BAB 16

15.3K 1K 35
                                    

Luka paling sakit adalah ketika kamu dilukai oleh seseorang yang kamu kira tidak akan pernah melukaimu.

****

Bagi Abian sosok Lily yang ia tahu sejak menjadi siswa baru di SMA Alexandria ini, adalah perempuan jahat yang sering melakukan pelanggaran demi menjadi pusat perhatian. 

Siapa yang tidak kenal Lily? 

Anak tunggal kaya raya yang menjadi donatur utama di sekolah bergengsi ini, terkenal karena cantik tapi sifatnya seperti iblis yang suka melihat penderitaan orang lain. Tidak ada yang berani macam-macam dengan gadis itu, kecuali satu orang yang dengan berani menolak cintanya.

Asher.

Lily jadi seperti gadis bodoh yang naif ketika berurusan dengan Asher. Semua orang di sekolah tahu, kalau gadis antagonis itu jatuh hati berat dengan sosok Asher yang terkenal karena paras dan otaknya yang pintar. Tapi cowok itu juga terkenal dingin tak tersentuh.

Di sekolah ini tidak ada yang berani berurusan dengan Asher, selain karena cowok itu sulit di dekati, ada sosok Lily yang kejam berdiri paling depan apabila ada yang ingin mendekati laki-laki pujaannya. Ia tak segan-segan menyiksa setiap perempuan yang berhubungan dengan Asher. Dan perempuan yang berhasil menjadi sasaran empuk Lily adalah Intan.

Yap, seperti itulah sosok Lily yang Abian kenal hingga saat naik kelas XI, mereka pun satu kelas. Jujur saja, Lily persis dengan desas desus yang sering Abian dengar. Tapi tiba-tiba gadis itu berubah. Entahlah, gadis yang biasanya berisik di kelas karena berusaha mencari perhatian Asher, atau gadis yang selalu menjadi tranding topic karena menyiksa siswa lain, kini menjadi pendiam. 

Lalu suatu hari, Abian sadar bahwa earphone miliknya tertukar dengan seseorang. Pada earphone tersebut, bisa Abian lihat nama Lily terukir disana. Sejujurnya, Abian tidak ingin terlibat apapun dengan gadis itu, tapi ia harus mengambil earphone miliknya yang merupakan pemberian dari seseorang yang sangat berharga bagi Abian. 

Abian pun hendak menukar earphone itu, namun saat bel istirahat berbunyi Lily bergegas pergi dari kelas begitu saja. Abian baru saja menulis di secarik kertas untuk diberikan pada gadis itu karena ia tidak memiliki nomornya, agar mereka bisa bertemu diam-diam di taman. Ia tidak ingin menarik perhatian dengan berbicara langsung di depan orang-orang. Abian tidak membencinya, hanya tidak ingin berurusan.

Melihat gadis itu pergi dengan buru-buru, Abian memilih mengikutinya.

"Perpustakaan?" Gumamnya setelah Lily masuk ke dalam perpustakaan.

Abian kemudian ikut masuk, ia mengambil asal sebuah buku di rak tapi langkahnya tidak berhenti mengikuti gadis yang bolak-balik mengambil buku dari satu rak ke rak yang lain.

Dari pandangan Abian, Lily telah duduk di salah satu meja di dekat jendela. Abian lalu bersandar pada salah satu ujung rak dan diam-diam memperhatikan gadis itu. 

Cukup lama Abian berdiam disana, sampai Lily tiba-tiba mengomel karena sepertinya ia tidak mengerti apapun yang dibacanya. Tak bisa Abian tahan, gadis itu terlihat sangat lucu. Entah apa yang merubah perempuan yang terkenal jahat itu menjadi lebih kalem seperti ini.

Lalu saat Abian mengajaknya bicara, ternyata Lily adalah gadis yang innocent. Jauh dari yang ia pikir selama ini. Apa benar ini adalah Lily yang ia kenal sejak masuk sekolah ini?

Kemudian setelah mengenalnya beberapa lama dan menjadi dekat, Abian semakin tahu bagaimana sifat asli gadis itu. Bahkan perasaan yang mulai tumbuh terhadap gadis itu semakin sulit ia sangkal.

"Gue suka sama lo."

Abian memilih menyatakan perasaannya, meskipun ia tahu kalau gadis itu masih mencintai orang lain.

MEMORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang