Chapter 6

590 83 12
                                    


Malam menggaungkan gema misteri yang terbungkus oleh pekatnya kegelapan. Dini hari ini Chika masih betah duduk berhadapan dengan laptop, sorot dari layar laptop yang menyala menyinari wajahnya yang ayu rupawan. Entah apa yang dia cari, namun sepertinya hal itu tidak dia temukan pada benda elektronik di depannya. Decitan dari kursi belajar yang dia duduki seketika berbunyi saat Chika meregangkan tubuhnya, dia sudah hampir 2 jam duduk sambil terus menatap benda elektronik itu. Alunan lagu time for the moon night dari girl group korea selatan masih mengalun di tengah keheningan.

Lantas Chika menguap, lalu mengucek matanya yang mulai mengantuk, pantas saja dia mengantuk, ini sudah hampir jam 2 dini hari, bahkan Shani sudah dua kali mengigau. Chika melirik ke arah ranjang tempat kakaknya tertidur pulas, dengkuran halus terdengar menyapu telinga Chika. Tak ingin berlama-lama terjaga, Chika menutup laptopnya, lalu melangkah ke arah ranjang, naik ke atas ranjang itu dan mulai merebahkan diri. Dia menarik selimutnya hingga sebatas dada, matanya masih terbuka dan menatap ke dalam langit-langit kamar yang remang.

Helaan nafas keluar dari mulut gadis bergummy smile itu, pikirannya kembali melanglang-buana, lambat-laun matanya mulai berat, lalu menutup di sertai deru nafasnya yang teratur. Chika terlelap begitu saja, kendati musik mp3 player masih memutar lagu dari Westlife - My Love.

Samar terdengar deburan ombak yang memecah bebatuan karang, semilir angin menerpa wajah Chika, matanya masih menutup sempurna. Perlahan gadis itu bergerak karena terusik dengan suara deburan ombak yang menyapu telinganya, lalu bau amis khas pantai yang seperti menusuk-nusuk hidungnya. Mata cerah itu perlahan terbuka, lalu mengerjap memfokuskan apa yang dia lihat. Chika tersentak kaget, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, dia tidak salah lihat, dia berada di pinggir pantai.

Semilir angin menerbangkan helaian rambut panjangnya yang tergerai, Chika bangkit dan berdiri dengan pikiran bingung juga wajahnya yang kini terlihat linglung. Dia masih mencoba mencerna semuanya, baru saja dia tertidur di kamarnya, mengapa sekarang dia bisa berada di pinggir pantai??

Hamparan pasir putih terlihat seperti lukisan aesthetic yang Chika suka, dan kini kedua kakinya yang tidak beralaskan apapun menginjaknya. Chika perlahan berjalan, yang dia lihat hanya pantai yang seperti tak berujung, suasananya hening namun menenangkan, hanya ada Chika yang berada disini.

Dari kejauhan, terdengar bunyi gemerincing seperti kereta kencana, Chika menghentikan langkahnya, berdiri sambil memeluk dirinya sendiri karena terpaan angin yang membuat tubuhnya kedinginan. Suara gemerincing itu semakin jelas terdengar, bersamaan dengan sebuah cahaya terang yang kini memancar dari tengah pantai. Chika memundurkan langkahnya, namun entah mengapa dia tidak bisa mundur lagi, seperti ada kaca pembatas yang terpasang di belakang tubuhnya.

Air pantai yang tadinya tenang, perlahan mulai bergejolak, lalu dari tengah-tengahnya itu muncul ombak yang sangat besar, di sertai moncong seperti ular naga yang keluar dari bawah air, menyembul ke atas. Cahaya terang berwarna hijau itu berpendar, membuat Chika memejamkan matanya karena silaunya. Kehebohan air yang bergejolak berangsur-angsur mulai tenang, di gantikan dengan suara tembang yang membuat mata Chika seketika terbuka. Di tengah pantai, dua ular naga bersisik emas menarik sebuah kereta kencana.

"Kanjeng Ratu Kidul..."

Chika langsung bersimpuh tatkala sesosok perempuan dengan pakaian khas jawa turun dari kereta kencana itu. Kecantikannya tiada tara, tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

"Bangun anakku..." suara lembut yang menenangkan itu membuat Chika mendongak dengan mata yang berkaca-kaca. Kanjeng Ratu Kidul memegang pucuk kepala Chika, membuat gadis itu bangkit. Dia kini bisa melihat jika Kanjeng Ratu Kidul di temani dayang dan juga prajurit-prajuritnya yang semua perempuan.

"Akan ada sesuatu yang besar yang menunggumu. Kamu harus siap." ucap Kanjeng Ratu Kidul.

"Apa itu Ibunda??" tanya Chika, tidak mengerti dengan maksud perkataan beliau. Namun Kanjeng Ratu Kidul hanya tersenyum, lalu memegang pucuk kepala Chika dan sedetik kemudian percikan cahaya muncul begitu saja, Chika berteriak hebat dan jatuh lunglai di atas pasir. Tubuhnya menggelinjang karena tiba-tiba rasa panas menggerogoti tubuhnya.

WENGIWhere stories live. Discover now