O5 - Demosi

721 58 17
                                    

Kalula menggigit bibirnya dengan gugup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalula menggigit bibirnya dengan gugup. Ia tidak peduli jika gigitan itu melukai bibirnya. Baginya itu adalah salah satu cara agar ia bisa mengalihkan ketakutannya karena untuk pertama kalinya ia harus berhadapan sendirian dengan Erick Thohir Big Bossnya. -atasan, atasan langsung para eksekutif.

Semua ini gara-gara si sialan Luke Edwin yang mendadak menjadi sangat menyebalkan karena menambahkan klausa lain secara mendadak. Bisma di panggil karena dianggap gagalnya kerjasama terjadi di bawah tanggung jawabnya sedangkan Kalula dia tidak tahu kenapa ia ikut dipanggil secara pribadi kecuali kalau Luke Edwin benar-benar berulah karena insiden di Cruise.

Kalau benar begitu - cih gak laki banget.

"Saya sempat mendengar dari bisma ada insiden di Cruise waktu itu. Saya ingin mendengarkan dari prespektif kamu."

"Itu-"

"Jangan merasa terbebani saya hanya tanya saja."

Walaupun Erick berbicara begitu itu bukan permintaan tapi perintah mutlak yang harus Kalula jalankan sebagai kacung dan walaupun Erick Thohir tidak menatapnya marah atau memojokkannya Kalula merasa terdesak dan terbebani.

Kalula menimbang, bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan yang menjebak itu. Dia kan tidak tahu apa yang Bisma bicarakan! Kalau nanti dia salah menjawab dan tidak sesuai dengan perkataan Bisma bagaimana?

"Itu saya hampir di lecehkan," kata Kalula menunduk dalam, wanita itu berkata dengan hati-hati memilah kata yang paling pas untuk di utarkan. Dia tidak bisa berbohong apalagi lawan bicaranya adalah menteri BUMN sendiri.

Ia menunggu respon dari Erick Thohir yang terdiam beberapa saat. Seolah sedang meresapi baik-baik perkataan Kalula, mungkin pria paruh baya itu tidak menyangka akan mendapatkan pengakuan yang begitu jujur tanpa basa-basi.

"Oh itu-Bisma sudah mengatakan sedikit garis besarnya. Saya turut menyesal mendengarnya."

"Dan seseorang yang tidak dikenal membantu saya, menghentikan Sir Luke."

"Seberapa parah? Saya dengar Luke di hajar," tanyanya mendadak sangat antusias.

Erick menyatukan tangannya di atas meja kelihatan sangat menunggu jawaban dari Kalula. Sedangkan wanita itu meringis benar-benar tidak ingat apa yang terjadi di sundeck malam itu. Hanya kilas kilas bayangan yang dapat ia ingat. Sejujurnya malah ingin melupakannya saja karena kejadian itu adalah aib baginya.

Memilih menyelamatkan diri sendiri ditengah ketidak pastian Kalula memilih mengarang jawabannya berharap apapun yang ia katakan benar toh hanya dia-pria itu-dan tuhan yang tahu kebenarannya bukan?

"Bukan di hajar pak, mungkin istilahnya bogem satu kali Pak."

Kekecewaan tergambar jelas di wajah Erick Thorir membuat Kalula mengerutkan alis tebalnya. "Yahhh padahal saya berharap dia di hajar, sebagai Erick Thohir diri saya sendiri, saya berharap banget kalau Luke Edwin mendapatkan ganjaran karena memperlakukan orang seenaknya."

Erick bergumam tidak jelas membuat Kalula yang meragukan pendengarannya mendongak menatap Erick dengan tatapan bertanya.

"Ya Pak?"

Erick Thorir menggelengkan kepalanya. "Nope ...."

Erick berdehem sebelum melanjutkan perkataannya "Saya paham sekarang garis besarnya sebagai atasan kamu, saya sangat menyesalkan tindakan Luke Edwin karena tidak sepantasnya dia memperlakukan kamu seperti itu, saya juga menyayangkan hal seperti ini mempengaruhi profesionalitasnya dalam pekerjaan," katanya dengan santai.

Sesantai apapun pembawaannya kalau yang dibahas masalah pembatalan kerjasama dan masalah rumit yang di buat Luke Edwin, Kalula ingin pingsan saja rasanya.

Hei bung yang dibahas ini pasti nominalnya pasti sepuluh digit lebih kalau disuruh ganti rugi Kalula gak akan mampu, walaupun dia bekerja sampai tua sekalipun.

"Maaf Pak."

"Bagaimanapun juga ini bukan salah kamu. Saya bersyukur bajingan itu setidaknya sudah diberi pelajaran, tapi saya dengan berat hati juga menyampaikan kabar tentang hal ini Kalula keputusan pusat ...."

Kalula menahan nafasnya, genggaman tangannya semakin erat. Dia menunggu dengan jantung berdetak keras menunggu keputusan akan tindakannya.

"Untuk sementara ini kamu stay ikut tim media PSSI ya dan-"

"Saya di pecat Pak?"

Potong Kalula dengan cepat, matanya melotot saking terkejut dengan keputusan itu. Dia ini salah satu pegawai PT. Freeport bagaimana bisa di dipindahkan di instansi lain?

"Nggak lah, saya belum selesai bicara loh ini." Erick terkekeh geli melihat Kalula yang panik.

"Kemarin kayaknya saya udah spill kamu dan Bisma loh kalau kedepannya kita bakal banyak proyek dengan PSSI deh."

"Maaf Pak."

"Gak apa-apa wajar, jadi kayaknya kamu stay away dulu sama proyek proyek kamu lainnya dan fokus dengan kolaborasi PSSI ya ini bukan hukuman, mutasi atau demosi loh ya anggap aja belajar hal baru."

Kalula tersenyum setengah hati dan menganggukkan kepalanya pasrah. Kalau boss besar sudah bertitah dia bisa apa—

Tapi .... tunggu dulu bukannya kalau dia menangani proyek PSSI dia bakal bertemu dengan Diaspora  —atau Rafael Struick? Setelah semua hal yang dia katakan?

Mati dia!

"Sudah itu saja yang mau saya sampaikan kamu boleh keluar," kata Erick Thohir mengibaskan tangannya.

Kalula mengangguk menyempatkan untuk menunduk hormat sebelum melipir keluar dengan langkah seribu, walaupun otaknya saat ini betulan kosong dan tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Red StringWhere stories live. Discover now