Vol 6 Ch 19 - Setelahnya

5 0 0
                                    

Ledakan.

Teriakan.

Ketakutan.

Putus Asa.

Semua itu tidak pernah mencapai telinga Ubara.

Gelap.

Sunyi.

Hanya dua hal itu yang bisa dirasakan Ubara.

Tanpa Esrafil, semua indra di tubuh Ubara mengalami gagal fungsi. Karena hal itu, telinganya pun hampir tuli. Matany hampir buta. Bahkan, Ubara hampir tidak bisa merasakan tubuhnya yang terbaring di atas bebatuan yang dingin. Saat ini, Ubara merasa seolah dia melayang, tanpa alas atau dasar.

Akhirnya selesai. Sudah selesai.

Di akhir hidupnya, Ubara hanya diselimuti kegelapan dan kesendirian. Namun, dia tidak merasakan kesedihan. Bahkan, samar-samar, terlihat ujung bibirnya masih tersenyum.

Terima kasih, semuanya. Terima kasih. Berkat kalian, aku bisa mengakhiri hidupku tanpa penyesalan.

"Kak Ubara?"

Kesendirian dan isi kepala Ubara buyar oleh panggilan seseorang. Dengan telinga yang hampir tuli, Ubara tidak tahi siapa yang memanggilnya.

Mulut Ubara sedikit terbuka, berusaha bertanya, "siapa?". Namun, tidak satu pun kata terdengar.

"Kak Ubara tidak perlu merespons, Kak. Tidak perlu."

Meskipun tidak bisa mendengar dengan jelas, Ubara bisa merasakan kalau dia tidak perlu membalas. Pada akhirnya, Ubara hanya bisa—sebisa mungkin—mengembangkan senyum. Dia berusaha menyelimuti kesedihan yang didengarnya.


***


"Terima kasih, Kak Ubara, telah berjuang untuk kami."

Sina duduk di atas batu dan meletakkan kepala Ubara di pangkuan. Saat ini, pemandangan yang terlihat adalah seolah Sina tidak mengenakan Over saat memberi bantal pangkuan pada Ubara. Kenyataannya, Sina masih mengenakan over dengan fitur kamuflase.

Selain Sina, Adele dan Gita juga duduk di samping Ubara. Mereka bertiga tahu seberapa buruk kondisi Ubara.

"Terima kasih, Ubara. Berkat kamu, kami bisa mendapatkan hidup layak kembali. Aku, mewakili semua penduduk panti asuhan, mengucapkan terima kasih."

Adele yang pertama kali mulai. Dia menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya. Meskipun belum ada satu tahun sejak Ubara mengenal anak-anak organisasi, Ubara rela mengorbankan diri demi masa depan anak-anak itu. Adele amat sangat berterima kasih.

"Aku juga berterima kasih padamu Ubara. Terima kasih karena telah mengisi masa mudaku dengan penuh kesenangan. Aku benar-benar bahagia memiliki murid sepertimu. Aku benar-benar menikmati masa-masa kita menghabiskan waktu dengan over. Terima kasih Ubara."

Gita mengingat momen-momen yang dia lalui bersama Ubara. Sejak Ubara datang, tidak ada satu pun momen membosankan. Mulai belajar bertarung Over, modifikasi, berpartisipasi di pertarungan liar, sampai menjadi juara dunia. Semua itu mereka lalui bersama. Gita merasa semua itu benar-benar momen yang patut dikenang.

"Aku juga berterima kasih, Kak Ubara. Terima kasih karena telah datang ke kehidupanku. Terima kasih karena Kak Ubara telah menghabiskan waktu bersamaku. Terima kasih karena telah memberiku alasan untuk tetap hidup, Kak Ubara. Terima kasih."

Sina mengingat momen yang dia lalui bersama Ubara. Momen-momen ketika dia berdua bersama Ubara dan melahirkan Overlord. Momen-momen itu tidak akan pernah dia lupakan.

OversystemWhere stories live. Discover now