bab 44 - kehancuran Wiryatama

30 9 0
                                    

Setelah anak buah Jean mengguyurkan air ke gendis,Jean memilih untuk duduk dimana kursi yang sudah anak buah nya persiapkan ada di depan sel tahanan yang ditempati oleh Gendis.

"Hey,kau apa-apaan ini kenapa aku ada disini dan kenapa aku basah?" Tanya gendis dengan bertubi-tubi namun Jean malah menguap dan aksinya disaksikan oleh Gading dan juga Gavin yang tidak jauh dari mereka berdua,Gading yang ada di dalam sel tahanannya mencoba melepaskan namun Gavin menatapnya.

"Hoam,aku bosan sekali. Bagaimana kalau kita bermain saja? Aku dengar kau suka bermain-main dengan korbanmu sebelum organnya kau ambil." Ucap Jean yang sudah berdiri dari kursi lalu berjalan ke sebuah meja yang dimana sudah ada banyak alat penyiksaan yang Axel siapkan.

Gendis yang melihat itu menatap tajam,"kau mau apakan dengan alat itu?" Jean menoleh kearah gendis dengan senyuman miringnya.

"Aku sudah katakan aku ingin bermain denganmu,begitu saja kau tidak paham?"ucap Jean sambil mengangkat sebuah pisau lama yang sudah lama Jean tidak gunakan.

"Nonna Jean maafkan adik saya,lepaskan kami."ucap Gading memohon maaf,namun semua sudah terlambat kesalahan yang di lakukan gendis sudah sangatlah fatal.

Jean memanggil Gavin untuk berdiskusi mau siapa duluan yang bermain,Gavin mempersilahkan Jean bermain terlebih dahulu mengingat markas ini milik Jean.

Jean meregangkan otot-otot tubuh nya,lalu mengambil beberapa pisau dan pistol yang akan ia gunakan. Jean berjalan ke arah sel yang digunakan gendis,"buka pintunya." Ucap Jean kepada anak buahnya bagian menjaga sel,lalu dibukalah pintunya dan Jean masuk.

Terlihat gendis memundurkan badannya sampai ke tembok,"kenapa mundur? Masa sama pisau aja takut,terus kalau kau sama korban itu kau apakan sih aku sangat penasaran sekali. Axel ambilkan laptop dan kau play CCTV yang dimana gendis memperlakukan korbannya dengan sangat brutal" Terlihat gendis mulai ketakutan dan menelan salivanya.

Jean tersenyum sini melihat gendis ketakutan,"makasih Axel bisa kau matikan videonya." Jean menatap gendis yang sudah berkeringat ketakutan.

"Hm sepertinya sangat seru ya menguliti anak kecil tidak berdosa,bagaimana jika aku membalas perilaku yang kau lakukan kepada mereka?" Tanya Jean,berjalan mendekati gendis dengan pisau yang sudah ia bawa.

Jean meletakkan pisau itu di pipi gendis seperti siap menguliti pipi gendis,"bagaimana rasa sakit yang diterima anak - anak itu ya,kau penasaran tidak gendis?" Ucap Jean dengan nada menakutkan.

Gendis sudah sangat ketakutan dihadapannya sekarang bukanlah Jean justru malaikat pencabut nyawa,"lepaskan aku kumohon maafkan aku Jean."

Jean tersenyum miring,"kau yakin? Tapi aku tidak yakin."

Lalu Jean mulai menguliti kulit bagian pipi gendis, semua anak buahnya Jean bergedik ngeri Karna aksi Jean yang sangatlah brutal.

"Akh sakit,maafkan aku Jean." Teriak gendis

"Kau apakan adikku jalang." Teriak Gading saat mendengar suara gendis berteriak.

Gavin menatap gading dan menodongkan pistol di dahi Gading,"kalau kau berteriak,peluru ini akan bebas lepas kena dahimu."

Seketika Gading diam,Gavin kembali menatap aksi Jean yang mulai membuat ukiran di lengan gendis degan bersenandung. Terlihat di wajah Jean tidak ada rasa takut bahkan hanya ada rasa menyenangkan Karna bisa bermain dengan korbannya,"sakit ya? Kan ini yang dirasakan anak kecil saat kau menguliti mereka."

Yaps, apa yang dilakukan Jean sama persis yang dilakukan gendis terhadap anak kecil yang organnya ia jual. Jean terus melakukan aksinya dengan senang sekali,"lebih baik kau bunuh aku saja sekarang." Pinta gendis,ia sudah tidak tahan dengan aksi Jean.

Princess and King Of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang