29- Takut jadi durhaka

412 78 5
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

******

Sekitar pukul setengah enam sore, kamar Chandra baru selesai dibersihkan. Kamar bernuansa abu-abu itu tampak berbeda dari kondisi awalnya, terlihat lenggang sekali. Terutama pada bagian lemari kaca yang semula terdapat banyak piala di sana. Kini, hanya tersisa beberapa buah saja.

"Kak Radja keterlaluan." Gumam Riani ketika melihat begitu banyak barang milik Chandra yang pecah.

"Harus dikasih pelajaran emang tuh orang. Liat aja, gue obrak-abrik balik kamarnya nanti." Balas Restu.

"Jangan, nanti dikiranya malah kak Chandra yang suruh. Udah, kita diem aja." Cegah Riani.

Restu menghela berat. "Iya juga."

Riani memasukkan pecahan barang-barang milik Chandra ke dalam kantung plastik untuk membuangnya. Restu pun melakukan hal yang sama.

"Kenapa, sih, orang-orang baik selalu banyak yang musuhin. Mereka kan gak salah." Ujar Riani.

"Kadang, orang-orang jahat itu diperluin supaya orang-orang baik terlihat lebih bersinar." Balas Restu.

"Hm?" Riani menoleh cepat. "Maksudnya?"

"Kisah Nabi Musa itu gak akan keliatan heroik kalah Fir'aun nya gak jahat-jahat amat. Nabi Musa itu lebih bersinar justru karena bisa mengalahkan Firaun yang kejahatannya udah diluar nalar." Jelas Restu analogis.

Riani mengerjap pelan, kemudian mengangguk.

"Restu bener." Lirih Riani pada akhirnya.

"Udah, lah, ayo buang." Ajak Restu sembari mengangkat salah satu sisi kantung plastik besar itu.

Riani mengangguk pelan dan mengangkat sisi kantung plastik yang lainnya. Mereka berdua pun keluar dari kamar sang kakak untuk membuang pecahan barang-barang itu ke tempat sampah.

"Ri." Panggil Restu tiba-tiba.

"Apa?" Jawab Riani.

"Mamah sama Papah mau—"

"Tau, Mamah cerita sama Riri kemarin. Riri gak setuju, udah, Restu jangan banyak tanya lagi." Ujar Riani tegas, tidak ingin Restu membahas tentang perceraian kedua orang tuanya lagi.

"Mereka mana peduli kita setuju atau enggak, kalau mau cerai, ya, pasti cerai aja." Balas Restu.

Riani menunduk dalam.

"Masih sama-sama aja Papah sama Mamah gak peduli sama Riri, apalagi kalau mereka udah pisah? Riri pasti dibuang, gak dianggap ada lagi." Lirih Riani dengan suara yang mulai bergetar.

CULTURE SHOCK!!Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt