Bagian 23

22 17 22
                                    

Bagian 23

"Maaf ya Ra... kemarin Bunda nggak sempet bilang sama kamu kalau jenguk Kak Anwar. Soalnya denger-denger kamu lagi ujian praktek, jadi Bunda nggak tega karena takut
kamu nyusul ujiannya sendiri." Ucap wanita cantik yang sudah berkepala empat, yang masih terlihat sangat muda tersebut.

Khaira tersenyum terhadap sosok yang selama ini ia sebut dengan julukan Bunda tersebut. Bunda dari seorang pria yang selama ini berada dihatinya, Abdul Basyid Al-Anwar.

"Iya Bunda Khaira faham kok, justeru Khaira yang harusnya minta maaf karena selama ini masih belum bisa ikut jenguk Kak Anwar padahalkan, Kahaira udah pernah janji."

Wanita yang memiliki nama lengkap Nisa Al-Anwar tersebut tersenyum manis sembari mengusap lembut pipi putih Khaira. "Oh iya, ada titipan dari Kakak, katanya dia minta maaf banget karena kayaknya tahun ini kalian belum bisa puasa, sekaligus shalat terawih bareng."

Khaira menerima sebuah paper bag berwarna cokelat sembari mengintip benda apakah yang terdapat pada wadah tersebut. "Jadi tahun ini, Kak Anwar beneran enggak pulang Bunda?" pasti Khaira setelah mengetahui bahwasannya ia mendapatkan satu set gamis beserta jilbabnya. Pria tersebut selalu mengingat tentang sesuatu apa yang selalu gadis tersebut sukai.

"Hati-hati ya Dek... jangan suka begadang, kalu ada apa-pa jangan sungkan-sungkan buat lapor sama Bunda, pintu rumah ini selalu terbuka buat kamu." Ucap Nisa setelah gadis
kecil itu berpamitan untuk pulang, dengan alasan belum menyelesaikan sebagian tugas yang harus ia kumpul esok hari.

Khaira menghampiri seseorang yang berdiri tegak didepan gerbang area rumahnya.

"Bapak kapan pulang?" tanya Khaira setelah berdiri tegap dihadapan seorang pria yang hanya mengenakan tsirt berwarna hitam, sekaligus celana berdahan dasar katun yang
bermodelkan pensil pada ujungnya.

"Bapak kapan pulang?" tanya Khaira setelah berdiri tegap dihadapan seorang pria yang hanya mengenakan tsirt berwarna hitam, sekaligus celana berdahan dasar katun yangbermodelkan pensil pada ujungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Barusan saya pulang dan langsung kesini, kamu habis darimana Ra, apa yang kamu
bawa?" tanya sosok tampan tersebut, dengan tangan yang masih setia terselip pada saku
celana hitam yang ia kenakan.

Khaira mengangkat paper bag yang sudah beberapa menit lalu berpindah tangan pada
dirinya. "Khaira barusan aja pulang dari rumah Bunda Nisa, Bundanya Kak Anwar, dan
beliau kasih ini. Katanya hadiah dari Kak Anwar, karena puasa tahun ini belum bisa pulang." Jelasnya begitu lesu dimata seseorang yang selalu memperhatikan sifat arogannya.

Abil mengambil alih benda tersebut. "Ada sesuatu yang terjadi? Kenapa dengan mood
hari ini, apakah pelajaran tadi pagi cukup membuat otak cerdasmu bekerja dengan cukup keras, coba kamu cerita. Saya akan mencoba untuk mendengarkannya sebelum pulang." Putus Guru BK tersebut.

Khaira menundukkan pandangan, memperhatikan satu buah kaki yang dengan sengaja ia gesekkan pada lantai hingga sedikit mengeluarkan bunyi. "Kemarin Khaira baca buku."

"Dulu... buku itu jadi salah satu benda favorit Khaira."

"Khaira selalu suka setiap ngulang kisah yang ada didalam buku tersebut."

"Khaira selalu rawat dan jaga indah buku itu."

"Tapi... lama kelamaan Khaira mulai bosan, karena enggak pernah nemu titik terang,
dan jalan keluar pada ceritanya."

"Lalu, kenapa kamu enggak baca sampai lembar terakhir? Kenpa kamu mudah bosan dengan hal yang dapat dibilang klise itu, Khaira. Bukankah, kisah indah akan selalu menjadi pemenangnya?" ujar Abil, mencoba untuk menggali lebih dalam kisah indah yang gadis tersebut bicarakan.

"Kisah indah memang akan selalu jadi pemenangnya Pak... tapi gimana kalau sebelum sampai pada lembar terakhir Khaira udah nemu sebuah kejanggalan?"

Khaira mencoba memberanikan diri untuk menatap sosok tinggi yang berada dihadapannya. "Semakin Khaira buka setiap lembar buku tersebut, ternyata bukan kisah
indah, melainkan sesuatu yang bisa buat Khaira terluka."

"Buku indah itu memang bagian benda terfavorit Khaira, tapi... karena keindahannya
juga, ternyata Khaira selalu mendapatkan luka dibalik setiap ceritanya. Lalu, apakah buku
yang Khaira juluki menggunakan kata Favorit tersebut layak untuk dipertahankan?"

"Khaira bolehkan, buang buku itu? Bolehkan, kalau Khaira coba baca kisah lain? Misalkan, novel indah, yang akan mendatangkan happy ending pada akhir kisahnya?"

Abil tersenyum teduh. "Siapa yang akan melarang kamu buat baca buku, atau kisah
baru Ra? Siapa yang berani buat ngelarang?"

"Enggak bakal ada yang berani larang kamu Ra... saya akan bantu kamu buat membaca semua kisah baru yang selama ini kamu harapkan."

"Bahkan, mulai saat ini, saya yang akan dampingi kamu secara langsung. Saya akan
dukung kamu buat mewujudkan segalanya. Saya berjanji Ra...." Yakin pria tersebut, menatap lekat manik sendu yang kini terdapat keraguan didalamnya.

Tapi... ini bukan tentang buku.


La Tahzan

La Tahzan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Palembang
Jum, 14 Juli 2023
22:23

KHAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang