03. I Found You ; Aji Dengan Kepopulerannya

200 178 79
                                    

Sebenarnya gue juga bertanya-tanya, di mana diri seorang Anasera yang selalu bodoamatan dan nggak mau ribet itu berada. Karena akhir-akhir ini, yang gue temukan dalam diri gue adalah sifat yang penuh semangat. Semangat dalam mencari tahu tentang kehidupan seseorang yang bahkan sebenarnya bukan gue banget.

ajiptra_ : Hahaha, makasih

Masih terbilang cukup pagi ketika gue tiba-tiba bangkit dari tidur saat melihat notifikasi itu muncul. Kedua mata gue sontak membelalak. Aji membalas DM gue!

Sebenarnya udah dari semalam sih. Tapi karena di jam segitu gue udah tidur, gue baru menemukannya pagi ini. Dan demi apa, hal itu membuat semangat gue untuk menjalani hari semakin bertambah. Termasuk semangat untuk kembali mencari tahu tentang dia lebih banyak.

Jam menunjukkan pukul enam lebih tiga puluh menit ketika gue selesai sarapan. "Ayo, Pah. nanti keburu macet," ucap gue pada Papa yang tengah meminum air putihnya. Sesaat, gue sempatkan untuk mencomot satu pisang goreng yang tersaji di atas meja.

"Iya Pah, buruan gih!" timpal Mamah yang kini sibuk mengoleskan selai pada roti di tangannya. Nada bicaranya tenang. Dan mendengar itu, Papah mengangguk. "Kamu ikut organisasi kampus lagi?" Lalu dalam kegiatan gue mengunyah pisang goreng kala itu, Mamah mulai bertanya.

"Enggak?" Gue menggeleng.

"Terus, kenapa lama, pulangnya?"

"Kenapa, Ma?" tanya Papah.

"Enggak. Ana tumben udah dua hari pulang lambat dari biasanya. Makanya Mamah tanya, siapa tahu ikut organisasi kampus lagi."

"Enggak kok, Ana cuma nongkrong dulu sama temen-temen, makanya agak lambat pulangnya," jawab gue. Dan mendengar itu, Mamah kemudian mengangguk mengerti. Duh, maaf banget, Ma.

"Udah yuk, berangkat." Dan setelahnya, Papah bangkit dari duduknya.

***

Satu hari lagi dengan tujuan yang sama. Usai kelas berakhir, gue buru-buru keluar dari ruang kelas dan memacu langkah untuk kembali mengunjungi Kantin Fakultas Bahasa dan Seni. Ya, gue nggak tahu pasti endingnya akan zonk sama seperti kemarin-kemarin atau enggak. Tapi seenggaknya, gue akan mencoba di hari terakhir gue kuliah di minggu ini. Karena besok udah libur.

Gue menuruni anak tangga dengan cepat, memacukan kedua kaki tanpa peduli dengan sekitar. Sampai akhirnya mendengar suara Julia dari belakang memanggil-manggil nama gue. Ketika berbalik, gue menemukan dia mendekat dengan napasnya yang terengah-engah.

"Gila, lo dikejar apa'an sih? Cepet banget turunnya," keluhnya.

"Kenapa?"

"Ikut gue yuk!" ajaknya kemudian.

Gue mengangkat alis, heran. "Kemana? Gue mau—"

"Bentar doang, temenin gue nganter undangan BEM ke FBS."

Sejenak, mendengar itu gue geming. "Ayok!"

Emang, kalau yang namanya takdir nggak akan kemana. Siapa sangka di saat gue mau ke Fakultas Seni, Julia malah minta antar ke Fakultas Seni juga. Sebagai anggota dari BEM fakultas yang tergabung dalam departemen Komunikasi dan Informasi, Julia kali ini diberi tugas buat nganter undangan ke BEM FBS. Gue nggak tahu bakal ada acara apa'an, gue nggak begitu tertarik buat sekedar nanya.

"Tumben banget, lo semangat gue ajakin nganter beginian?" Lalu dalam perjalanan itu, Julia membuka mulutnya. Gue tahu, dia pasti bertanya-tanya kenapa gue tumben-tumbenan mau dia ajak buat urusan ginian. Yang bahkan sama sekali nggak ada hubungannya sama gue, karena gue nggak ikut BEM.

"Yeuu, udah dibantuin juga."

"Iya deh, thanks banget Ana Frozennn. Abisnya gue nggak tau mau minta tolong siapa. Damar izin hari ini, biasanya gue minta tolong dia buat nemenin. Gue nggak berani sendiri."

Lucid Love ♡ | Park JisungWhere stories live. Discover now