Ada yang mengatakan kalau cinta segitiga itu sangatlah meresahkan, kita harus memendam perasaan kepada seseorang yang sudah memiliki kekasih atau berani untuk mengungkapkannya.
Dan hal itu terjadi kepada Ruby, ia memandang lekat sosok wanita cantik yang duduk dihadapannya dan tengah menulis sesuatu, wanita cantik itu merupakan novelis yang baru-baru ini terkenal akibat buku pertamanya rilis.
Ceritanya bagus sehingga banyak yang membeli buku itu hingga terjual habis.
"Huft." Wanita itu menghela nafas sambil meletakkan pena diatas buku dan bertopang dagu menatap Ruby.
"Aku mulai buntu." Ruby tersenyum hangat dan meraih lembut buku penuh dengan coretan serta tulisan tangan, membaca dengan pelan serta dalam untuk menghayati cerita pendek yang baru saja di buat oleh wanita itu.
"Ini bagus."
"Ya awalnya saja yang bagus, tapi pertengahan dan konfliknya aku mulai buntu." Wanita itu berucap panjang lebar sambil memainkan hp dan tersenyum, Ruby tersenyum tipis melihat itu karena tau apa penyebab wanita itu tersenyum.
"Dia bakal datang?" Bertanya dan dibalas oleh anggukan serta senyuman hangat, Ruby kini terkekeh kecil dan menunduk, ia menyembunyikan rasa tidak suka dan sakit di hati.
"Maaf Ruby, sepertinya aku batal pulang bersamamu." Ya awalnya Ruby mengajak wanita itu untuk pulang bersamanya, namun itu semua batal karena wanita itu bakal pulang bersama Crushnya, atau bisa dibilang sahabat Ruby.
"Tidak masalah Miya." Miya namanya, ia tersenyum begitu manis membuat Ruby terpana hingga tidak sadar sahabatnya datang dan merangkul bahunya.
"Aku tidak terlambat kan?" Ruby menoleh kebelakang dan memutar malas bola mata, ia menepis tangan orang itu dan berdiri menuju kasir, tujuannya membayar semua pesanan dan juga menghindari moment yang bakal membuatnya sakit hati.
"Tidak sama sekali Valentina." Valentina sahabat Ruby tersenyum dan ia membantu Miya merapikan buku serta pena, setelah itu menoleh menatap punggung Ruby dan menyeringai tipis.
Ruby melihat seringaian tipis itu dari pantulan gelas kaca yang tersusun di rak, ia seketika mengepalkan kedua tangan dan mengumpat di dalam hati.
Baik Valentina maupun Ruby sama-sama tau kalau menyukai Miya, namun wanita novelis itu hanya mengetahui perasaan Valentina, tidak dengan Ruby yang selama ini didekatnya.
Ruby pernah berniat jauh mengatakan perasaannya jauh sebelum memperkenalkan novelis muda itu dengan Valentina.
Namun karena terus mengurungkan niat dan terus menunda hingga akhirnya ia keduluan dengan Valentina.
Ruby masih mengingat jelas bagaimana cara Valentina menyatakan perasaannya, dan itu sungguh membuatnya marah, kesal dan menyesal.
Dia sungguh menyesali waktu itu, seandainya saja dia berani, seandainya saja dia menyatakan, apa sekarang Miya bakal pulang bersamanya dan bercanda gurau serta memadu kasih layaknya sepasang kekasih?
Seandainya saja..
"Hah.." Ia menghela nafas panjang sambil bertopang dagu dengan kedua tangan terlipat di pembatas Rooftop, entah kenapa malam hari ini dia ingin menghabiskan waktu di Rooftop sekolah, padahal Ruby sangat tau kalau angin malam tidak baik menerpa tubuh lama-lama, apalagi sekarang dia hanya memakai pakaian santai.
Ya Ruby emang seperti itu, dia selalu menggunakan pakaian simpel mau di dalam rumah ataupun di luar rumah, bahkan menemui Miya saja terkadang dia hanya memakai baju tidur ataupun kaos dan celana pendek.
Sudah terbiasa Miya melihat Ruby seperti itu, lalu tinggal menunggu dirinya yang terbiasa melihat keharmonisan Miya bersama Valentina.
"Sudah kuduga kau disini." Suara dari belakang terdengar, Ruby menoleh sedikit dan berdecak kecil, ia seketika merasa badmood melihat kedatangan Valentina.