51. Menyelesaikan

3.5K 435 31
                                    

Dengan seragam olahraga yang rapi, Niscala mengenakan sepatu badminton yang kokoh dan raket bulu tangkis di tangan kanannya. Matanya yang berwarna cokelat memancarkan tekad dan fokus, siap menghadapi tantangan dalam permainan.

Rambutnya yang sedikit kecokelatan terlihat mengkilat karena keringat, menandakan betapa intensnya permainan yang telah mereka jalani.

"Raket lo ngga enak" dengan alis mengkerut, Niscala menghentikan permainnya bersama Rahman. Ia mengamati raket yang baru di beli Rahman lalu ia di suruh mencobanya.

"Mahal-mahal gue beli reket itu dua juta" sahut Rahman menerima uluran raket dari Niscala. Keduanya berjalan ke arah tempat tas mereka berada.

Tak sengaja Niscala melihat teman perempuan se klub nya pergi namun meninggalkan jaketnya.

"Anin..."

Rahman yang mendengar panggilan Anin dari Niscala segera menyapu pandangannya, mengapa bisa Anin kesini?

"Anin..." panggilnya lagi dengan langkah yang lebih cepat, Rahman menatap arah pandang Niscala pada perempuan berkucir kuda. Perempuan itu menoleh "Jaket lo ketinggalan"

"Lo panggil gue dari tadi?"

"Iya dari tadi gue panggil"

"Perasaan lo manggilnya Anin, bukan Delvi" detik itu pula Niscala tersentak

"But thanks ya Nis"

"Sejak kapan Delvi jadi Anin" Niscala mendengar kekehan Rahman di sampingnya.

"Kebanyakan mikirin Ranin, sampai salah panggil orang" lanjutnya

Dengan kerutan di alisnya, Niscala berdecak lalu duduk di kursi yang ada tumbler miliknya, meneguk isinya. Rahman pun ikut duduk di sampingnya.

"Orang lama emang punya tempat tersendiri ya Nis" ucap Rahman sambil menoleh pada Niscala.

"Tapi gue ngga nyangka nama Anin bakal meluap di mulut lo. Untung itu gue, kalau bareng Rania, gue ngga jamin dia bakal ngga kesel," lanjutnya dengan sorot mata mengejek.

Kerutan di dahi Niscala menandakan pikirannya sedang berkecamuk tak nyaman. "Rania tahu soal, Anin?" tanya Rahman dengan rasa ingin tahu.

"Gue hanya mau memulai hidup baru sama dia, ngga perlu ungkit masa lalu," sahut Niscala dengan hati tegar.

"Tapi masa lalu lo belum beres, Nis," timpal Rahman dengan serius.

Niscala membalas tatapan Rahman dengan penuh tekad, "Gue harus paksakan diri perjuangkan dia di saat udah punya komitmen dengan orang lain?"

"Komitmen?" Tanya Rahman bingung, mencoba mencerna informasi yang didapat.

"Saka," balas Niscala dengan ekspresi tak suka.

Rahman akhirnya mengerti "Terakhir curhat sama istri gue sih, Ranin menolak lamaran Saka lagi karena belum move on tapi kan lo udah ada Rania"

0O0

Di malam hari yang cerah oleh sinar bulan, suasana restoran Ranin dipenuhi dengan cahaya gemerlap lilin dan senyuman penuh harap. Semua karyawan dengan rapi berbaris, membawa tumpeng cantik sebagai kejutan ulang tahun untuk Ranin.

Ketika Ranin memasuki ruangan, ia terkejut. Sorak sorai riang segera menggema, mengiringi lagu selamat ulang tahun yang merdu. Dikelilingi oleh karyawan yang bahagia, Ranin merasa begitu diberkati dan dicintai.

Tumpeng indah dihadirkan dengan bangga, mencerminkan kasih sayang mereka untuk sang pemilik restoran. Tawa riang dan ucapan selamat membuat malam ulang tahunnya tak terlupakan.

The Exploranin : where are you? [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora