Mencipta Awan

4.7K 473 2
                                    

Note : Don't Plagiat. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.
Sorai Kedua
.
"Semua yang ada di dunia hanya ilusi? Aku tidak percaya, buktinya, kini aku mampu merasakan cinta saudara"
-

Pagi hari yang cerah, secerah senyum Haikal pada Reynan yang turun dari mobil Cenda di depan gerbang sekolahnya.

“Bareng Cenda ya Rey?” Haikal berbasa-basi yang tentunya sudah basi.

“Mata Lo dimana sih Kal? Lo pikir itu mobil siapa hah?!” sentak Reynan.

“Ko Rey, masih pagi ngapain sih marah-marah? Jangan marah ke Abangnya Cenda juga kali kalo emang butuh pelampiasan” sahut Cenda yang baru saja turun menyusul keduanya.

“Iyadeh, si paling adek nya Haikal”

“Lah emang gue adeknya Bang Haikal, wlek”

“Udah, udah. Ayok ke kelas, keburu lonceng nanti, males aku kalo disuruh lari-lari demi ngerapiin barisan upacara”

“Alah Bang-Bang, ngapain juga ngeluh, udah takdir Abang sebagai anggota OSIS dibawah pimpinan Tuan Marvio kali” ejek Cendaka yang mendapat tatapan aneh dari Haikal serta Reynan.

“Emang lo bukan OSIS ya Cen?” tanya Reynan yang mendapat cengiran khas dari Cendaka.

Mereka bertujuh itu masuk kedalam cowok-cowok incaran cewek di sekolahnya, bukan hanya karena tampang yang mampu memikat, tapi karena bakat dan tingkah laku mereka yang selalu mampu membuat orang terpikat.

Bayangkan saja, ketujuhnya adalah anggota OSIS, dengan Marvio sebagai Ketos, dan Jendral sebagai Waketos. Belum ketika mereka gabut dan sok-sok an membuat band ala-ala, yang siapa sangka, malah menambah pesona mereka. Suara mereka itu, beuh, mantapu jiwa!

Basket. Musik. Akademik. Organisasi. Mereka bertujuh itu hampir mendekati sempurna. Dengan ketidaksempurnaan nya hanyalah, para wanita belum ada yang mampu menaklukkannya. Juga ketidaksempurnaan berada hanya mereka yang tau. Luka, beban, serta masalah selalu tersembunyi, bagi mereka hanya diantara merekalah yang berhak tahu, orang lain tidak perlu.

•••

Kantin terlihat ramai, namun beberapa mata memancarkan puja, mereka menaruh atensi pada dua orang yang sedang mengantri disana.

Jendral dan Jiko.

“Bang, masih lama nggak sih? Gue risih anjir diliatin cewek-cewek disana”

“Oalah as- adek, sabar Jikoo, biarin kenapa diliatin, itu berati gue ganteng kan”

Jiko memutar bola matanya malas, sesekali melihat Ibu kantin yang membungkus tahu bulat pesanan mereka bersama dengan tujuh botol minuman segar yang juga milik mereka.

“Total semuanya 57 ribu den”

Jendral memberikan uang bernilai tujuh puluh ribu, dengan satu lembar lima puluh ribu dan satu lembar dua puluh ribu. Sedangkan Jiko memilih menerima kresek dari Ibu kantin.

“Ini Bu, kembaliannya ambil aja”

Ibu kantin berterimakasih pada Jendral, sudah biasa. Memang kumpulan anak muda ini setiap harinya membeli disini dan menyisakan kembalian lebih untuk dirinya. Ia bersyukur, dapat bertemu dengan mereka bertujuh.

SoraiWhere stories live. Discover now