Orang itu juga berbeda, terbanding balik dengan dirumahnya kemarin, ia bersikap begitu ramah dirumah besar ini.
Namun Jennie tidak ambil pusing dengan itu, ia mulai memasak menyiapkan sarapan untuk Lalisa, walaupun sederhana Jennie jamin rasanya pasti begitu enak, setelah selesai ia mengantarkan sarapan buatannya ke kamar Lalisa.
Setibanya dikamar ia mendapati Lalisa yang kini berlari di treadmill, Jennie meletakkan sarapan di dekat meja bundar kecil yang berada dekat di treadmill, Jennie bisa melihat jelas wajah Lalisa yang berpeluh keringat, Lalisa juga memandang Jennie bahkan memberikan senyuman hangat.
Jennie membalasnya tapi disertai keheranan karena sikap Lalisa berbeda lagi sekarang, sungguh Jennie bingung dan merasakan pusing hingga ia berakhir duduk di sofa.
Memegangi kepalanya dan melirik Lalisa yang sudah selesai dan mematikan treadmill, ia meminum rakus air putih dari botol dan duduk disebelah Jennie.
Jennie diam, namun terkejut setelahnya karena Lalisa tiba-tiba membawanya kepangkuan, kedua tangannya memegangi bahu Lalisa dan melotot lebar.
"Cantik." Ucapnya disertai seringain tipis kali ini, Jennie bergerak turun dari pangkuan tapi Lalisa menahan pinggulnya dan memandang tajam Jennie yang membuatnya diam.
"Kamu tidak mau berkenalan denganku juga?"
"Apa?" Kenapa Lalisa berkata seperti itu, Jennie jelas mengenal Lalisa, cuman ya terkadang sifatnya berubah bahkan sekarang seakan Lalisa merupakan wanita mesum namun menyukai olahraga.
"Aku Lalisa." Tertawa kecil mendengarnya dan Lalisa mengatup pelan rahang mendengar tawaan kecil Jennie, Jennie tau dengan orang yang memangkunya sekarang, tapi kenapa harus memperkenalkan diri lagi.
"Aku tau kamu Lalisa."
"Tidak, kamu tidak tau."
"Apa maksudmu?" Setelah bertanya seperti itu, tubuhnya sudah terbaring di sofa dengan Lalisa yang berada diatasnya, Jennie merasa malu karena posisinya sedikit ambigu, ia memalingkan wajah karena Lalisa memajukan wajahnya.
"Aku Lalisa yang sebenarnya."
"Yang sebenarnya? Apa maksudmu?" Lalisa tidak menjawab, ia malah kian menempelkan tubuh berkeringatnya sehingga Jennie mengangkang.
Wajah Jennie memerah perlahan, ia menunduk memandangi kedua kakinya yang mengangkang, mendorong Lalisa namun sayangnya tenaga Jennie tidak sebanding dengan Lalisa.
"Perlahan kamu pasti mengenal kami."
"Aku tidak mengerti apa maksudmu, dan tolong menyingkir dariku." Lalisa tidak menyingkir, ia malah menggerakkan pinggul seakan menggesekkan sesuatu yang membuat wajah Jennie kian merah dan melototi Lalisa.
"Mulai sekarang persiapkan dirimu." Setelah mengatakan itu, Lalisa bangkit dan berjalan menuju kamar meninggalkan Jennie yang langsung duduk dan menyentuh pussynya, ia jelas-jelas merasakan sesuatu yang menggesek di pussynya.
"Mau mandi bareng?" Menoleh ke kamar mandi dan menarik cepat tangan memelukmu tubuh sendiri setelahnya menggelengkan kepala, Lalisa tersenyum lebar melihat itu.
"Iyasudah, tapi setelah aku mandi kamu juga mandi, kita sarapan bersama."
Lalisa masuk kembali, dan Jennie berfikir kembali, menyusun kejadian tadi malam, pagi dan pagi menjelang siang ini, ia tadi malam bermain dengan Lalisa yang seperti anak-anak, bahkan tertidur di pelukannya, lalu pagi-pagi Jennie bangun mendapati Lalisa sedang bermain game, namun bedanya ia begitu datar dan dingin, bahkan menyuruhnya menyiapkan sarapan.
Dan saat selesai menyiapkan sarapan Jennie kembali kekamar dan mendapati Lalisa tengah berlari di treadmill, sifatnya juga sangat mesum yang membuat jantung Jennie berdetak kencang.