2 - Ramalan

719 102 10
                                    

Hari ini kamu akan bersinggungan dengan seseorang yang kemungkinan besar adalah jodohmu di masa depan.

---

Cewek berambut lurus sebahu itu meneguk susunya sambil melirik ponsel di tangan kanan, yang sedang menampilkan halaman sebuah situs horoskop. Ia terbiasa mengawali harinya dengan ramalan-ramalan yang ada di situs langganannya itu. Bukan berarti percaya sepenuhnya, hanya saja mendapati sebagian besar yang tertulis di sana sesuai dengan jalan hidupnya, kebiasaan yang bermula sejak SMP itu berlanjut hingga sekarang.

"Astaga, Kania, minum yang benar, dong." Sarah kembali bergabung di meja makan. Perempuan berdaster kuning itu tadi beranjak sebentar mengambil beberapa biji apel di kulkas.

"Ini bener, kok, Ma," ucap Kania kemudian lanjut meminum susunya yang masih tersisa setengah gelas.

"Maksud Mama hapenya disimpan dulu. Gitu loh."

"Ha?" pekik Kania tiba-tiba, sambil meletakkan gelas kosongnya dengan cepat. Benturan dasar gelas dengan permukaan meja menimbulkan suara denting yang cukup keras.

Sarah berdecak sambil geleng-geleng. Gerakan tangannya yang sedang memotong apel terhenti sejenak. "Pelan-pelan, dong, Kania. Kalau gelasnya pecah, bisa melukai tangan kamu loh."

"Maaf, Ma." Kania mengangkat pandangannya sebentar, memperlihatkan cengiran sebelum kembali menekuri ponselnya dengan kening berkerut.

"Lihat apa, sih? Kebiasaan banget tiba-tiba heboh sendiri."

"Dengar, ya, Ma." Kania mulai membacakan ramalan dari situs langganannya itu. "Libra: hari ini kamu akan bersinggungan dengan seseorang yang kemungkinan besar adalah jodohmu di masa depan. Bisa jadi bukan orang baru, hanya saja untuk pertama kalinya kalian terlibat dalam momen yang tak biasa." Kania menatap mamanya dengan mata setengah melotot. Sesuatu sedang terproses di benaknya. Detik selanjutnya tiba-tiba ia mencak-mencak. "Kyaaa ... Kania bakal ketemu jodoh, Ma." Tangannya menyenggol gelas kosong yang diletakkannya tadi, nyaris jatuh ke lantai. Untung Mama sigap menangkapnya. "Maaf, Ma, yang bentar lagi mau ngelepas status jomlo emang gini." Kania cengengesan.

Sarah hanya geleng-geleng melihat ulah putri tunggalnya itu.

"Yang tadi itu artinya Kania bakal ketemu jodoh, kan?"

Sarah hanya mengendikkan bahu kemudian lanjut memotong apel. "Kamu udah kelas XII, loh, masih aja percaya gitu-gituan."

"Bukannya mau percaya, Ma, tapi selama ini jalan hidup Kania ada-ada aja yang cocok sama yang tertulis di sini. Misal waktu pertama kali Kania menang lomba lukis, waktu Kania terpilih jadi ketua klub lukis, pas anjing kita mati ditabrak mobil, pas ...." Kania mencoba mengingat-ingat rentetan kejadian yang sesuai dengan ramalan dari situs langganannya itu.

Tapi Mama memotongnya. "Dan hari ini bakal ketemu jodoh?"

Kania mengangguk antusias sambil tersenyum lebar.

"Yakin?" Mama melayangkan tatapan sangsi sambil menahan tawa. Alisnya setengah terangkat.

"Kita lihat aja nanti." Kania mengantongi ponselnya sambil memasang mimik penuh percaya diri. "Duh, jadi nggak sabar menjalani hari ini."

"Nih." Sarah menyodorkan sepiring apel yang selesai dipotong.

"Astaga, Ma. Sepiring nasi goreng plus segelas susu kental apa belum cukup?" Kania meringis menatap piring itu.

"Kebanyakan ngayal juga butuh tenaga, kan?"

"Mama, ih." Tampang sewot Kania malah membuat Mama terkekeh.

Mr. BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang