Chapter 14

493 78 9
                                    


Bunyi sirine ambulance terdengar nyaring bersamaan dengan deru hujan yang jatuh membasahi kota Jogjakarta. Mobil berwarna putih itu melaju kencang menembus derasnya hujan, membawa seorang gadis yang tak sadarkan diri.

Hujan masih saja mengguyur kota Jogjakarta sampai malam hari, laju hujan yang konstan seperti menjadi tanda jika hujan hari ini tidak akan reda sampai besok pagi. Hawa dingin yang di hasilkan dari musim hujan membuat manusia enggan untuk berlama-lama di luar rumah, mereka lebih memilih menghangatkan diri di rumah sambil menonton netflix, atau sekedar scroll sosial media.

Shani duduk di tepian tempat tidur, dimana Chika tengah terbaring dengan mata tertutup. Pelipis gadis itu terlihat terluka, juga pipinya, luka seperti cakaran memanjang, masih sedikit basah oleh darah. Tangan Shani terulur mengambil kain untuk mengompres kening adiknya itu. Tubuh Chika masih demam, bahkan panasnya hingga 40°. Isakan lirih terdengar, saat tangan Shani menempelkan kain itu ke atas kening Chika, gadis itu masih memejamkan matanya.

"Dek..." Shani memanggilnya lirih, tangannya memegang erat tangan Chika yang panas.

Bug!

Bug!

Shani terdiam seketika, dia melepas genggaman tangannya pada Chika, lalu menoleh ke arah pintu di mana asal suara itu terdengar. Lamat-lamat pandangannya tertuju pada pintu yang kini memperlihatkan sesosok perempuan yang tengah berdiri, dengan dua kaki yang mengambang.

"Surti.. kamu ngagetin aja.." ucap Shani, lalu mengusap airmatanya dengan punggung tangan. Surti mendekat, dengan kepala sedikit tertunduk juga rambut panjang yang di biarkan tergerai berantakan. Hawa dingin dari hujan tergantikan dengan hawa dingin yang penuh keganjilan.

"Mbak Ayu.. Den Ayu sepertinya sedang ngrogo sukmo." ucap Surti dengan suara seraknya.

(Meraga Sukma / Astral Projection)

Shani terdiam, lalu kepalanya menoleh ke arah Chika yang masih terpejam. Shani menempelkan punggung tangannya ke leher Chika, tubuh Chika terasa panas, menyengat punggung tangannya. Deru nafas Chika terdengar teratur, seperti seseorang yang tengah tertidur pada umumnya, namun yang aneh adalah Chika tertidur sudah hampir 8 jam dan tak kunjung bangun barang semenit. Terhitung semenjak dia di temukan tak sadarkan diri dengan beberapa luka di tubuhnya.

Setelah kejadian di lorong dekat gudang itu, baik Chika dan Jinan sama-sama tak sadarkan diri. Jinan langsung di bawa ke rumah sakit oleh ambulance karena detak jantungnya yang sempat berhenti beberapa saat, sedangkan Chika di bawa pulang ke rumahnya karena Shani yang meminta. Dokter sekolah bilang jika Chika hanya pingsan dan lukanya termasuk luka ringan, itu yang membuat Shani lebih nyaman merawatnya di rumah, dan tidak mengabari ayah dan ibunya.

"Surti, kamu yakin?" tanya Shani pada hantu itu, yang masih setia berdiri dengan kepala tertunduk.

Surti mengangguk, "bau Den Ayu sekarang ini bukan bau manusia seutuhnya, baunya bercampur hawa Dunia Furter.." ucap Surti, lalu melayang dan kini berdiri di sisi kiri tempat tidur, berseberangan dengan Shani.

"Mungkin Den Ayu lagi mencari anak kecil itu.. tapi Mbak Ayu tunggu saja, jika memang Den Ayu butuh pertolongan pasti Den Ayu akan memberi Mbak Ayu tanda. Saya akan berjaga di luar, bersama Amungreksa dan seluruh cekelan dari Ndoro Sukma." ucap Surti, lalu menghilang begitu saja menembus tembok.

(Lelembut yang menjaga tuannya)

Belum sempat Shani menjawab ucapan Surti, hantu itu sudah hilang dari pandangan. Shani kembali menatap Chika yang masih betah memejamkan matanya, lalu dia beralih menatap jam dinding yang menggantung di tembok, sudah hampir pukul 12 malam. Tangan Shani terulur, memegang leher Chika yang masih terasa panas.

WENGIWhere stories live. Discover now