BAB 6

23.7K 1.3K 16
                                    

Kadang kita lupa, bahwa setiap orang punya perspektif sendiri, dan hanya melihat sesuatu secara subjektif.

***

Asher fokus menatap seorang gadis yang akhir-akhir ini sering di dapatnya nongkrong di perpustakaan. Setiap gerak-gerik gadis itu, tak luput dari perhatian Asher.

Apa yaa...

Apa yang membuat gadis itu jadi sangat berbeda?

Gadis yang dulu setiap hari selalu mengikutinya, menjadi stalkernya, bahkan gadis yang selalu menjadi perbincangan hangat di sekolah karena kasus pembullyan.

Kini dia berbeda.

Lily, gadis yang diperhatikan itu saat ini sedang menulis sesuatu di sebuah buku jurnal dengan serius. Wajah gadis itu kadang memberengut, kadang tersenyum cerah, dan kadang bengong seperti orang bodoh.

Tanpa sadar Asher mengernyitkan dahinya, bingung melihat tingkah bodoh gadis itu, kenapa ekspresi wajahnya cepat sekali berubah?

Entahlah, sejak Lily jarang membuat kegaduhan, tidak lagi membully, tidak lagi marah-marah, kini Asher malah sering melihat tingkah ajaibnya.

Contohnya saja, saat mereka bertemu secara kebetulan di sekolah, Lily selalu menemukan cara untuk menghindarinya, entah terang-terangan berbalik arah, atau berpura-pura berbincang dengan murid lainnya meskipun sangat kentara bahwa gadis itu tidak punya teman di sekolah, bahkan pernah sekali gadis itu sampai menabrak guru saking paniknya bertemu dengan Asher dan ujung-ujungnya kena marah oleh guru itu.

Pada dasarnya Asher tidak pernah peduli dengan apapun yang di lakukan gadis itu kecuali apabila dia menyakiti Intan, malah bagus jika gadis itu telah berubah, tapi... entahlah, ada perasaan penasaran mengapa gadis itu tiba-tiba menjauhinya.

Kembali pada Lily yang sedang fokus menulis, mendadak berdiri sambil membawa buku jurnal yang dipakainya menulis tadi. Ia berjalan menyusuri rak-rak buku, sambil sesekali melihat kearah buku yang dibawanya. Saking fokusnya mencari buku, ia tidak sadar telah berdiri membelakangi Asher.

"Nah, yang ini sama yang....ini!" Seru Lily senang sambil mengambil satu persatu buku sesuai list yang telah dibuatnya. 

"Hm, terus buku...Aduh!" Pekik Lily kaget saat berbalik malah menabrak sesuatu, "Sorry, sorry." ujarnya sambil memungut buku.

"Matematika terapan?"

Suara bass milik seseorang yang sangat dikenal oleh Lily membuat pergerakan gadis itu terhenti. Ia kemudian menengadah untuk memastikan wajah orang itu, dan benar! 

Lily lalu menelan ludahnya dengan susah payah.

"Emang otak lo mampu buat ngerti matematika?" Kalimat ejekan yang dilontarkan Asher bersama dengan nada remeh itu membuat atensi Lily teralihkan yang awalnya takut menjadi kesal.

"Maksud kamu?" Lily berdiri lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, namun sedetik kemudian tangannya ia turunkan saat bertatapan langsung dengan mata elang milik Asher. Tapi tidak menyurutkan rasa kesal akibat direndahkan oleh laki-laki itu.

"Sesuai perkataan gue, emang otak lo mampu?" Ulang Asher dengan penuh penekanan pada setiap katanya, sambil berjalan mendekat kearah gadis itu.

Lily mundur beberapa langkah, ia mulai panik tapi berusaha untuk tetap tenang, "Ma-Mampu kok!" Jawabnya bersamaan dengan punggungnya yang membentur rak buku.

Tatapan keduanya tidak terlepas, entah apa yang dirasakan Asher, tapi mental Lily sudah tidak kuat. Rasanya ingin kabur saja, apalagi melihat tatapan Asher yang seperti menemukan buruannya. 

MEMORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang