O2 - The Boy

834 60 0
                                    

Bisma Sanjaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisma Sanjaya

La, ini Sir Luke Edwin tiba-tiba di Den Haag minta meeting lanjutan. Kamu diam dulu ya di room kamu. Gak usah ikut ketemu Sir Luke biar saya yang handle. Kayaknya ini masih berkaitan dengan masalah kemarin di Cruise. Tapi gak usah khawatir.

***

Kalula Janitra, membaca sederet kalimat yang dikirimkan oleh Bisma lewat sebuah pesan singkat dengan helaan napas kasar. Ini bukan yang pertama kalinya bagi Kalula mendapatkan instruksi di last minute seperti ini. Tapi apapun itu dia masih harus berterimakasih kepada Bisma setidaknya dia tidak harus bertemu dengan Luke Edwin setelah malam menyebalkan itu!


"Oh selamat!" Gumam Ginerva dengan suara pelan.

Wanita itu memasukkan ponselnya ke saku dan memutar badanya untuk kembali ke room, dia tidak jadi ke Restaurant Hotel. Langkah kaki Kalula agak dibuat terseret dan matanya menyipit tidak niat melihat ke kanan dan ke kiri mencoba mencari sederet angka bertuliskan dua lima kosong di board pintu kamar -kamar yang tadi dia tempati.

Setelah berjalan cukup jauh dari lift wanita itu akhirnya menemukannya tepat berada di sebelah ujung kamar terakhir yang langsung berbatasan dengan jendela kaca super besar di tengahnya.

Saat dia akan menempelkan keycardnya di panel, pintu sebelahnya terbuka dengan lebar.

"Kalula Janitra?"

Suara itu terdengar beberapa detik setelah pintu kamar dua lima kosong satu terbuka.

Kalula terdiam di tempatnya menyadari kalau suara itu bukan milik Bisma, manajernya punya suara yang berat dan datar bukan suara yang penuh warna seperti itu. Dia berbailk dengan nafas yang tertahan.

"Kita bertemu lagi ya?" tanya suara itu retoris.

Kali ini disusul dengan kemunculan tubuhnya di depan Kalula membuat wanita itu reflek bergerak mundur dengan mata yang menatap waspada ke depan, lebih tepatnya menatap pria yang mengenakan kemeja putih bersih dan celana bahan hitam.

Rambut coklatnya yang agak acak-acakan terlihat semakin acak-acakan saat tangan lebar pria itu mengusapnya dengan kasar.

Kalula melarikan telunjuknya ke depan wajah pria itu tanpa sadar. "Anda ada di sini?" tanyanya dengan nada suara yang agak keras terlalu terkejut dengan kebetulan yang sangat menyebalkan ini.

Luke Edwin menaikkan sebelah alisnya dan menatap wanita di depannya dengan kening berkerut.

"Bukankah Bisma Sanjaya sudah mengatakan kalau siang ini kita makan siang bersama?" tanyanya menatap Kalula dengan mata yang menyiratkan kalau wanita itu konyol karena menanyakan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.

"Makan siang apanya! .... oh sial tentu saja!" Seru Kalula.

Mendengar kalimat rancau yang diucapkan Kalula membuat Luke mengehla napasnya dengan kasar.

"Berhenti bersikap konyol Kalula kemarin malam saya memaafkan kamu dan kemarilah sekarang ayo kita makan siang!"

Perintah Luke dengan nada mutlak yang terdengar begitu familiar di telinga Kalula entah mengapa, pria itu masih sama seperti diingatnnya! Tidak berubah.

"Oh! Pak Bisma pasti sudah menunggu Anda kok di sana jadi silakan," kata Kalula berseru dengan kesal karena perintah tidak menyenangkan yang ia dapat dari Luke.

Luke berbalik lagi dan menatap Kalula dengan tidak suka, raut wajahnya tengah menyiratkan segala hal dan itu terlihat menakutkan bagi orang yang mungkin pertama kali melihat Luke Edwin.

"Kalula saya percaya ada beberapa hal yang perlu dibahas setelah malam itu," kata Luke memperingati dengan nada yang rendah.

"Pak Bisma sudah menunggu Anda di sana!" kata Kalula dengan suara yang tegas.

Mungkin sebelumnya Kalula tidak melakukan apa pun untuk melawan dan hanya menuruti segala perintah yang diberikan oleh Luke Edwin tapi tidak lagi sekarang, tidak setelah apa yang terjadi padanya!

"Kamu hanya pegawai! Beraninya kamu menolak saya?!"

Bertepatan setelah Luke mengatakan kalimat itu Kalula langsung berkelit dan berlari seperti anak kecil.

"Wanita itu!"

Luke yang tidak membayangkan hal itu terjadi sempat tertegun sejenak di tempatnya sebelum dia mendapatkan kesadarannya dan mengejar Kalula yang kabur darinya.

Kalula memacu kakinya lebih cepat saat mendapati pintu lift di ujung lorong terbuka dengan satu lompatan lebar dia berhasil masuk ke dalam ruangan kotak sempit itu dan menekan pintunya agar cepat tertutup karena demi tuhan Kalula benar-benar tidak ingin berurusan lagi dengan klien yang toxic itu.

"Oh sial! Dasar si berengsek tidak tahu malu itu," kata Kalula mengumpat dengan suara yang agak keras karena menyadari kalau Luke sama sekali tidak menyerah.

Pria itu masih berlari menuju dirinya yang jelas-jelas telah terjebak di dalam lift, Kalula tidak lagi punya jalur untuk kabur mengingat dia telah melewatkan pintu tangga daruratnya.

Matanya melihat ke kiri dan ke kanan hingga dia pada akhirnya menemukan orang lain berdiri di belakangnya tampak begitu tenang dan sama sekali tidak terganggu dengan keriuhan yang Kalula ciptakan.

Bagi Kalula keberadaan pria itu seperti oase di padang pasir, dan tanpa banyak berpikir wanita itu membalikkan badan secara sepenuhnya untuk menghadap si pria itu.

"Maaf, saya benar-benar minta maaf," kata Kalula dengan suara yang menyesal sebelum melarikan kedua tangannya untuk mendekap erat pria itu membalikkan tubuhnya dan bersembunyi di antara pria itu dan dinding lift.

"Kalula Janitra kamu-"

Kalula mendadak kehilangan fungsi indra pendengarannya saat pria di depannya bukannya melepaskan dekapannya malah melarikan tangannya ke belakang kepala Kalula menekannya agak keras ke depan hingga secara sepenuhnya tubuhnya tenggelam dalam dekapan pria itu.

Mereka bahkan tidak saling mengenal satu sama lain lantas mengapa saling mendekap erat?

Mereka bahkan tidak saling mengenal satu sama lain lantas mengapa saling mendekap erat?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Red StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang