia memang kurang dekat dengan Nebula.
"Sukma, gue rasa Estafet itu cowok yang mantap deh. Kenapa nggak lo coba aja jalanin sama dia? Sayang dilepas lho."

Mendung menyusupi mata bening Sukma.
"Aku gak suka...sama dia."

"Ya mungkin sekarang belom, makanya coba pendekatan. Gue ini udah banyak berhadapan sama berbagai macam cowok, gue rasa dia bukan tipe kurang ajar. Lo kan lembut, pasti bisa cocok sama Estafet. Dari pada lo nahan diri demi seseorang yang bahkan lo nggak tau siapa." Nasihat Nusa panjang lebar, menatap tulus sahabatnya yang sudah mendongak.

"Aku nggak bisa..." Sukma bersuara pelan, membuat Nusa menghela nafas.

"Jadi masih kekeuh mau batal?"

"Kalo bisa. Tapi aku nggak mau lebih banyak ngerepotin kamu lagi. Yang penting ketemuannya udah selesai, makasih banyak ya udah nemenin aku. Nanti aku gift 250k pas kamu live."

Ucapan Sukma barusan menyapu habis sisa dongkol di hati Nusa.
"Oke. Tiati." Mereka saling melempar senyum hingga sosok Sukma lenyap di pintu keluar.

Nusa berniat pulang, tak yakin Estafet masih menunggu. Tapi kalau dipikir-pikir, ia tak melihat pria itu keluar.

Akhirnya gadis itu memutuskan mengecek. Dan Estafet masih anteng di tempat duduknya, bertumpu tangan pada meja bundar berkain putih itu. Rokoknya sudah habis.

Agak grogi Nusa menjatuhkan pantat di kursi sebelahnya.

"Dari mana?"

"Itu tadi abis ngomong sama Sukma, kayaknya dia buru-buru mau jadi suporter Olimpiade."

"Hm, biar aja dia pergi." Sahut Estafet. Tangan kekarnya naik satu, memanggil pelayan lalu memesan camilan kacang dan jus.

"Lah?" Nusa melotot heran.

NUSANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang