Bab 15: Saphire, kau dimana?

22 20 0
                                    

Sudah dua minggu semenjak Ruby dan Saphire saling menjauh. Tak ada kemajuan diantara mereka. Bukannya semakin baik, hubungan mereka malah semakin memburuk. Kedua orang itu bahkan seperti orang asing ketika bertemu.

Ruby tak lagi terlalu galau atas renggangnya hubungan mereka. Sepertinya ia terlalu memaksa Saphire untuk menjadi pacarnya. Walau Saphire memang menyetujui permintaannya, tapi tetap saja percuma kalau salah satu orang dalam hubungan mereka tidak didasari oleh cinta. Gadis cantik itu jadi merasa bersalah pada Saphire.

Sebuah nada dering telepon menganggu atensinya. Ia segera mengangkat telepon yang tadi tengah ia taruh di saku rok.

"Hm?"

"Si Tyo nggak dateng ke ekskul basket. Apa kamu tahu dimana dia sekarang? Nggak biasanya dia seperti ini," tanya seseorang di seberang telepon.

"Eh, memangnya ini siapa?"

"Ini Joy, ya tuhan... Kok bisa-bisanya nggak tahu ini suara siapa? Jangan-jangan kamu nggak nge-save nomorku."

"Eh, oh, Joy rupanya. Sebenernya aku udah simpen nomor kamu. Aku nggak sempet lihat nama kontak ini aja. Tadi kan aku gercep angkatnya, kan?"

"Resiko penipuan online terdeteksi sangat tinggi terhadap wanita cantik dan aneh seperti anda, nona... Harap-harap kau bisa lebih ingat untuk memeriksa nama orang-orang yang me-notice keberadaanmu."

"Kamu berniat mengejekku?"

"Tidak, tidak. Sebagai Mantan Pacarnya yang baik, harusnya anda tahu dong biasanya Tyo suka pergi kemana," terang Joy agak geram sembari menekan kata "mantan pacar" tadi.

"Tidak juga. Tentu saja setiap orang memiliki privasinya masing-masing bukan? Begitu juga dengan Saphire. Mungkin saja dia belum mau membagikannya kepadaku. Tidak semua hal harus dibagikan begitu saja. Bahkan, menyembunyikannya mungkin bisa saja lebih baik."

"Iya, iya... tuan putri. Tapi Ruby... Kau benar-benar tidak melihat Tyo?"

"Tidak."

"Ini aneh. Dia itu bukan tipe orang yang bisa membolos kegiatan dengan mudah apalagi di kegiatan yang ia suka. Basket adalah hal terfavoritnya jadi ia tidak mungkin melewatkannya begitu saja." Mata Ruby membulat kala ia mendengar rentetan kalimat itu.

Bagaimana jika...

"Kamu tadi lihat si geng pembully itu tidak?"

"Tidak, memangnya kenapa?"

"Bisa jadi Saphire sedang menjadi boneka mereka. Lelaki itu kan mainan langganan mereka."

"T-tunggu dulu."

"Ada apa?"

"Jangan bilang kalau mereka akan membully Saphire karena..."

*****

Gelap, berantakan, kecil, dan sempit. Saphire perlahan membuka kedua matanya. Kepalanya terasa berat. Kedua tangannya sakit dan sulit untuk digerakkan. Ah, apa kedua tangannya diikat?

Tadi siang, kepalanya dipukul dari belakang entah oleh siapa. Membuat dirinya hilang kesadaran. Tahu-tahu, dirinya malah terbangun di ruangan gelap dan sempit ini.

"Aish, d-di... ngin..." Samar-samar, ia melihat siluet beberapa orang di sekelilingnya.

"Dengan begini, kamera pengawas sudah tidak ada." Sosok itu tersenyum puas ke arah CCTV yang telah dirusak.

Perlahan-lahan siluet bayangan itu mulai terlihat jelas. Penglihatannya tak kabur lagi. Ah, ternyata geng perundung itu lagi ya?

"Hei, Yui... Berjaga-jagalah di depan. Siapa tahu akan ada orang yang datang kesini," titah Hanzo. Yui mengangguk dengan tatapan datar khas miliknya. Ia lalu pergi keluar untuk menjaga ruangan ini.

Gilang tersentak melihat Saphire yang sudah sadar. Ia kemudian berseru, "Guys, si biang keroknya sudah bangun nih..."

Seketika semua atensi anggota lain langsung tertuju ke arah Saphire. Remaja lelaki itu memiringkan kepalanya bingung. Apa maksud dari "biang kerok" yang diucapkan Gilang?

"A-apa yang kalian inginkan?" Saphire bertanya lirih.

Honma menarik kerah seragam Saphire hingga membuat dirinya tercekik. Badannya pun menjadi agak terangkat karenanya. Bagaimanapun tubuh Saphire tak setinggi dan tak seberat Honma sehingga Honma teringin tuk mengangkatnya. Membuat Saphire itu terpaksa menunduk untuk menatap mata Honma. Menyeramkan. Bahkan lelaki yang menarik kerahnya seperti memiliki mata merah yang bisa membunuh siapa saja ketika berani menatap.

"Ini semua pasti ulahmu! Kukira kamu anak pendiam yang patuh, tapi ternyata diam-diam kamu memang brengsek!" teriak Honma penuh emosi.

"A-apa maksudmu?" Saphire tentu saja bingung dengan semua penuturan Honma.

Amarah Honma semakin memuncak mendengarnya. "Jangan pura-pura tidak tahu! Kau pasti yang mengirim teror ke kita, kan? Ayo ngaku!"

"Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak menger-"

Bruk!

Ucapan Saphire terpotong kala Honma mendorong Saphire kencang. Saphire berusaha mengangkat tubuhnya walau dengan tubuh yang lemas.

"Jangan berbohong! Kami jelas tahu kalau kau yang mengirimkan teror-teror itu!" Sekali lagi Honma berseru kencang.

"Tapi... aku benar-benar tidak tahu apapun!"

Hanzo menyadari sesuatu. Saphire harusnya tak mungkin bisa melakukan hal seperti ini, karena seorang Saphire Prasetyo bukanlah orang yang bisa melakukan suatu hal seorang diri. Harusnya ada sosok orang yang membantu merencanakan ini semua.

Apalagi... Saphire itu terlalu baik dan penurut. Hanzo bisa membedakan orang baik dan jahat hanya dengan instingnya. Menurut Hanzo, instingnya tidak mungkin salah. Jadi tidak mungkin Saphire bisa melakukan ini.

"Kurang ajar kau!"

Hanzo menepuk pundak Honma agar lelaki itu bisa mengendalikan emosinya.

"Hei, Belial... Tolong siapkan air mineral yang telah aku minta," pinta Hanzo yang langsung disanggupi oleh Belial.

Lelaki itu kemudian mengalihkan atensi ke arah Gilang. "Gilang, di ruangan sini ada Ac-nya kan? Cepat nyalakan."

"Ada sih. Tapi buat apa?"

"Hanya ingin membuat pertunjukan kecil, kok..." Ketua gang itu tersenyum miring. Menatap Saphire dalam sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Semua orang menatap Hanzo dengan intens. Entah apa yang direncakan oleh orang ini.

******

Ruby tengah berusaha mencari Saphire. Ia sudah mencari ke segala sudut sekolahan. Ia panik. Benar-benar panik, terutama ketika yang ia sukai menghilang.

Joy tadi memberitahu hal yang benar-benar membuat Ruby kesal. Sekarang Saphire pasti tengah berada di keadaan yang berbahaya.

'Saphire... sebenarnya kau ada dimana?' batin Ruby.

Ruby and Saphire [TAMAT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt