TSOL: 17.KAMAR MANDI(M)

667 18 0
                                    

Typo tandai
Happy reading

-TSOL-

Vero duduk di pinggir bathtub dan menarik tangan leon agar mendekat dan mendudukkannya di pangkuannya, vero menggunakan satu tangannya untuk kembali menarik tengkuk leon dan menghisap bibir leon yang manis dengan agresif

Satu tangannya di gunakan untuk meraba pinggang leon yang masih tertutupi oleh kaos dengan sensual lalu turun kebawah meremas bongkahan pantat leon lalu menggerakkan jari panjangnya ke atas dan ke bawah celah pantatnya, membuat leon bergidik.

"Engga ve, pantat gue masih sakit. brengsek!" kata leon lagi dengan suara bergetar. Setelah vero menjauh untuk mencium dagu leon sambil menggerakkan hidungnya dari sisi ke sisi. Leon juga merasa sangat lelah, hanya dicium seperti itu membuatnya menggigil. Penisnya dengan mudah bertambah besar meskipun vero hanya menggodanya dengan sentuhan kecil.

"Gue bakal pelan-pelan" kata vero dengan suara serak, hidungnya bergerak bolak-balik di antara pipi leon dan ujung dagunya. Tangannya bergerak perlahan melepas kaos yang sedang leon pakai

"Gue ngga percaya sama lo, lepashh.." leon mendorong kepala vero, tetapi menghentikan dirinya saat lidah hangat vero menyentuh bagian atas payudaranya yang kecil.

"Ah...ah...jangannh..." Leon mengerang dan bahunya sedikit bergetar karena kesemutan. Salah satu tangan vero menopang punggung leon dan tangan lainnya menelusuri celah pantatnya.

Suara isapan di dada bagian atas leon membuatnya merasa malu. Hatinya ingin mendorongnya, mulutnya ingin melarangnya. Tetapi tubuhnya tidak melakukan apa yang diinginkan hatinya, tubuhnya bereaksi terhadap setiap sentuhan.

"Ugh...jangan gigit...sakit...ah!...." Leon berteriak saat vero menggigit bagian atas dadanya. Fakta bahwa leon sakit membuatnya merasa lebih sensitif dengan setiap sentuhan yang vero berikan pada tubuhnya.

"Ah...hmm..." Leon menggigit bibirnya saat vero mengulurkan tangan yang tadi menyentuh pantatnya untuk menyentuh penisnya yang kini membesar. Vero menggerakkan inti leon ke atas dan ke bawah sampai dia bergidik. Leon tidak bisa mengendalikan keinginannya sendiri dan bersandar di bahu vero

"Ah...ah..." Leon menggigit bibirnya untuk menahan erangannya, setiap dia tidak ingin ada suara yang keluar dari mulutnya tubuhnya seperti mengkhianatinya suara desahan selalu keluar setiap vero menyentuh sedikit tubuhnya, rasanya sekarang tubuhnya menjadi sensitif setiap terkena sentuhan tangan vero

Vero tersenyum di sudut mulutnya ketika dia melihat ekspresi leon , menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah berulang kali sebelum merasakan ketegangan di tubuh leon. Vero  menggunakan ibu jarinya untuk menutupi ujung inti leon yang mulai mengeluarkan pre-cum, membuat leon merasa tidak nyaman dan hangat di perutnya karena masih belum keluar. Leon menatap vero kesakitan.

"Lo engga boleh keluar sebelum gue" kata vero, dengan ringan menggigit bahu leon, yang membuat kulitnya semakin merinding.

Dengan satu tangan terbebas vero megambil sebuah benda seperti cincin lalu memasangkannya pada penis leon yang tengah mengacung, Leon membelalakkan matanya

"Ve..sakithh" kata leon memelas, menggigit bibir untuk menekan rasa frustrasinya.

"kalo lo mau keluar lo harus bikin gue keluar dulu" kata vero lagi, leon menatapnya dengan mata tersiksa oleh demam dan keinginan untuk membebaskan diri.

Leon menuntun tangannya untuk membuka resleting celana milik vero lalu mengurut penis besar vero keatas dan kebawah yang membuat vero mendesis nikmat dengan kepala mendongak

The selfishness of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang