Bab 10

20 3 4
                                    

Aloha Meecin😁🙌🏻
Akhirnya si sok sibuk ini update😭🙏🏻
Vote ke berapa niiich?😀
Untuk intro di bab ini kagak ada sambutan khusus dari Jonathan & Staicy yaaa☺️🙏🏻
Authornya sendiri yg bakal nyambut kalian😀
Selamat Esmosi karena bakal bersambung :)

-
-
-

Area pertandingan terlihat sangat ramai. Orang-orang yang datang tidak membiarkan sedikit celah pun tersisa untuk menyaksikan pertarungan uji coba malam ini. Sorak-sorai para penonton memenuhi setiap sudut ruangan. Bisa saja itu sorakan memberi semangat atau malah merendahkan lawan dari petinju dukungan mereka.

Ada banyak petinju yang mengikuti uji coba minggu ini. Apalagi bagi petinju baru, mereka mendominasi pertandingan ini. Tidak sedikit juga yang terlihat semangat menunggu giliran. Wajah-wajah para petinju terlihat percaya diri. Seolah-olah mereka sudah pasti untuk menang diatas ring.

"Jon, kau siap?"

Jonathan hanya mengangguk, mengiyakan pertanyaan Renoir. Ia sudah memang sudah terlihat siap dari penampilannya. Rambut gondrongnya yang dikucir setengah, memakai sarung tinju, dan hanya memakai celana selutut.

"Kalau begitu, ayo!" Renoir kemudian mengajak Jonathan keluar dari ruang ganti.

Jonathan tahu, ini pertama kali baginya. Menjadi sorotan banyak orang, bukanlah suatu hal yang ia sukai.

"Jon, kalau kau menang uji coba pertama ini, kau bisa ikut dengan kami untuk duel dengan petinju-petinju dari camp lain." Renoir membagi sedikit informasi sebelum giliran Jonathan dipanggil. Mereka tengah berdiri di samping luar ring tinju.

Jonathan terlihat tertarik dengan informasi ini. "Duel?"

"Kau mesti tahu, untuk pertandingan yang sebenarnya lawanmu tidak dari camp yang sama, tapi dari camp yang lain. Duel itu gunanya untuk mengenali lawanmu. Bisa saja lawanmu nanti pernah kita temui dari camp yang kita kunjungi." Renoir menjelaskan rincinya untuk duel yang ia maksud.

Jonathan mengangguk paham sambil memperhatikan petinju yang masih bertarung di atas ring. Tidak lama setelah itu, ia mengingat sesuatu. Ia menoleh ke arah tempat duduk penonton yang berada di lantai atas. Ia bisa melihat ada Aela dan Staicy di salah satu tempat duduk penonton. Kemudian beralih lagi ke arah ring.

Setidaknya ia tidak kepikiran dengan Staicy, yang bisa aja merepotkan kalau ia tidak ada di tempat duduknya.

Detik berikutnya, giliran Jonathan pun tiba. Renoir dan Rans memberikan arahan yang terbaik sebelum Jonathan naik ke ring tinju.

"

Aku harap kau masih ingat denganku, bocah."

Jonathan menatap lawannya dengan jengah. Wajah pria yang di depannya itu terekam dengan baik di dalam kepalanya. Pria yang sempat ia permalukan waktu itu.

Sebelum mulai, Jonathan dan pria itu, Giant diberi arahan. Poin yang mereka dapatkan selama pertandingan bisa menentukan kemenangan. Jonathan tentu terlihat tenang dan mendengarkan dengan baik. Apa yang harus ia lakukan selama pertandingan sudah ia pikirkan. Walaupun pemandangan di depannya sangat menjengkelkan. Pria itu terus tersenyum dengan remeh. Terlihat yakin sekali kalau ia yang akan menang di pertandingan kali ini.

Dari arah kursi penonton, orang-orang sudah mulai heboh. Sorak-sorai menyemangati petinju pilihan mereka terdengar lebih heboh dari sebelumnya. Faktornya bisa dibilang karena ada Jonathan, karena tidak sedikit juga orang-orang membicarakan Jonathan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boxer CampTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang