33. Petaka

2.6K 333 6
                                    

Di depan gerbang, Rahman berdiri tegak dengan pakaian rapi dan sorot mata yang tajam. Sebagai pengawas sekolah yang bertugas menjaga ketertiban dan kedisiplinan, hari-hari Rahman selalu dimulai dengan rutinitas yang sama.

Seperti biasa, Rahman memeriksa satu per satu murid yang berlalu di depannya. Para murid dengan seragam mereka yang teratur berhasil melewati inspeksi pertamanya. Namun, mata Rahman tertuju pada sosok seorang murid yang tidak disiplin.

Rambutnya yang kusut, tidak memakai dasi dan baju seragam yang di keluarkan.

"Dasinya mana?" Rahman menghalangi langkah pemuda itu yang lebih tinggi darinya. Namun siswa yang bertulisan Samuel di seragamnya mendorong bahu Rahman untuk menjauh. "Lo siapa, j*ng?"

Petugas lain menghampiri mereka "Ngga usah kasar ya"

Samuel menatap tajam petugas yang kini menatapnya tajam "Sampah! Minggir lo semua" desisnya

Melihat tatapan Samuel yang menakutkan membuat beberapa petugas lain menatapnya ketakutan. Mereka saling berbisik "Itu anak baru, kan?"

"Ganteng banget" siswi yang berada di belakang Samuel berdecak kagum.

"Takut gue" balas temannya risau

"Dasinya pake dulu, setelah itu boleh masuk" Tukas Rahman dengan tenang

"Lo siapa, polisi? Atur-atur orang seenaknya"

"Kita hanya menjalankan tugas sekolah" secara tiba-tiba Samuel tertawa kemudian meludah sembarangan seraya menatap remeh mereka.

"Cupu!"

"Rapihkan seragamnya" Tukas Rahman mencoba lebih sabar

Samuel mengumpat lalu menarik kerah Rahman.

Dari kejauhan Desi melihat pertikaian itu sambil tertawa puas "Sukuriiin tuh ada yang nyerang, suruh siapa lagaknya sok kayak tentara. Modal wajah kayak parutan kelapa aja sombongnya minta ampun"

Ranin, yang berdiri di samping Desi, menatap temannya dengan heran. Bagaimana mungkin ada seseorang yang bersyukur karena sedang terlibat dalam perkelahian?

Tatapannya tidak sengaja melihat Niscala mendekati PDS yang sedang bertugas. Lantas Ranin mengikutinya

"Rahman" Niscala mengisyratkan Rahman untuk membiarkan Samuel "Siapa lo?" Tanya Samuel pada Niscala dengan pandangan menantang. Ia tak suka melihat siswa-siswa yang sok berkuasa.

"Siswa Bina Mulia" balasnya datar. Samuel mengeluarkan umpatan sebelum melangkah pergi dengan dagu terangkat angkuh.

"Lo nggapapa?" Tanya Niscala melihat Rahman yang masih terkejut

"Gapapa"

"Nis" Niscala menoleh kaget mendapati Ranin yang menghampiri mereka

"Kenapa sekolah, udah sembuh?" Tanya Niscala menatapnya serius

"Udah kok, tinggal bindengnya aja" jelas Ranin seraya tersenyum mempertegaskan ia sudah baik-baik saja. Walau suaranya masih terdengar perau.

"Samuel anak pindahan dari Bina Karya" ucap Ranin tiba-tiba. Rahman yang mendapat informasi itu sama menolehnya. Sebagian petugas ikut penasaran dan mendekat "Dia di keluarin dari sekolahnya gara-gara pernah bikin onar"

"Bukannya sekolah kita ngga nerima anak yang bermasalah?" Tanya Rahman dengan raut yang tak suka, ia sudah di rendahkan depan banyak orang.

"Yang berduit yang berjaya, Man" Ranin mengamati area ini sudah mulai sepi karena hampir jam tujuh pagi.

"Bokapnya punya supermarket" tambahnya yang membuat Niscala mengerutkan alis

"Tau dari, Nin?" Tanya petugas lain

The Exploranin : where are you? [END]Where stories live. Discover now