"Kamu beneran Asher?"
Asher menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "Hmm..." Laki-laki itu bergumam, lalu tangannya dengan pelan menyentil dahi Lily, "Kamu kebanyakan mikir."
Lily menyentuh dahinya yang tak terasa sakit sama sekali, dan masih menatap aneh Asher karena tidak terbiasa dengan sikap lembut dari laki-laki itu.
"Kunci mobil," Asher menengadahkan tangannya di hadapan Lily, "Kamu habis ini kerja kan?"
Lily mengangguk kemudian memberikan kunci mobilnya, "Oh iya! Ini laptop kamu." Ucapnya ketika teringat tangan kirinya masih menenteng tas laptop milik Asher.
"Makasih."
"Intan nitip tadi."
Asher tersenyum lembut, "Aku tahu."
Kemudian Asher dan Lily bertukar tempat sehingga Asher yang mengemudi. Selama perjalanan Asher selalu memulai percakapan dengan melemparkan berbagai pertanyaan yang entah mengapa membuat Lily merasa nyaman. Asher seperti tahu cara membuat Lily tidak lagi merasa canggung dan membuat perjalanannya terasa menyenangkan hingga tiba di tujuan.
"Makasih udah nganter." Ucap Lily ketika mereka sudah berdiri di depan studio.
"Iya sama-sama, tapi kenapa kamu tiba-tiba jadi aktif cari uang sendiri sekarang?"
Lily menunjukkan ekspresi bingung, "Maksudnya? Aku kan udah mulai kegitan ini dari tahun lalu. Kenapa baru tanya?"
Asher mengulum bibirnya lalu menggeleng tipis, "Gak kok," jawabnya lalu memperbaiki posisinya, "Kamu masuk gih. Aku balik ke rumah sakit dulu."
"Kamu balik ke rumah sakit naik apa?" Pertanyaan itu tak langsung dijawab oleh Asher lalu Lily menyodorkan kunci mobilnya, "Ini naik mobil aja."
Asher menolaknya secara halus, "Gak papa. Aku bisa naik taksi."
"Naik mobil aja. Nanti aku tinggal minta jemput."
Asher mengambil kunci mobil itu lalu memasukkannya ke dalam tas ransel Lily.
"Ih, kok dimasukin?"
"Aku bener gak papa kok. Kamu masuk gih cepetan, udah di tungguin pasti."
Lily terlihat tak puas, ia ingin Asher menerima niat baiknya agar cowok itu tidak perlu mengeluarkan uang disaat ia bisa menggunakan mobil Lily.
"I'm really okey, sayang. Udah ya, masuk gih, kerjanya jangan sampai kecapean." Asher mencubit lembut pipi Lily dengan senyuman manis yang membuat jantung Lily kembali berdebar.
"Aku pergi dulu." Asher pun mundur beberapa langkah dengan tangan yang sedikit melambai, setelah itu tubuhnya berbalik dan berjalan pergi.
Setelah Asher pergi, Lily menghentakkan kakinya beberapa kali lalu sedikit melompat-lompat saking senangnya dan tak bisa menahan diri untuk berteriak meskipun ia masih bisa mengontrol agar suaranya agar tidak terlalu nyaring.
"Gila gila gila! Bisa gila gue." Ucapnya dengan wajah memerah.
Sungguh, apa Lily bisa menghadapi Asher versi manis seperti ini?
****
Satu bulan telah berlalu.
Hubungan Asher dan Lily telah tersebar di seluruh sekolah. Semua orang terkejut dan tak percaya saat mendengar kabar itu pertama kali, pasalnya Lily telah mengejar cinta manusia kutub seperti Asher sejak menjadi siswa baru dan terkenal menjadi cinta tak terbalas.
Orang-orang pun telah menjadi saksi bagaimana brutal dan gilanya Lily dulu saat berusaha mendapatkan perhatian Asher meskipun laki-laki itu telah menolaknya di depan umum. Pembullyan pun sering dilakukan Lily jika ada siswi yang berani mendekati Asher. Hingga saat tiba-tiba Lily mulai berubah dan tak mengekori Asher lagi, semua pikir Lily telah tersadar dan menyerah mengejar cinta Asher.
YOU ARE READING
MEMORIA
FantasyIni semua adalah tentang memoria (ingatan) dari kehidupan sebelumnya. Tak pernah terpikirkan oleh Lily bahwa dirinya akan diberi kesempatan kedua untuk kembali hidup. Seumur hidupnya, hanya ia habiskan untuk berfoya-foya dan mengejar cinta Asher yan...