Sebuah Cinta-Extra Chapter

4.2K 412 92
                                    

Note : Don't Plagiat. Warning for, adegan tidak patut ditiru, juga kata-kata kasar. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

Akhir yang tak akan ada lanjutannya.
.

“Bahagia sesungguhnya adalah kembali pada rumah yang selayaknya.”

Jika kalian bertanya atau sudah beranggapan tentang apa itu cinta, maka tujuh remaja ini akan menyatakan dengan keras, bahwa cinta adalah hal rumit yang tak ada ilmunya.

Cinta, bagi mereka adalah saat orang tua mereka tidak saling membenci, merangkul utuh membangun cemara, sehingga asri bagi rumah mereka untuk pulang.

Cinta, bagi Marvio adalah bundanya yang terkubur, nada-nada pada mimpinya, kasih sayang ayahnya, Reynan sebagai adiknya, dan Haikal sebagai sumber cintanya.

Cinta, bagi Reynan adalah suatu hal yang membuat ia sadar, bahwasanya hidup lebih baik daripada mengejar mati sebelum waktunya, cinta bagi Reynan bukanlah sebuah rumah hangat penuh keluarga, baginya, cinta adalah hal yang diciptakan oleh Haikal, Sorai yang penuh dengan mereka bertujuh.

Cinta bagi Jendral adalah ketika ia dan Nathan menjadi saudara utuh, tidak terbagi menjadi anak Mama dan anak Papa. Namun, cinta yang benar-benar membuat Jendral hidup adalah Haikal yang bergelayut manja, Haikal yang tertawa, Haikal bersama game di ponselnya, dan Haikal yang selalu ada bersamanya.

Cinta. Nathan tidak percaya cinta, ia bertahan bersama penolakan sang Papa, menjadi asing dari kembarannya. Sampai, satu cahaya datang, membuat ia bertahan, membuat ia mengenal Jendral lebih dalam, dan satu cinta yang membuat Nathan mampu hidup adalah Haikal. Hal, yang selalu ingin seorang Jonathan Aditama lindungi.

Cendaka dan Cinta. Hal semu baginya, tanpa wanita, tanpa cinta pertama, di tinggal bunda, bahkan memiliki Papa yang merebut semesta-nya. Cendaka itu realistis, baginya Haikal bukan seonggok cinta yang ia punya, tapi sosok Haikal adalah semesta besar yang menjadi pusat kehidupannya.

Cinta, Jiko, dan Bunda. Satu hal pasti setelah semu lama melingkupi perasaannya. Kala khayal berharap akan hadirnya sosok Ayah, Haikal hadir, menyadarkan bahwa bunda nya adalah satu  hal yang lebih dari cukup setelah semuanya. Tapi bagi Jiko sendiri, satu hal yang lebih cukup dari semua hal di dunia adalah kehadiran Haikal di sisinya.

Hingga, ketika cinta mereka, semesta mereka, terkubur bersama tanah dan papan, tanpa alas hangat ataupun dekapan salah satu dari mereka, rasa akan kehidupan dan warna-warna di sekitar sana menghilang.

Marvio bahkan hendak nekat melompat kedalam liang dan menggambil jasad Haikal, sebelum Joni dan Yudi menahan dirinya.

“Lepasin Bang! Lepasin gue! Gue mau Haikal, anjing!”

“Marvio! Yang kehilangan bukan cuma lo!”

“Lo pergi bangsat! Lo pergi! Lo ga pernah ada di samping Haikal!”

“Lo ga tau rasanya Bang, Lo ga tau rasanya jadi gue!” Marvio memberontak kala tanah itu semakin meninggi, menimbun Haikal di bawah sana.

“Bang Ikal pasti dingin disana,” gumam Cendaka yang kini sudah bersandar pada dada bidang ayah tirinya, Pangestu, ayah kandung Haikal.

“Kita doain Abang ya, biar tenang, disana pasti Abang ga sendirian, ada banyak malaikat temenin Abang” sahut Pangestu dengan lirih, tepat di telinga Cendaka.

“Cenda benci Papa Yah.”

“Ayah juga nak, Ayah juga.”

Prosesi hampir selesai, kala doa terakhir mulai di lantunkan, Jendral, Nathan, Jiko dan juga Reynan beranjak pergi darisana.

SoraiWhere stories live. Discover now