🌺SAKIT KEPALA🌺

11 2 0
                                    

"Ternyata kasta dan gelar gak menjamin karakteristik seseorang."

-Viva

🌺🌺🌺

Hari sudah gelap.
Viva dan keenam temannya sudah keluar dari Mega Water Park.

Sekarang mereka berkumpul di kafe bergaya Texas modern.
Memesan kopi, sup dan roti bakar untuk menghangatkan diri.

Semua orang diam dan sibuk bermain ponsel. Viva melamun memperhatikan mereka.

Rafaela mematikan ponsel, menggeser duduk dan merapati Viva. "Sayang, traktir aku lagi dong. Itung-itung menyambut kesembuhan kamu."

Viva berdehem, kemudian mengangguk kecil. Ini yang ketiga kali Rafaela minta dibayari. Saat di Mega Water Park, Rafaela bilang harga kemahalan untuk makanan mereka, lalu lupa bawa ATM sementara uang cash tidak cukup untuk beli baju ganti. Viva mulai menangkap maksud dan tujuan di balik setiap sikap manisnya.

Setelah Viva setuju, Rafaela bersorak pelan dan lanjut bermain ponsel.

Makanan datang. Viva mengusap air liur yang merembes di sudut bibir. Sumpah aroma roti bakar selain blueberry ini luar biasa enak. Bagaimana lagi rasanya?

Cetek!

Mata Viva silau terkena flash. Ternyata Richard yang duduk di sofa seberang mengambil foto candid Viva.

Jimmy berdehem, Rafaela dan Rose senyam-senyum. Viva menatap tak mengerti ke arah Richard yang tersenyum tipis.

"Masih cantik."

Di sebelah Richard, terlihat wajah Hanna memerah dan nafasnya tidak santai.

"Gak sopan," ucap Rose sambil meminum susu madu miliknya.

"Kita kan udah tiga tahun berteman," sahut Richard, memandangi foto yang baru di ambilnya.

Hanna bangkit dari duduk, kedua tangannya mengepal.
"Richie, aku mau ngomong sebentar."

"Apaan?" Richard tampak cuek bahkan enggan menatap.

"Aku mau ngomong sebentar sama kamu. Ikut aku sekarang ke toilet," ulang Hanna dengan suara bergetar. Tanpa menunggu jawaban, dia melesat ke toilet yang ada di ujung. Meski malas-malasan, tetapi Richard tetap beranjak dan menyusul.

"Mau ngomong apa mau main?" Rose tersenyum jahil setelah kepergian dua orang itu.

Viva yang bengong sedari tadi makin heran.
"Mereka pacaran?"

"Enggak," jawab Rose yang tersenyum sembari menyantap makanannya.

"Halah, kalo gue rasa si Richard pasti udah bosen sama Hanna," Wildan bersuara, Viva langsung menoleh padanya.

"Bosen gimana? Tapi mereka gak pacaran?"

"Lo beneran amnesia?" Sorot mata Wildan dingin dan misterius, Rose menyikut pelan lengannya.

"Jangan ngomong lo-gue."

"Biarinlah. Orang dia aja gak ingat," balas Wildan kemudian bersedekap dada.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 16, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TRANSMIGRASI Tukar NasibWhere stories live. Discover now