Prolog

424 244 237
                                    

Lucid dream, atau juga bisa disebut dengan mimpi sadar adalah sebuah mimpi ketika seseorang sadar bahwa ia sedang bermimpi. Istilah ini dicetuskan oleh psikiater dan penulis berkebangsaan Belanda, Frederik van Eeden. Ketika mimpi sadar, si pemimpi mampu berpartisipasi secara aktif dan mengubah pengalaman imajinasi dalam dunia mimpinya. Mimpi tersebut terasa jelas dan nyata, kita bahkan dapat mengatur narasi dan jalannya mimpi seperti yang diinginkan. Kejadian ini bisa dialami oleh siapa saja namun umumnya tidak sering.

Di balik selimut, gue termenung seorang diri sambil memandangi gorden jendela balkon kamar di sisi seberang kanan yang masih tertutup sempurna. Warnanya cream, tapi karena cahaya matahari berhasil menembus sepenuhnya, warnanya kini berubah menjadi lebih terang.

Di atasnya, jam dinding menunjukkan pukul 06:30. Seperti hari-hari biasanya, seharusnya sekarang gue sudah beranjak dari kasur dan mulai bersiap-siap buat berangkat kuliah. Karena kelas dimulai pada jam delapan tepat. Tapi karena mimpi aneh itu, gue tetap berada di posisi ini hanya untuk merenungi sesuatu yang baru saja terjadi.

Bukan pertama kalinya gue mengalami Lucid dream. Gue sudah beberapa kali mengalami itu sampai rasanya hal itu sudah biasa terjadi. Fenomena mimpi di mana gue bisa melakukan apapun atas kehendak gue sendiri, gue bisa mengendalikan diri gue buat ngelakuin apapun yang gue mau. Hal itu normal terjadi karena menurut sebuah artikel yang pernah gue baca, itu disebabkan karena ketika tidur, sebagian otak kita tengah aktif bekerja sehingga mampu menciptakan sebuah ilusi dalam pikiran kita. Mimpi tersebut terjadi di waktu penghujung tidur dan itu sebabnya tak lama setelah mengalami Lucid dream, kita akan segera terbangun.

Tapi, bukan itu hal utama yang membuat gue termenung seperti ini. Melainkan pada seseorang yang gue temui di dalamnya. Sosok laki-laki asing yang sama sekali nggak gue kenal. Bahkan dari postur tubuhnya saja gue nggak bisa menebak atau mengenali siapa dia.

Gue nggak melihat wajahnya, karena yang ada di ingatan gue hanyalah wajahnya yang blur. Tapi seenggaknya, untuk fitur wajahnya gue ingat. Dia tinggi, rambutnya berponi, memakai celana jeans dan hoodie putih. Jika itu sebuah dongeng kerajaan yang dulu selalu diceritakan Mamah tiap akan beranjak tidur, sepertinya gue akan terpanah melihat dia bak seorang pangeran yang turun usai menunggangi kuda putihnya. Sayangnya di mimpi itu, dia keluar dari sebuah mobil putih. Menawarkan beberapa lukisan hasil karya seni yang ia jual. Dan dari situ, gue semakin dibuat bertanya-tanya. Apa mungkin mimpi ini hanya sekedar mimpi belaka, atau justru sebuah pertanda?

Gue termasuk tipe seseorang yang nggak mudah meremehkan suatu hal. Ketika menjumpai sesuatu, gue akan merasa penasaran dan mulai mencari tahu selagi hal itu masih mudah untuk dicari tahu. Tapi kalau itu mulai ribet dan mengganggu, maka gue nggak akan ambil pusing untuk melupakannya gitu aja. Seperti mimpi-mimpi sadar gue sebelumnya, contohnya.

Tapi untuk yang satu ini agak sayang untuk dilewatkan. Karena mengingat yang satu itu, sesaat berhasil membuat gue terkekeh. Umumnya ketika melukis, seseorang akan mengunakan cat air atau minyak sebagai alat, bukan? Sementara laki-laki itu berbeda, dia justru menggunakan cokelat asli sebagai pewarna lukisannya. Juga daun sage yang ia haluskan dan kemudian ia olah sendiri entah bagaimana. Tapi karena katanya dia menjual lukisan itu sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah, mungkin itu salah satu cara supaya lukisannya terlihat unik dan dia bisa memperoleh nilai tambah.

Sayangnya di tengah lamunan itu, gue harus tersadar dan berjengit kaget di saat yang bersamaan teriakan Mamah terdengar dari luar pintu kamar. Memanggil gue agar segera bangun dan bersiap-siap untuk sarapan.

"IYAAA, INI ANA BANGUN!" jawab gue gak kalah lantang. Sedikit mendengus, padahal 'kan, gue udah bangun dari tadi. Tapi gara-gara mimpi itu, gue berakhir memikirkannya sampai saat ini.

Akhirnya, bersama sumpah serapah yang gue gumamkan, gue bangkit. Berjalan menuju kamar mandi dengan langkah ribut-setelah melihat jam yang waktunya semakin terkikis.

Lucid Love ♡ | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang