Bab 2

42 4 0
                                    

Halo Meecin😍
Balik lagi ama si Jonathan

Kita pelan2 aja yaaa😏So,, udh vote yg ke berapa?🥹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita pelan2 aja yaaa😏
So,, udh vote yg ke berapa?🥹

Jonathan menerima satu file dari e-mail yang tidak dikenal, semalam. Tapi, kalau dilihat dari akunnya, seperti nama sebuah keluarga. Saat dibuka, file itu berisikan surat perjanjian sang kakak dengan pria yang bernama Atlan Hamberg. Tidak salah lagi, kalau file itu dari keluarga Staicy. Dalam benaknya, Jonathan mencoba mencocokkan nama Staicy dengan nama keluarga itu. Staicy Hamberg.

Fokus lagi pda file-nya.

Jonathan menghela napasnya berat kala membaca isi perjanjian kakaknya dengan keluarga kaya raya itu.

Jika saja Johan tidak ditolong oleh orang yang suka perhitungan seperti ini, mungkin gadis seumuran dengannya itu tidak akan pernah hadir disini. Atau setidaknya, Johan  telaten memilih pegawainya. Mungkin, Staicy akan bersamanya saja.

"Nanti kesetanan," ujar seorang pria sambil melempar sebuah kain lap body motor ke wajah Jonathan. "Berhenti melamun." Pria itu mengambil kain itu lagi dan lanjut mengeringkan body motor yang selesai ia cuci.

Jonathan menegakkan punggungnya dan menggosok mukanya gusar. "Tidak ada motor lagi? Untuk dicuci?" tanyanya sambil melihat pintu gerbang tempat pencucian yang sedang ia kunjungi--atau tepatnya menolong Vincent disini.

"Belum atau entahlah. Mungkin siang nanti, saat jam istirahat. Biasanya ramai di waktu-waktu itu." Vincent terlihat meneguk sebotol air mineral dan membuangnya sembarang ke arah sofa yang tersedia. Motor besar yang ia cuci sudah selesai dan menunggu pelanggannya untuk menjemput.

Jonathan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengulum bibirnya. Melihat lagi ke arah gerbang yang langsung tembus menampakkan jalanan.

"Terjadi sesuatu?" tanya Vincent sambil bersandar di punggung kekar Jonathan yang duduk di sofa tunggu. Pria dengan setelan singlet hitam berbalut kemeja lengan pendek berwarna putih dan celana jeans selutut itu memejamkan matanya. Menikmati waktu-waktu istirahatnya yang terhitung singkat.

"Dan itu terjadi kemarin sore." Jonathan menjawabnya dengan malas.

"Apa itu?" mata Vincent terbuka dan menatap langit-langit ruangannya. Dahinya juga ikut mengernyit, penasaran.

"Ada seorang gadis di apartemenku."

Vincent langsung beranjak dari punggung Jonathan dan menatap punggung pemilik rambut gondrong yang selalu dikucir setengahnya. Perasaannya mulai tidak enak, pikirannya juga memikirkan hal yang tidak-tidak dan hatinya yang kesekian kali meramalkan kata-kata. Semoga saja tidak.

"Johan pelakunya."

Vincent benar-benar menelan salivanya dengan susah payah. Kali ini benaknya kembali diputar untuk berpikir sesuai logikanya. Apa Kak Johan kabur dari penjara dan membawa gadis untuk melakukan hal yang tidak diinginkan?

Boxer CampTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang