11.2 Kegelisahan

160 65 11
                                    

Dia terlambat, batin Nathaniel muram saat matanya melirik waktu yang menunjukkan pukul tujuh malam lewat satu menit lima belas detik.

Ia sudah memiliki firasat bahwa gadis itu akan terlambat ketika waktu menunjuk pukul tujuh kurang lima menit, dan sekarang firasatnya terbukti benar.

Izzy sudah berjanji untuk datang tepat waktu, tetapi faktanya, gadis itu sama sekali tidak menepati janjinya. Seharusnya Izzy sudah berada di sini dua menit yang lalu. Seharusnya saat ini ia sudah bisa melihat wajah muram Izzy, dan bukannya wajah cemberut serta menegur yang Thomas layangkan padanya.

Hari ini, Thomas mendoktrinnya dengan berbagai hal tentang betapa salahnya hubungan antara manusia dan malaikat. Bahwa semua itu menyalahi aturan semesta, dan bahwa semua itu tidak sepadan dengan apa yang akan Nathaniel alami nantinya seandainya hal tersebut benar-benar terjadi.

Tentu saja Nathaniel menyangkalnya. Ia sama sekali tidak jatuh cinta pada Izzy. Nathaniel meyakinkan Thomas bahwa apa yang ia rasakan pada Izzy hanya rasa kasihan. Kasihan karena gadis itu tidak pernah mendapatkan apa yang diinginkan dan selalu dianggap rendah oleh Jenkins.

Nathaniel sangat tidak menyukai Jenkins dan berharap, satu saat nanti, pria itu akan termakan kesombongannya sendiri dan bertekuk lutut di bawah kaki Izzy. Ia benar-benar ingin membantu Izzy dan berharap misinya kali ini akan berhasil karena ia juga sudah tidak tahan hidup sebagai manusia biasa yang lemah seperti ini.

Namun, Thomas masih saja tidak percaya padanya dan selalu melayangkan tatapan curiga setiap kali Nathaniel melirik pintu atau ponselnya, yang sudah ia lakukan sejak lebih dari setengah jam yang lalu.

"Gadis itu benar-benar tidak bertanggung jawab!" geram Thomas dengan pandangan menusuk yang ditujukan pada Nathaniel.

Sejak awal, Thomas sudah menasehatinya bahwa pendekatan yang Nathaniel lakukan ini mungkin akan membuat gadis itu berbuat seenaknya. Walaupun Nathaniel berkata bahwa Izzy tidak mungkin seperti itu, Thomas sekarang terlihat sangat puas karena pendapat Nathaniel salah.

"Mungkin ada masalah. Aku akan meneleponnya."

"Tidak perlu, Sir!" sergah Thomas dengan ketus. "Jika Anda terlihat sangat menunggunya, itu hanya akan membuat gadis itu semakin berbuat seenaknya."

Nathaniel menghela napas. "Izzy tidak mungkin seperti itu. Aku yakin ada masalah mendesak yang harus diselesaikannya. Aku akan meneleponnya sekarang."

Sejak tadi, Nathaniel memang sudah berjuang untuk tidak meraih ponsel dan menghubungi Izzy. Namun, sekarang, ia tidak bisa menahan diri lagi. Izzy bukan orang yang tidak bertanggung jawab seperti yang Thomas katakan. Pasti ada hal lain, sesuatu yang mendesak, yang membuat Izzy seperti ini.

Kening Nathaniel berkerut saat tidak terdengar nada sambung dari ponsel Izzy. Ia mencoba lagi, dan menyadari bahwa Izzy memang mematikan ponselnya.

"Dia mematikan ponselnya kan?" tanya Thomas sambil tersenyum sinis. "Dia pasti tahu Anda begitu perhatian kepadanya dan memutuskan untuk membuat Anda kesal agar Anda memecatnya. Gadis seperti itu terlihat polos di luar, tetapi sangat berbahaya di dalamnya."

Di hari lain, atau dengan objek perdebatan yang lain, Nathaniel pasti akan mendebat apa yang Thomas katakan padanya. Akan tetapi, kali ini, tidak ada yang bisa Nathaniel katakan karena benaknya sibuk memikirkan hal lain.

Apa Izzy mengalami kesulitan di rumahnya? Kucingnya mati? Atau...gadis itu mengalami kecelakaan?

Nathaniel menggeleng. Itu tidak mungkin terjadi. Jika Izzy mengalami kecelakaan, gadis itu pasti akan dibawa kemari karena ini adalah rumah sakit terbesar di Lancaster. Dan jika, itu terjadi, Jenkins pasti sudah datang kemari untuk mengabarkan hal tersebut dengan senyuman menyebalkannya dan mengatakan akan mengganti perawat Nathaniel.

"Thomas pergilah ke UGD, dan lihat apakah ada kecelakaan hari ini."

Thomas mengerutkan keningnya. "Anda berpikir dia mengalami kecelakaan? Sir, dia tidak mungkin..."

"Pergi saja, Thomas!" serunya lantang hingga membuat pria tua itu sedikit terkesiap dan menunduk hormat sebelum pergi tanpa suara.

Ia kembali menghubungi Izzy, berharap gadis itu sudah menyalakan ponselnya sekarang, tetapi hasilnya sama saja. Hanya tersambung oleh kotak suara. Ke mana sebenarnya gadis itu pergi?

Apa mungkin Izzy memang kabur dari pekerjaannya? Apa Nathaniel semerepotkan itu hingga Izzy tidak tahan untuk merawatnya?

Tangan Nathaniel terangkat ke jantungnya yang mendadak nyeri ketika memikirkan hal tersebut. Dari semua malaikat dan manusia yang pernah dekat atau mengenal dirinya, hanya Izzy yang bersikap seperti ini pada Nathaniel.

Gadis itu tidak menatapnya dengan pandangan memuja, gadis itu tidak merona malu saat Nathaniel tersenyum padanya, dan bahkan tertawa terbahak-bahak ketika Nathaniel berkata untuk tidak jatuh cinta padanya. Izzy berbeda, dan karenanya, Nathaniel merasa gelisah sekarang.

Izzy bisa pergi sesukanya karena gadis itu tidak memiliki perasaan apapun padanya. Izzy bisa berbuat apapun yang ia mau karena Nathaniel bukan orang yang berarti baginya. Dan lagi-lagi, itu membuat nyeri di jantungnya semakin terasa mengerikan.

Suara pintu yang terbuka, membuat Nathaniel mendongak dengan cepat, berharap itu Izzy. Namun, senyum yang sudah hampir mengembang itu kembali hilang karena yang masuk ke kamarnya bukanlah Izzy.

"Tidak ada kecelakaan apapun di bawah, Sir. UGD cukup sepi malam ini," lapor Thomas dengan suara masam.

Kelegaan sedikit Nathaniel rasakan karena setidaknya, mungkin saja, Izzy memang baik-baik saja.

"Kalau begitu..."

"Sir, waktu makan malam Anda sudah sangat lewat. Ijinkan saya menyuapi Anda untuk makan," potong Thomas, lagi-lagi, dengan masam.

Mata Nathaniel melirik makan malamnya yang sama sekali belum tersentuh sejak setengah jam yang lalu. Biasanya, Izzy akan menyuapinya untuk makan, dan Nathaniel sama sekali tidak mau Thomas menggantikan tugas gadis itu.

"Aku belum lapar."

Thomas berdecak. "Anda terlalu perhatian pada gadis itu! Sudah saya bilang ini tidak akan baik bagi kelangsungan hidup Anda. Ayah Anda tidak akan tinggal diam."

"Aku hanya sedang berusaha menyelesaikan misiku, Thomas! Aku tahu apa yang kulakukan, dan sebaiknya kau tidak ikut campur. Jika misi ini berhasil, aku akan..."

"Misi apa?"

Pertanyaan yang diucapkan dengan pelan itu membuat Nathaniel menoleh, dan mulutnya menganga lebar melihat malaikat tercantik berdiri di depan pintunya. 

The Cursed Angel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang