Erlin datang ke ruang rawat inap Rion bersama si bayi. Setelah kontrol pada siang hari ini, Altair mampir menjenguk omnya.
Rion yang sedang lelah, letih, lesu, seketika menjadi powerfull.
"Keliat kek udah gede aja, perasaan kemaren masih kek bayi. Baru seminggu lho, cepet banget gedenya bayik."
"Aku, kan, pinter miminya, Om Iyong."
Erlin duduk di tepi ranjang dengan putra pertamanya di pangkuan, siang ini Altair tumben melek, memperlihatkan bola mata hitam legamnya, berkedip-kedip lucu.
"Udah bulet aja pipinya, ngalahin Jun. Jun makin gede, pipi buletnya jadi kempes."
"Pipi donatnya Om Jun, kan, pindah ke aku, Om Iyong," kata Erlin dengan suara lucu yang dibuat-buat.
"Om Jun... aneh banget dah si bocah dipanggil Om, mana ada Om manja," seru Rion, salah fokus pada panggilan adiknya yang diucap Sang Kakak.
"Eh, nggak tahu aja sekarang Jun udah jadi Om udah dewasa, gak dikit-dikit Bunda," ungkap Erlin.
"Emang harus gitu lah, malu, orang sekarang udah tinggi, masa masih manja. Lagi di mana sekarang anaknya? Sekolah, ya? Sombong banget dia kalo ada orang di rumah, jarang ke sini," cerocos Rion.
Erlin menarik sudut bibir.
"Kangen mah ngomong aja kali," ucapnya.
"Nggak, ngapain kangen ke Jun, kalo ke bayi ini gue kangen," elak Rion.
"Kalo kangen gendong dong," kata Erlin.
"Nggak ah, tadi gue abis diambil cairan perut, masih agak ngilu bekasnya."
Alis Erlin bergerak menyatu.
"Bilal gak bilang lo ada prosedur Paracentesis."
"Emangnya harus bilang ke elo?"
Erlin menghela napas nyaring.
"Semenjak gue lahiran, Bilal udah jarang laporan tentang kondisi lo. Padahalkan gak pa-pa, gue gak kena baby blues ini, daripada gini, gue jadi gak tahu apa-apa."
"Baby blues apaan dah?" tanya Rion.
Erlin menatap adiknya.
"Gangguan psikologis yang biasanya dialamin Ibu yang baru melahirkan, apalagi melahirkan anak pertama, selain karena perubahan hormon, kan, yang baru jadi Ibu harus adaptasi juga, kita jadi kurang tidur, rutinitas berubah, apalagi kalau bayinya rewel, untungnya Al gak rewel ya, Nak. Makanya, lo jangan do'ain Al rewel, Yong, stress tar gue."
"Itu, kan, titik serunya."
"Seru-seru! Apaan?!" sewot Erlin.
Rion terkekeh.
"Yok, rewel, Al, jangan anteng terus, keenakan emak lu," hasut Rion pada keponakannya yang hanya berkedip-kedip dan menggeliat tenang, tak ada pergerakkan lebih, memang kelewat anteng anaknya.
"Sssssttt." Erlin mendesis. "Eh, Om Iyong, mau liat gak, Al tadi sebelum ke rumah sakit photoshoot dulu lhoo," ucap Erlin teringat dengan niat utamanya berkunjung ke ruang rawat inap adiknya adalah untuk memperlihatkan kegemasan putranya.
Erlin mengambil ponsel dari dalam tas lalu membuka galeri. Kemudian memperlihatkan salah satu foto Altair yang menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just🌹Stories
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang si bengek apes 'Clarion--Iyong'.