Bab 32. Jangan pergi

34 3 0
                                    

Wanita yang dia sebut sebagai Avi itu, kini tersenyum ke arahnya, dengan senyuman yang sangat lebar.

"Avi... Ini kamu kan?" Tanya Elkanah dengan sedikit tidak percaya.

"Iyah, ini aku..." Balas Davina, dengan senyuman nya yang tidak luntur.

"Tapi, bukannya kamu nanti akan pulang bulan depan yah? Dan kenapa kamu ada disini malam-malam?" Tanya Elkanah, sembari memeluk Avi.

"Aku merindukanmu..." Lirihnya

"Aku juga merindukanmu, aku pulang awal karena ada yang ingin ku katakan padamu" balas Davina, posisi mereka masih saling berpelukan.

"Apa itu? Katakanlah..." Lirih Elkanah

"Aku pamit" ucap Davina, dengan senyuman nya yang akan pudar.

"Pa-pamit? Pamit kemana sayang?" Tanya Elkanah dengan gugup.

"Jaga diri mu baik-baik yah... Bye!" Setelah mengatakan hal itu, sosok Davina perlahan-lahan menghilang bagaimana di tiup angin dan terurai di bawah sinar bulan.

"Tidak... Tidak...! Jangan pergi" tangis Elkanah.

"AVI JANGAN PERGI!!"

Elkanah kini berteriak sekencang-kencangnya, dia sadar bahwa dia masih berada di atas kap mobilnya dengan posisi masih berbaring.

Kini Elkanah langsung saja bangun dan terduduk, dengan dadanya yang naik turun, karena dadanya terasa sesak.
Keringat bercucuran di dahinya walaupun suasana sedang dingin.

"Apa ini? Kenapa aku bermimpi seperti itu?" Gumam Elkanah yang masih menetralkan kesadarannya.

"Mimpi itu terasa sangat nyata" gumamnya lagi.

Elkanah memejamkan matanya erat-erat, sambil berdoa kepada Tuhan, semoga sang kekasih sedang baik-baik saja.

Elkanah melirik jam tangannya, dan sekarang sudah menunjukkan jam 24:30 baru masuk dini hari.

Elkanah tersenyum dengan seringai di wajahnya, "mampus Lo Hania... Lo pikir akan semudah itu buat dapetin gue?" Gumam Elkanah sambil tertawa jahat.

Dia tidak menyangka, perasaan dia baru saja memejamkan matanya pada jam 07:05 malam dan terbangun pada jam yang sudah lewat setengah malam.

"Baiklah... Saatnya pulang! Bodoh amatlah, kalo gue di hajar sama satu rumah... Yang penting gue nggak jadi tunangan sama tuh uler" ujar Elkanah, yang seolah-olah melupakan mimpinya yang tadi, kemudian dia memasuki mobilnya dan memutar arah hingga masuk ke area hutan.

"Nih hutan ngeri juga kalo malem-malem yah... Gue udah dua kali lewat sini tapi nggak terlalu memperhatikan, dan ini kali ketiga, dan kalo di liat-liat...."

"Ah El... Lo mikir apaan sih, nggak usah ngaco deh! Mana ada setan disini" ujar Elkanah, menepis pikirannya yang sudah menjalar kemana-mana.

"Tapi kok gue jadi merinding yah..."

Elkanah segera tancap gas mobilnya, agar bisa cepat-cepat keluar area hutan.

(●´⌓'●)

Jam sudah menunjukkan pukul 03:00 dini hari dan Elkanah kini telah sampai di mansion nya.

Karena gerbang depan terkunci, Elkanah segera menuju area belakang mansion dengan mobilnya, karena memang jaraknya sangat jauh, alias 600 meter dari gerbang depan.

Setelah tiba di area belakang mansion, Elkanah segera memandangi tembok tinggi yang ada di depannya ini, yang menghubungkan langsung dengan taman belakang mansion.

"Ok gass!"

Elkanah langsung saja memanjat tembok tersebut, dan ternyata dia sangat lihai dalam hal memanjat tembok.

ELKANAH NICHOLAS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang