04. Unexpected Aji

196 166 60
                                    

"Sorry, ya. Gue beneran nggak sengaja. Gue kira tadi udah nggak ada orang."

Untuk beberapa saat, nggak ada yang bisa gue lakukan selain diam sembari mencerna situasi yang terjadi saat ini. "Eh, iya, nggak pa-pa." Gue bawa helaian rambut gue ke belakang telinga. Pertemuan nggak sengaja ini ternyata mampu membuat gue salah tingkah.

"Mana yang sakit?" Gue nyaris nggak bernapas, terlebih ketika dia tiba-tiba meraih tangan gue dan meniliknya. "Duh, sorry banget ya. Sampai merah gini." Melihat telapak tangan gue yang memerah akibat dari jatuh barusan, Aji meringis. Wajahnya bahkan menggambarkan kepanikan yang kentara.

Menemukan itu, gue tarik kembali tangan gue dengan perlahan. "Nggak pa-pa, Ji. Nanti juga ilang kok sakitnya," ucap gue, dengan cengiran bodoh yang mungkin terlihat konyol sekarang.

"Lo sendirian?" tanyanya kemudian.

Gue mengangguk. "Lo sendiri?"

Sejenak, dia terkekeh kecil. "Sama. Kalau nggak keberatan, mau barengan?"

Gue mengangkat alis. "Barengan?"

"Lo udah makan belum? Makan bareng gue, mau? Gue traktir, sebagai permintaan maaf gue barusan."

"Ya ampun, Ji, nggak pa-pa kali. Tapi, boleh deh." Gue menerima ajakannya. Tapi entah apa yang lucu, Aji justru malah terkekeh. Dan sumpah demi Tuhan, dia beneran cakep. Lebih cakep dari pertama kali kita ketemu di komplek waktu itu.

"Yaudah, yuk. Mau makan di mana?" Kemudian, kami mulai berjalan keluar audi.

"Terserah sih. Ngikut lo aja." Memangnya kapan lagi bisa makan bareng Aji? Kesempatan 'kan tidak datang dua kali.

"KFC atau McD?"

"Dua-duanya nggak ada bedanya sih menurut gue. Lo sendiri lebih suka yang mana?"

Sejenak, dia tampak berpikir. "McD. Tapi masalahnya, berdasarkan yang gue tahu, terserahnya cewek tuh banyak artinya. Makanya gue ngasih dua pilihan, KFC atau McD." Lalu usai mengatakan itu, dia terkekeh lagi.

Sementara mendengar itu, gue dibuat ikut tertawa. "Emang bener sih. Tapi tenang aja, kalo gue ngomongnya ngikut, berarti gue ngikut beneran kok. Gue orangnya nggak suka ribet soalnya."

"Oh ya?" Dalam langkah kami, dia kini menoleh ke samping menatap gue. Dan karena posisinya gue lebih pendek, Aji sampai menunduk.

"He'em." Gue mengangguk, dan dia terkekeh untuk kesekian kalinya.

***

Tapi alih-alih makan di KFC atau McD seperti halnya dua pilihan yang diberikan Aji tadi, kami justru berakhir di Richeese Factory. Kami memilih duduk di salah satu meja yang letaknya di samping jendela. Dari sekian banyaknya meja yang tersedia, yang ini adalah satu-satunya yang kosong. Semua meja sudah ditempati. Jadi, tidak ada pilihan lain. Tapi tak masalah, justru dari sini gue bisa melihat view luar Mall yang enak dipandang mata.

"Lo suka nonton film juga?" Usai menaruh nampan di atas meja dan sama-sama mendudukkan bokong kita masing-masing, gue memutuskan untuk membuka obrolan.

Aji mengangguk. "Nggak semua sih. Kalau gue pengen, ya nonton. Soalnya kadang gue males keluar rumah."

Mendengar itu, gue terkekeh ringan. "Sama kalau gitu." Lalu dengan begitu, kami mulai memakan makanan kami.

"By the way, kenapa sendirian aja? Nggak ngajak temen." Di sela-sela kegiatan kami menyantap makanan masing-masing kala itu, Aji bertanya.

"Tadinya emang mau ngajak temen, tapi dia udah punya janji sama pacarnya. Ngajak papah juga dia nolak. Yaudah, gue pergi nonton sendiri."

"Pacar lo, mungkin?"

Lucid Love ♡ | Park JisungWhere stories live. Discover now