Vol 6 Ch 9 - Dialog

14 1 3
                                    

14 Februari XX88

H-52


[Halo semuanya, selamat Hari Valentine. Hari ini, yang mendapat jatah adalah ....]

Krisis Sabag Raya masih belum berakhir. Teror Ubara masih tidak dibendung oleh pihak mana pun. Setiap kali Ubara melakukan siaran langsung, jantung orang-orang akan berdebar. Bahkan tidak sedikit yang menahan napas, berharap serangan Ubara tidak terjadi di dekat tempat tinggal mereka.

Setelah Ubara mengumumkan tempat, sebagian akan menghela napas lega dan melanjutkan aktivitas. Namun, hal yang sama tidak terjadi bagi orang-orang yang berada di tempat serangan Ubara. Kekacauan akan muncul, tidak ada lagi ketertiban. Semua orang akan berusaha kabur, menjauh. Bahkan, tidak jarang muncul korban jiwa karena masyarakat saling mendorong dan mendesak.

Namun, kondisi tidak bertahan sama untuk selamanya. Pada satu titik, masyarakat mengubah cara pikir mereka. Ketika mengetahui lokasi serangan Ubara, masyarakat akan mengenakan over dan mencari elite negara atau politik yang menjadi target. Organisasi masyarakat menyatakan menggeret target ke luar wilayah jauh lebih realistis dan aman dibanding melakukan evakuasi besar-besaran.

Sebenarnya, Presiden Soerahman dan Menteri Pertahanan Ka'i sudah mengisolasi para elite negara dan politik yang menjadi target, jauh dari kediaman masyarakat. Ubara, meski menyadari maksud Presiden Soerahman dan Menteri Pertahanan Ka'i, memilih untuk mengacaukan rencana mereka.

Terkadang, Ubara tidak melepaskan tembakan dengan kekuatan tinggi, sehingga tidak ada warga lokal yang menjadi korban. Namun, terkadang, Ubara juga melepas tembakan dengan kekuatan besar, memakan korban warga sekitar.

{Tahan semua elite yang menjadi target Ubara!}

{Asingkan mereka semua ke luar negeri!}

{Hukum mati mereka semua!"}

Tanpa bisa dibendung, ide-ide radikal pun bermunculan. Masyarakat melakukan demonstrasi, meminta Presiden Soerahman turun dan bertanggung jawab, adalah berita sehari-hari. Meski masyarakat melakukan demonstrasi, pemerintah tidak peduli. Ubara juga tidak peduli.

Sejak awal, Ubara menyatakan dia akan mengeksekusi semua orang yang pernah terlibat secara langsung dan diuntungkan oleh politik kambing hitam. Dengan kata lain, meski elite yang dimaksud sedang tidak menjabat, mereka tetap menjadi target.

Tindakan terorisme kecil-kecilan pun muncul. Bukan hanya para elite negara dan politik, keluarga dan kerabat pun menjadi target kemarahan masyarakat. Tanpa pengawalan polisi dan militer—yang tersisa—mereka pasti sudah menjadi bulan-bulanan. Bahkan ada kasus dimana tentara menjadi bulan-bulanan warga karena melindungi anak elite negara yang sedang berbelanja.

Para pelaku politik kambing hitam akhirnya merasakan hidup yang sama dengan para korban politik kambing hitam.

{Menurut kalian, apakah di negara kita akan muncul orang seperti Ubara?}

{Kalau negara kita mempraktikkan politik kambing hitam, mungkin saja.}

{Dan apa menurutmu negara kita mempraktikkannya? Politik kambing hitam?}

{Pada titik ini, semua negara maju adalah tersangka.}

Serangan Ubara memang hanya terjadi di negara Sabag Raya, tapi ketakutan dan teror yang disebabkan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Warga setiap negara semakin meragukan pemerintah mereka. Tidak sedikit juga muncul gerakan demonstrasi yang meminta pengusutan politik kambing hitam. Namun, tentu saja, semua gerakan itu diabaikan oleh pemerintah setiap negara.


***


23 Maret XX88

OversystemWhere stories live. Discover now