Aftermath

62 17 4
                                    

"You know what to do right, Ji?"

For the first time in his life, Jisung mau bertanggung jawab atas kesalahannya. Dia sendiri yang datang ke ruang kepala sekolah setelah keributan wartawan mereda, dan meminta maaf. Ia juga mengakui bahwa dirinyalah yang membobol masuk ruang kepala sekolah beberapa bulan lalu, dan menjelaskan pada saat itu ia tidak mengambil data apa pun.

"Jisung, saya memang pimpinan sekolah ini, tapi saya juga paman kamu. Paman marah, marah banget.

Tapi paman salut kamu sekarang ada di sini, ngakuin kesalahan kamu, dan juga minta maaf.

Berita tentang keributan tadi pasti akan tersebar, tapi paman akan usahain biar jangan sampe nama kamu nyebar. Kamu masih remaja, tanggung jawab terbesar ada di orang dewasa di sekitar kamu. Apalagi paman juga tau, kenapa kamu sampe marah begitu."

Jelas bapak kepala sekolah itu, yang sungguh membuat Jisung tersentuh.

Jisung baru sadar bahwa ternyata, jika ia menunjukkan usaha untuk bertanggung jawab, masih ada orang yang mau membantunya.

"Masalah ngabarin orang tua kamu, biar paman yang atur. Komite sekolah akan rapat besok tentang kasus kamu. Paman ngga bisa janji apa hasilnya, tapi paman bisa ceritakan semua niat baik kamu hari ini.

Sekarang, kamu balik ke kamar asrama dan jangan aneh-aneh."

Tanpa babibu, Jisung pun kembali ke kamarnya.

Dan keesokan harinya, Jisung mendapatkan hukumannya. Ia diskors dalam jangka waktu yang belum bisa ditentukan. Pihak Zhong & Partners marah besar, dan pihak sekolah masih berusaha melobby mereka agar tidak melanjutkan perkara itu.

Jisung tidak masalah diskors, ini masih lebih baik dari pada dikeluarkan dan membuat Chenle merasa bersalah. Masalahnya adalah, jika diskors, ia harus tinggal di rumah. Jisung was honest when he said nobody cares about him in his house.

Pamannya yang baru sekarang ini mau mendengar cerita dari sisi Jisung, akhirnya memahami posisi Jisung di rumahnya. Akhirnya, Jisung tinggal bersama pamannya selama diskors.

.

.

.

.

.

Satu bulan.

Sudah satu bulan lamanya Jisung tinggal di rumah pamannya.

Jisung knew that he fucked up so bad that he should've been expelled. And that's why, for the first time again, Jisung menjadi penurut.

Setelah sebulan diskusi yang alot, Zhong & Partners sudah setuju membiarkan masalah Jisung berlalu dan membiarkan Jisung tetap bersekolah di sana. Namun hanya jika pihak sekolah bisa ikut meredam rasa penasaran publik terhadap kejadian itu. Dan oleh karena itu, Jisung belum bisa kembali ke sekolah, yang kadang masih ada wartawan datang untuk mengais berita sensasional.

Oleh karena itu juga, ia tidak pergi keluar rumah kecuali untuk melepas penat di taman sekitar. Ia dengan telaten ikut membantu pekerjaan rumah tangga tantenya, dan belajar sendiri dengan bimbingan pamannya.

Karena apabila sedikitpun ia menarik perhatian, ia bisa dikeluarkan dari sekolah.

Jika sampai itu terjadi, Jisung pasti akan mengewakan Chenle.



That thought scared him.

And that's when he saw his reflection. That's when he finally saw it.



All I see is fear in your eyes.



Sekarang Jisung mengerti maksud Chenle saat itu. Inilah yang Chenle lihat dari dirinya saat itu.

Orang yang takut menghadapi konsekuensi perbuatannya, dan dibalik tampilan sangarnya, ia hanya orang yang takut ditinggalkan sendirian.

Dan hanya Chenle yang jujur mengakuinya, menerimanya apa adanya, dan menemaninya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

.

.

.

.

Dua bulan.

Setelah dua bulan lamanya, Jisung kembali bisa bersekolah dan tinggal di asrama.

Namun kedatangannya disambut dengan suasanya yang canggung.


It was gloomy, even.


Bukan, bukannya para murid takut dengan kedatangannya.

Tapi semua orang terlihat seperti menyembunyikan sesuatu. Dan tidak ada satupun orang yang mau menjelaskan kepadanya, apa yang terjadi selama dua bulan terakhir.

Jisung tidak paham, hingga akhirnya ia kembali ke kamar asramanya, dan disambut sebuah surat di atas nakas.




--------------

Hey Ji,

Cheesy ya nulis surat gini? Haha. Abis gimana lagi gue gatau kontak lo, kepala sekolah juga ga mau ngasih tau kontak lo. Belum boleh, katanya. Temen-temen di sini juga ga sedeket itu sampe tau kontak lo. Makanya nanti cari temen yang bener ya!

Gue dijemput om gue dari China. Beritanya sampe ke mereka ternyata, lo terkenal sampe China man! Haha canda deng, nama lo sama sekali ga bocor kok di media. Intinya sih mereka jadi sadar kalo nyokap gue ngedisown gue dan mereka minta gue tinggal sama mereka.

Jadi gue cuma mau bilang, gue mau nepatin janji gue dulu ya.





Gue mau cari damai gue juga, dan mungkin damai gue itu menjauh dari nyokap dan semua yang ngingetin gue tentang dia, sejauh mungkin.




But I don't want to sound like we're about to depart.



You're my best friend Jisung, gue gatau gimana tapi gue yakin kita bakal ketemu lagi.


P. S. Oh and that silly dream of yours to be a doctor? Your eyes sparkle when you said that. Jadi kejer mimpi lo itu, masuk ke univ paling bagus kalo perlu buat yakinin ortu lo kalo lo serius.

Gue selalu dukung lo di mana pun gue berada.

Take care,

Chenle












-tbc

Tiba-tiba ngebut soalnya plot cerita ini sebenernya udah selesai dari sebelum one more chance tamat wkwkkwkw udah lama banget ye

Update selanjutnya belum tau bisa kapan, tapi semoga ga lama-lama amat ke chapter selanjutnya. Semoga bisa menghibur!

Taking ChancesWhere stories live. Discover now