10.1 Hal Yang Tidak Boleh Lagi Diteruskan

189 62 5
                                    

"Ingat, kau harus kembali sebelum jam tujuh malam ini. Tidak boleh terlambat satu menit pun, dan akan lebih baik jika datang lebih cepat."

Izzy hampir memutar bola matanya, lagi!, ketika mendengar apa yang Sir Oxley ucapkan untuk, entah ke berapa kalinya itu sejak beberapa menit yang lalu.

Akhirnya, hari ini, Izzy akan memiliki waktu setengah hari untuk dirinya sendiri. Untuk mencintai dirinya seperti yang Sir Oxley katakan. Di kepalanya, sudah tersusun rapi apa yang akan dilakukannya hari ini. Dan daftar pertama adalah tidur di atas tempat tidurnya sendiri, yang sudah hampir satu minggu tidak ditempatinya.

"Saya akan mengingat itu, Sir. Bahkan, saya akan menyetel alarm di pukul enam untuk mengejar kereta dan pergi kemari," sahut Izzy dengan kepatuhan yang dibuat-buat.

Dalam hatinya, ia mencatat bahwa mungkin sebaiknya dirinya sedikit terlambat hari ini. Pria itu sudah mempekerjakannya tanpa bicara dulu dengannya, dan Izzy berhak memiliki waktu yang sedikit lebih banyak untuk dirinya sendiri. Lagipula, memangnya apa yang bisa Sir Oxley lakukan jika ia terlambat? Pria itu bahkan tidak bisa turun dari tempat tidurnya.

"Masukkan nomor ponselmu di ponselku," kata Sir Oxley kemudian sambil menelengkan kepala pada ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidur.

Izzy mendengar dengkusan pelan, dan menoleh menatap Thomas, sang pelayan pribadi, yang sudah kembali berwajah datar.

Pria itu, entah mengapa Izzy tahu, tidak menyukainya. Thomas selalu menatapnya dengan datar, kadang sinis, juga dingin, ketika pria itu datang dan melihatnya. Tampaknya, keputusan Sir Oxley untuk mempekerjakannya tidak mendapat persetujuan sang pelayan.

Yah, bukan hal aneh. Kepala pelayan yang berusia setua itu selalu bersikap seperti seorang ayah daripada pelayan. Ia pernah punya pelayan yang juga sangat dekat dengannya. Namun, ketika keluarganya bangkrut, semua pelayan diberhentikan dari pekerjaan mereka, termasuk Joseph, pria tua yang sudah seperti kakeknya itu.

"Iz, apa yang kau pikirkan?" tanya Sir Oxley menyela lamunan Izzy. "Aku hanya menyuruhmu memasukkan nomor ponselmu. Apa butuh waktu selama itu untuk berpikir?"

Kali ini Izzy benar-benar memutar bola matanya hingga Sir Oxley menatap tajam sambil merengut padanya, sebelum ia meraih ponsel pria itu dan memasukkan nomor pribadinya. Ia tidak pernah bertukar nomor ponsel dengan pasiennya, tetapi Sir Oxley selalu menjadi pengecualian untuk hal-hal yang tidakpernah ia lakukan.

"Sudah. Jadi saya bisa pergi sekarang kan?"

Sir Oxley mengangguk dengan enggan. "Jangan lupa kau..."

"Harus kembali sebelum pukul tujuh. Ya, saya akan mengingatnya, Sir!" serunya dengan agak terlalu lantang di ruangan yang sunyi itu.

Sir Oxley kembali merengut sebelum melambaikan tangan untuk menyuruhnya pergi. Izzy berbalik, meraih tasnya, dan melangkah riang menuju pintu sebelum pintu itu terbuka tiba-tiba, dengan Prince berdiri di baliknya. Kali ini tanpa dokter Champbell.

Kening pria itu berkerut saat melihat Izzy telah mengganti seragamnya dan menenteng tas ranselnya. Raut tidak suka terlihat jelas di wajahnya yang tampan.

Izzy menarik napas gugup dan menelan ludah dengan kelu. Prince selalu menatapnya seperti itu semenjak ia bukan lagi Isobel Winter yang kaya raya. Benar kan bahwa ketiadaan harta memang bisa mengubah perilaku seseorang padamu?

"Kau mau pergi?" tanyanya dengan nada yang jauh lebih tidak suka lagi.

Izzy mengangguk. "Saya..."

"Anda memecatnya?" Prince memandang melewatinya, pada Sir Oxley yang Izzy yakin masih menatap menunggu kepergiannya.

The Cursed Angel (TAMAT)Where stories live. Discover now