Chapter 1

2.2K 139 24
                                    


Derap langkah menggema di sepanjang lorong yang memanjang tak berujung. Kegelapan yang menyelimuti sejauh mata memandang, juga kabut tipis yang semakin membuat kesan menyeramkan semakin terasa. Langkah kaki Chika terus menggema berlarian di atas lantai yang sedikit basah. Bunyi deru nafasnya terdengar bersahutan karena suasana yang sepi nan sunyi.

Dia menelan ludahnya, dengan mata yang jelalatan menatap ke kiri dan kanan. Hanya gelap! Pekat! Dia seperti di kerubungi oleh kegelapan. Langkahnya semakin memacu dengan cepat, saat suara-suara ganjil yang terdengar menyapu kedua telinganya. Suara tangisan, geraman, cacian, nyanyian, hingga deru nafas dari entah makhluk apa yang saling bersahutan.

"Ya Tuhan..."

Kakinya kian melemah, namun dia harus terus berlari jika tidak ingin kegelapan menelannya bulat-bulat. Dia terus berdoa dalam hati, sembari terus memaksa kakinya untuk terus berlari. Peluh sudah membasahi tubuhnya di malam yang sangat dingin ini, dadanya sesak seperti akan meledak. Chika, gadis itu tiba-tiba berhenti berlari, lalu sedikit membungkuk dengan nafas yang naik-turun.

Bug! Bug!

Chika langsung menegakkan badannya, tangan kanannya yang memegang lentera gaib dia arahkan ke sumber suara. Cahaya kekuningan dari lentera gaib itu menerangi ke sebuah spot, matanya memicing, kedua kakinya perlahan melangkah.

"Siapa disana..."

Suara Chika menggema, menembus kedalam kegelapan, kedalam remang-remang sorot lentera gaib yang dia ulurkan kedepan. Tidak ada sahutan, namun desisan angin yang entah dari mana asalnya menerpa tubuh belakangnya, membuat Chika terkesiap dan memutar tubuhnya begitu saja.

Kini yang terdengar hanya deru nafasnya yang kian membabi buta. Chika mendongak, ke arah kegelapan yang kini seperti membentuk pusara. Sial! Dia harus menemukan pintu kamarnya sebelum terlambat, atau sukmanya akan tertahan di tempat ini entah sampai kapan.

Chika kembali melangkahkan kakinya, berlari sekuat tenaga dengan bantuan cahaya dari lentera gaib yang dia tenteng di tangan kanan. Matanya awas menatap ke sekitar, dengan otaknya yang terus berpikir, menemukan pintu kamarnya kini terasa sangat sulit di tengah kegelapan.

Bug! Bug!

Sial! Suara itu lagi! Chika menoleh ke samping, sorot lampu dari lentera gaibnya menerangi ke sekitar. Di tengah keremang-remangan cahaya kuning, matanya bersiborok dengan sepasang mata berwarna merah menyala yang tengah menatapnya. Chika hampir saja terjungkal saat sorot dari cahaya lentera gaib itu semakin memvisualkan makhluk yang tengah berdiri tak jauh darinya.

"Dek... Dek... Bangun dek..."

Suara yang terdengar jauh namun terasa begitu dekat, Chika langsung berbalik badan dan lari tunggang-langgang ke arah semburat cahaya berwarna kebiruan. Namun di sela larinya, dia sempat menoleh ke belakang, dan matanya sekilas melihat gadis kecil yang tengah berdiri di samping makhluk bermata merah itu.



30 menit sebelum Chika bangun.

Bunyi jarum jam terdengar konstan mengisi seluruh ruangan. Sepi dan sunyi karena hari sudah menunjukkan pukul 23.30. Kamar dengan nuansa berwarna putih dan biru itu terlihat tenang, dua gadis belia mengisi didalamnya.

Shani, masih terjaga dan terus berkutat dengan bolpoin dan juga beberapa buku tebal. Tak jauh darinya, sang adik sudah tertidur pulas dengan posisinya yang sedikit aneh.

"Bu Melody nggak kira-kira kalau ngasih tugas..." Shani mendumel, lalu menguap, meregangkan jari-jarinya karena sudah hampir 3 jam dia berkutat dengan tugas-tugas sekolahnya.

Shani melirik ke arah jam dinding yang tergantung di tembok, "Pantesan aku udah capek banget... Udah hampir tengah malam ternyata." Shani kembali menatap tugas sekolahnya, sudah selesei, tinggal menumpuknya esok hari. Lantas dia membereskan buku-bukunya, menata kembali ke dalam rak buku sesuai dengan abjad. Setelah semuanya selesei dia melangkah ke tempat tidur, bibirnya tersenyum saat menatap sang adik yang tengah tertidur dengan mulut yang setengah terbuka.

WENGIWhere stories live. Discover now