02. first

15 1 0
                                    

"Al, bangun sayang" Afi mencium pipi Alan berkali-kali "pas kita pacaran dulu kamu bilang kalau kamu ga bakal susah di bangunin kan kalau dicium sama aku kan?"  Sebenernya kalau mengingat masa-masa pacaran mereka yang virtual itu Afi kesel sendiri, membangunkan Alan sampai puluhan kali call dan spam chat dia tidak bangun, kadang beralasan ga denger atau hal lain, yang paling parah adalah handphone laki-laki itu mati.

Tapi jujur Afi kasian dengan suaminya ini, saking lelahnya bekerja alarm nya yang nyaring itu kadang tidak bisa membangunkan Alan. Saat sleepcall yang bangun karena mendengar alarm itu bukannya Alan melainkan Afi. Keren bukan?

"5 menit lagi by"

"Ga ada 5 menit, aku siram pakai air kamu" ancam Afi kesel.

Menarik sang istri, Alan mencium Afi lembut "galak banget jadi bini, nyiumnya salah harusnya di bibir bukan di pipi" koreksi Alan.

"Bangun Al! Nanti telat" Afi berontak, Alan terkekeh.

"Mandiin aku ya?" Alan melepaskan Afi, ikut duduk di sebelah istrinya, cemberut karena Afi menggeleng "huuu pelit, aku males banget kerja sumpah" Alan mendengus kesal.

"Ga usah kerja, kita makan sekali sehari aja" jawab Afi simple.

"Kalau kamu ga makan seharian juga tahan, kalau aku ga kuat by" Afi tertawa mendengar pernyataan tersebut. Pasalnya Afi memang tahan tidak makan seharian.

"Ya udah berarti kamu harus kerja suamiku yang ganteng sedunia"

"Iya istriku yang cantik"

"Aku siapin baju kamu, kalau udah pake baju kebawah ya. Makan"

"Ga di pakein baju juga?"

Menghela nafas, Afi mengangguk"ya udah aku pakein, dasar bayi gede" Alan mencium kening Afi. Kesal kesal gitu, Afi padahal sangat senang bisa berguna untuk Alan. Menjadi istri Alan adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan untuk membalas semua kebaikan Alan selama ini.

"Ga usah by, aku bisa sendiri kok"

"Buruan mandi Al, ngomong terus" Afi mendorong Alan ke kamar mandi lalu menutup pintunya saat suaminya itu sudah di dalam. Afi turun ke bawah dulu, memanaskan motor dan menyiapkan sepatu Alan. Lalu dia ke atas lagi.

"Baju kamu yang mana?" Tanya Afi begitu Alan keluar dari kamar mandi.

Menuju lemari, Alan mengambil bajunya "buat hari ini aku pakai baju ini by" afi mengambil alih baju Alan dari tangan laki-laki itu, membuka kancing baju, memakaikan baju pada Alan, seperti ibu yang memakaikan baju anaknya sebelum berangkat ke sekolah.

"Aku bilang ga us--"

"Shutttt, ngomong terus. Buruan!! nanti telat" Alan diam, membiarkan Afi melakukan tugasnya. Sepertinya perempuan itu menikmati pekerjaan barunya, menjadi ibu rumah tangga.

"Sini rambutnya" Afi menyisir rambut Alan "gaboleh genit genit ke cewe yang kamu temuin di jalan ya?"

"Iya cantik" jawab Alan sambil menahan tawanya, astaga istri cantiknya ini sangat lucu.

"Pokoknya pandangan kamu harus lurus ke depan, perhatiin jalan. Gaboleh liat cewe cewe yang pakai tank top, celana pendek, baju kurang bahan dan lain-lain. Kamu harus inget kamu udah punya aku. Walaupun aku ga secantik mereka aku--"

"Kamu paling cantik dari siapapun di mata aku. Aku kan udah bilang, dulu waktu kita ga pernah ketemu, aku juga udah bilang hal sayang sama kan?" Afi terdiam.

"Aku cuma takut"

"Jangan inget papa kamu by, aku beda. Percaya ke Al ya sayang?" Afi menghela nafas. Ia selalu percaya Al, tapi entah kenapa rasa takut itu ada.

AlfiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora