12. Pura-pura kaya

21 16 6
                                    

Guys kalian kalau mau lihat lebih jelas lagi, bisa lihat TikTok aku.

TikTok : Wattpad Disa
Instagram : raodatu_09
Facebook : Raodatunisa

Setelah pulang sekolah kemarin, Mahendra dan Alex mengikuti Siskamling diam-diam sampai ke kostnya.

"Makan malam apa nih kita?" tanya Ling Ling.

"Makan telor ceplok lah, irit. Kalau beli di warteg, ya sama aja cuman pake tempe sama kuah sop." Usulan Kama diterima oleh Siska dan Ling Ling. Mereka tak komentar apapun, sadar dengan kondisinya sekarang yang cuman numpang di sini.

"Mereka tinggal di sini? beneran?" Mahendra yang mengikuti diam-diam selalu bergidik. Pemukim sempit ini benar-benar bukanlah tempatnya.

"Ya iya, tuh liat aja mereka masuk," tunjuk Alex.

"Gua gaplok lu Mahesa kalau ngabisin duit buat makan doang. KALAU LAPAR PULANG!" Suara Bu Heni kembali menggelegar dengan senjata sendal jepit yang dilemparkan ke arah Mahesa, namun naas tak mengenainya sama sekali.

"Makanan tuh emang di beli, Mak! masa Mahesa harus minta-minta!" balasnya dengan keadaan kaki telanjang dan masih memakai baju sekolah.

"Lu beli kemahalan! di warteg ada paket sepuluh ribu aja udah kenyang," ujar Heni memberitahu.

"Marahin aja, Bu. Si Mahesa di sekolah mah foya-foya mulu. Makan di kantin aja sok traktir temennya," beber Siska mengompori agar Bu Heni makin marah.

"Gak usah ikut campur ya lo!" sengit Mahesa.

"Heh! Heh! Heh! udah jelas duit abis mulu," ujat Heni.

"Lah emang emak yang ngasih duit sama Eca? kan yang kerja bapak, emak juga minta sama bapak!" Bukannya mendingan situasi, Mahesa malah makin menjadi-jadi. Sebutan Eca memang dari kecil diberikan oleh orang tuanya. Tapi ya gitu, kalau sedang ribut seperti ini nama 'Mahesa' jelas disebutkan secara gamblang.

"Aduh, kita masuk aja deh. Gak enak juga malah ngeliatin kayak gini," bisik Kama. Tetangga yang lewat malah sudah biasa saja.

"Seru kali, Ma. Kapan lagi gue liat si Mahesa banyak bacot itu diomelin sama emaknya," ucap Ling Ling, sesekali tertawa kecil melihat ekspresi menantang dan ketakutan Mahesa.

Di tempat persembunyiannya dibalik gerobak tukang ketoprak. Mahendra dan Alex saling pandang, tujuannya sudah dilupakan dan berfokus kepada Mahesa.

"Jadi, Mahesa tinggal di tempat ini? orang tuanya bukan di luar negeri?" Pada siapa Mahendra bertanya, Alex yang disebelahnya juga tidak tahu dan satu pertanyaan dengan Mahendra.

"Berarti selama ini dia pura-pura. Mahesa bohong sama kita kalau dia kaya." Alex menyimpulkan.

"Sialan! bisa-bisanya dia–"

"Tahan, Dra. Kita gak boleh nyamperin langsung ke sana." Alex menahan tubuh Mahendra yang akan menghampiri Mahesa.

Rencana sudah tersusun di otak Alex, dia memfoto Mahesa dan merekam aksi keributan itu. Tak lupa menyoroti Siskamling juga.

"Kita sebar ini."

"Bagus lah, biar paham kalau dia gak selevel sama kita," ucap Mahendra, menyeringai menatap Mahesa di sana.

Rasa kecewa dan marah Mahendra  menutup rasa pertemanan dekatnya dengan Mahesa. Mahendra ingin tahu, apa alasan dibalik dia berpura-pura selama ini, selain ingin dekat dengannya dan juga Alex.

[••••••]

Suara motor vespa Mahesa terdengar nyaring diparkiran sekolah. Kedatangannya mengundang banyak mata untuk melihat kearahnya begitu intens tanpa sembunyi-sembunyi. Mahesa sadar dia jadi pusat perhatian, dan membuatnya risih dan kesal.

SISKAMLINGWhere stories live. Discover now