2.2 Pengusiran Dari Eyden

203 65 7
                                    

Semua malaikat, terlebih Nathaniel, tersentak dengan keputusan Raphael. Membunuh malaikat lain adalah dosa terbesar bagi para penghuni Eyden, tetapi bagaimana mungkin ia harus menanggung hukuman yang lebih besar daripada yang diberikan pada Azrael? Bukankah seharusnya Azrael yang diturunkan ke bumi untuk menjalani hukuman itu?

"Ini tidak adil!" seru Nathaniel tidak terima. "Kenapa aku yang harus turun ke bumi? Azrael yang membunuh Aniela! Bukan aku!"

"Dan apa kau tidak berpikir dari mana semua masalah ini bermula?" tanya Raphael dengan tenang.

"Aniela yang jatuh cinta lebih dulu padaku," sahut Nathaniel angkuh sambil menaikkan dagunya. Matanya menatap sang ayah tanpa gentar. Ia merasa hukuman ini tidak adil, dan Nathaniel akan berjuang sekuat tenaga agar ayahnya mengganti hukumannya. Mungkin ia akan lebih bersedia hidup di neraka selamanya daripada turun ke dunia manusia.

Sudah ada banyak malaikat yang 'mengemban misi' untuk turun ke bumi, dan hingga saat ini, hanya sedikit sekali dari mereka yang kembali. Menjalankan tugas di dunia manusia terkenal sebagai tugas yang tersulit bagi malaikat. Hanya ada dua kemungkinan mereka tidak kembali ke Eyden. Satu, malaikat itu akhirnya mati karena tugasnya gagal. Dan yang kedua, ini yang terburuk, mereka harus menjalani kutukan itu selamanya di sana.

Menjadi manusia setengah malaikat yang terkutuk, dan tidak mendapatkan keistimewaan apapun selain umur panjang yang tidak pernah ada habisnya. Siapa yang akan tahan menjalani kehidupan sendirian selama ribuan tahun, di mana orang-orang yang pernah dikenalnya mati satu per satu?

Nathaniel bergidik saat dirinya membayangkan akan menjalani itu. Hidup sendirian di bumi yang asing. Tidak menua, sendirian, dan tidak akan pernah mati.

Raphael tersenyum, sementara bisik-bisik terdengar di sekitar mereka. Telinga malaikat sangat peka, sehingga semua yang ada di sana bisa mendengar apa yang sedang dibisikkan, bahkan meskipun suara itu terdengar tumpang tindih. Dan hampir semua malaikat itu mencibir tentang kesombongan Nathaniel, juga rasa bersalahnya yang tidak terlihat sama sekali.

"Kau menggodanya dengan pesonamu," sahut Raphael tenang. "Kau sudah tahu kelebihan yang kau miliki, dan kau menggunakannya untuk tujuan yang tidak baik. Seharusnya sudah sejak lama aku menghukummu, Nak."

"Mereka sendiri yang tidak kebal oleh pesonaku!" Nathaniel masih tidak ingin mengalah. "Semua malaikat di sini tahu aku seperti apa, dan mereka masih jatuh cinta padaku. Bukan salahku jika itu terjadi."

Keangkuhan dan kesombongan adalah sifat yang buruk. Tidak hanya bagi manusia, tetapi juga para malaikat. Rasa angkuh membuatmu merasa yang paling tinggi, paling benar, dan paling hebat. Sementara kesombongan membuatmu tidak pernah melihat kelebihan yang lain, dan selalu merasa tidak ada yang bisa mengalahkanmu dalam hal apapun.

"Saat memberikan wajah yang paling tampan padamu, Ayah berharap kau akan memiliki kebaikan hati yang serupa dengan keindahan wajahmu. Ayah berharap, kau akan menjadi malaikat yang selalu menghibur hati yang sedang bersedih, karena sesuai namamu, kau adalah anugerah."

"Dan sekarang ayah menyalahkanku karena semua itu? Aku tidak pernah minta untuk dilahirkan seperti ini."

Hati Nathaniel tidak pernah diliputi oleh rasa bersalah, jadi wajar ia menjadi yang paling sombong di sana.

"Ayah tidak menyalahkanmu," jawab Raphael dengan sabar. "Kau memang pantas menjadi yang paling tampan di sini, tetapi sayangnya, itu tetap tidak akan menggoyahkan keputusanku, Nak. Kau harus tetap turun ke bumi dan menjalani hukumanmu di sana."

Mata Nathaniel melotot. "Ini tidak adil!"

"Ya, ini yang paling adil," sahut Raphael bijak. "Kau akan menjadi manusia setengah malaikat selama tiga ratus tahun. Kau akan hidup dengan rasa bersalahmu pada Aniela hingga kau menyadari bahwa kesombonganmu itu adalah dosa yang sangat besar. Dan satu lagi, kau akan membantu manusia untuk menemukan cinta mereka."

Nathaniel mengerucutkan bibir seraya mengepalkan tangan erat di samping tubuhnya. Sialan! Ia tidak suka tinggal di bumi. Dari Eyden, mereka bisa melihat apa yang terjadi di bumi, dan Nathaniel tidak pernah menyukai itu.

"Bagaimana jika aku tidak ingin membantu mereka?" tanya Nathaniel dengan senyum miring yang licik.

Raphael ikut tersenyum. "Kau tidak akan punya daya untuk menolak. Setiap ada yang membutuhkan bantuanmu, dengan kuasaku, kau akan ada di sana."

Rahang Nathaniel mengeras. Ini sama sekali tidak adil!

Ia menatap sang ibu, berharap wanita itu akan membantunya. Nathaniel tahu jika ibunya menyayangi dirinya lebih daripada Azrael. Namun, sayangnya kali ini, dari tatapan mata ibunya yang sendu, Nathaniel tahu jika wanita itu tidak akan menolongnya.

"Dan satu lagi, hanya para wanita yang akan kau tolong untuk tugas itu. Gadis-gadis yang perasaannya bertepuk sebelah tangan."

Bibir Nathaniel sedikit tersenyum. Wanita dan kesenangannya mematahkan hati mereka, akan menjadi kesenangan tersendiri bagi Nathaniel. Baiklah, mungkin, berada di bumi tidak seburuk itu. Lagipula, itu hanya tiga ratus tahun.

"Tidak ada yang boleh jatuh cinta padamu," tambah Raphael lagi.

Senyum Nathaniel lenyap. Itu jelas tidak mungkin! Semua wanita selalu jatuh cinta padanya!

"Satu wanita yang berpaling perasaannya dan jatuh cinta padamu, berarti satu rasa bersalah lagi akan muncul di hatimu untuk Aniela. Kau akan menjalani hidupmu di bumi, dengan rasa bersalah itu hingga semua kesombongan dan rasa angkuh itu hilang darimu. Dan jika tiga ratus tahunmu tidak bisa menghasilkan kebaikan apapun dari tugas itu, kau akan tetap berada di bumi, dan berakhir menjadi manusia biasa selamanya."

The Cursed Angel (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt