21

3.2K 425 43
                                    

"Adek lo namanya Clarion?"

"Iya, kenapa?"

"Ada di bed observasi."

"Ada di IGD? Kenapa gak langsung ditindak?"

"Dalam keterangannya cuma dislokasi sendi. Gak tahu sih, gue juga belom liat."

Bilal yang sedang memberikan tindakan pada pasien, jadi terdiam.

"Lo bengong, pasien yang ini gak akan ketolong."

IGD sedang kena kutukan, pasien dengan berbagai kondisi berdatangan; sakit, kecelakaan, bahkan beberapa menit yang lalu ada yang begitu sampai, langsung dibawa mengikuti garis hitam karena meninggal dalam perjalanan.

Bilal cepat-cepat menyelesaikan tindakan pada pasien kecelakaan yang sedang dia dan seorang partner jaganya itu tangani, agar bisa segera mengunjungi pasien bernama 'Clarion' yang ada di area observasi.

.

"Dokter Farees, dapet panggilan dari ruang operasi darurat. Ada seorang anak korban kecelakaan yang butuh tindakan pengangkatan limpa. Dokter bedah yang menangani mau Dokter Farees jadi asistennya."

Bilal melirik ke bagian tirai-tirai tertutup di area observasi: tempat pasien-pasien yang masuk IGD dalam kondisi tidak begitu parah, mereka jadi pasien kategori zona hijau yang akan mendapat penanganan dokter setelah pasien di zona merah dan zona kuning selesai ditangani.

Bilal ingin melihat apakah Clarion yang dimaksud partner kerjanya tadi adalah adiknya, agak ragu saat mendengar diagnosisnya dislokasi sendi, makanya Bilal penasaran ingin menghampiri, tapi dia tentu paham pasien kecelakaan yang harus melakukan tindakan pengangkatan limpa tidak boleh ditunda--harus dilakukan sesegera mungkin, dokter bedah di ruang operasi darurat pasti sudah menunggunya.

-
-
Kurang lebih dua jam Bilal berada di ruang operasi darurat itu, melakukan operasi pengangkatan limpa yang rusak akibat kecelakaan pada seorang bocah malang.

Saat kembali ke IGD, seperti telah turun keajaiban--kutukan telah hilang, ruang IGD terasa lebih tenang, tidak se-ribut tadi yang disebabkan karena adanya kecelakaan kendaraan umum.

"Ada pasien atas nama Clarion?" tanya Bilal pada seorang perawat yang ada di tempat jaga.

"Oh, yang dislokasi pergelangan tangan itu, Dok?"

Bilal menggeleng. "Saya gak tahu, makanya saya nanya," katanya.

Perawat itu terkekeh malu.

"Coba saya lihat datanya," pinta Bilal.

Sebuah map diletakkan di atas meja. Bilal membukanya. Dari keterangan nama yang tertulis, jelas nama lengkap adiknya dan usianya juga usia adiknya. Tidak mungkin salah orang kalau begitu, Clarion yang dimaksud pasti adalah Iyong. Bilal melihat hasil observasi, laju napas, denyut jantung, dan segalanya normal, tidak ada keluhan yang menjurus ke masalah penyakitnya, memang hanya dislokasi sendi saja.

"Udah dibawa ke ruang inap?" tanya Bilal.

"Nggak, Dok, pasien pulang, baru aja."

"Oh, makasih," ucap Bilal.

Perempuan itu mengayunkan kepala sembari tersenyum.

Karena IGD sedang tenang, Bilal bisa menggunakan handphone untuk kepentingan pribadi. Dia menelepon nomor bundanya. Langsung diterima dan diawali dengan sapaan salam.

"Iyong ada di rumah, Bun?" tanya Bilal.

"Ada, Bang, tadi dianterin pulang sama orang di tempat magangnya, pergelangan tangannya keseleo, jatoh."

Just🌹StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang