49 - Kita?

3 0 0
                                    

Meskipun perasaannya tidak butuh balasan lagi, dia tetap harus memilih kalimat yang tepat.

---

Sejak tadi malam Kania sibuk menimbang, apakah harus menghubungi Nolan lebih dulu atau melanjutkan pura-pura tidak pedulinya. Dan sepagi ini pikirannya kembali diambil alih oleh cowok itu. Jujur, dia khawatir. Namun, pertanyaan seputar setidak penting atau semengganggu apa dirinya di mata cowok itu juga masih terus membuntuti. Apa salahnya menerima telepon sebentar? Kencannya dengan cewek itu juga tidak langsung bubar, kan? Perasaan Kania jadi campur aduk. Kesal dan khawatir bergumul jadi satu.

Setibanya di taman depan perpustakaan, langkah Kania memelan. Di sini, pertemuannya dengan Nolan terjadi beberapa kali. Namun, di mana cowok itu sekarang? Kania urung ke kelas. Langkahnya belok menghampiri salah satu bangku. Dia hanya ingin memastikan, apakah Nolan benar-benar tidak akan muncul di sekolah hari ini.

"Kaniaaa!" Teriakan itu terdengar sesaat setelah Kania duduk. Dari arah koridor yang masih lengang, Melda lari pontang-panting menghampirinya. Kania bergeser, memberi ruang lebih untuk jaga-jaga. Dan benar saja, Melda langsung menjatuhkan dirinya serampangan.

"Kiamat, kiamat, kiamat!" Melda berusaha mengatur pola napasnya.

"Apanya yang kiamat?"

"Nolan kabur dari rumah."

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Nolan dan misteri di balik kacamata hitamnya, silakan baca selengkapnya di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Mr. BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang