bagian 28

15 12 0
                                    

Tandai jika ada yang typo ya gaiyss!

Happy reading mantemann!!

Mata hitam milik laki-laki itu masih setia menatap lekat mata coklat milik Elmira, "Sono balik!" titah Elmira tetapi laki-laki itu malah tersenyum kearahnya, entah kenapa, mata gadis itu membuat nya candu bagi dirinya.

"Oke gue pulang dulu, jangan tidur malem malem," mengacak-acak gemas rambut Elmira.

Elmira membiarkan rambutnya yang sudah berantakan, Elmira sudah capek jika terus terusan bicara tetapi hanya angin lewat bagi laki-laki itu. "Iya lo juga, jangan ngebut ngendarain nya,"

"Cie mulai perhatian nih, kiw kiw," goda Rafajar sambil manaik turunkan alisnya yang tebal itu

"Nyesel gue bilang gitu sumpah," memutar bola matanya dengan malas dengan tangan yang bersedekap dada.

"Udahlah Ra, kalo udah suka sama gue tuh bilang aja, jangan gengsi gitu."

"Berisik deh!"

laki-laki itu terkekeh kecil kemudian tersenyum manis pada Elmira dan setelah puas memandangi wajah Elmira yang membuat pandangan darinya, laki-laki itu pun pergi berbarengan dengan Elmira yang masuk kedalam rumahnya.

Saat baru saja merebahkan tubuh di atas kasur kesayangannya, tiba-tiba handphone Elmira kembali bergetar untuk kesekian kalinya dan nama Raraa terpampang nyata di layar, terlihat sudah ada 7 panggilan dan beberapa bubble chat yang ia abaikan sejak tadi.

Raraa><

angkat telfon gue.

Saat membaca pesan dari Rafajar, ia menggeser tombol hijau ke atas.

"Halo."

Suara Rafajar langsung terdengar di seberang sana. Beberapa helaan nafas juga terdengar.

"Ra?"

Ulang Rafajar, karena sejak tadi Elmira memang tidak menyahut, hanya panggilan tersambung yang menandakan perempuan itu mendengar suaranya.

"Apa Rafajar?" tanya Elmira.

"Jangan lupa istirahat gue tau lo capek," ujar Rafajar yang terdengar jelas dari panggilan itu.

Elmira yang sedang mendengarkan nya tetap diam, ia mencerna baik baik ucapan Rafajar, perhatian kecil yang selalu membuatnya hanyut untuk berpikir bahwa Rafajar 'Mengistimewakannya'.

"Ra?" ucap nya sekali lagi.

"Iya lo juga."

"Good night tuan putri," lalu memutuskan sambungannya secara sepihak, Elmira tersenyum saat dua kata terakhir yang di ucapkan Rafajar.

***

Ujian sudah berakhir seminggu yang lalu, kini saatnya pembagian raport. Raport Elmira diambil dengan bapake sejak dari awal Elmira pembagian raport semester satu kelas 10.

Lisa tidak mau mengambil nya, bukan karna tidak peduli dengan Elmira, tetapi Lisa sering mengucapkan "Gua gamau ah, males kalo ketemu sama Bu Casyuni pasti di suruh bayar SPP mulu, emang gue gablek duit apa!" selalu saja yang di ucapkan seperti itu, saat menjelang pembagian raport.

Elmira tak henti-hentinya tersenyum dibalik masker yang di kenakan nya, karena Elmira sangat tidak percaya bahwa peringkatnya meningkat yang awalnya peringkat 7 menjadi angka 3.

Doa dan usaha yang dipelajari setiap materi yang dirinya lakukan tidak sia sia, walaupun tak seberapa tapi Elmira kepalang senang karena baru kali ini ia menginjak tiga besar. Elmira tak henti- hentinya membayangkan bagaimana saat ia menunjukan hasil rapot nya kepada orang di rumah, pasti pada senyum pikirnya.

Lamunannya buyar seketika saat Pai mengangkat suara. "Usahain Put buat dapet beasiswa," ucapnya sembari mengendarai moba.

Ucapan yang di keluarkan itu menjadi teringat bahwa mama juga ingin dirinya mendapatkan beasiswa di sekolah.

"Iya, Nti akan usahakan, bapak doain Nti yang bener makan nya, jangan kek mama yang kalau doain Nti jelek melulu, dia bilang sekolah Nti swasta mulu karena kebanyakan main, kan jadinya kejadian,"

"Emang sialan si mama mu itu, kalau bicara suka sembarangan!" jawab Pai dengan logat bataknya.

Setelah sampai di rumah, Elmira sengaja meletakan raport nya bareng dengan tumpukan rapot Radikta dan juga Arvin.

Mata Elmira memantau sambil bermain ponsel yang tengah di genggamnya, 3 menit, 5 menit, 10 menit raport Elmira tidak ada yang membuka atau bertanya sekalipun, palingan hanya tergeser beberapa senti saja. Elmira memutuskan untuk mengambil raportnya dengan kesal kemudian membuka sambil tertawa hambar.

Jarinya menekan-nekan dengan kesal tulisan angka tiga itu di dalam raport nya. "Ternyata lo gada artinya apa-apa bagi mereka yang selalu nyuruh gue untuk terus belajar, dan benar-benar harus seperti anak depan rumah."

Dirinya juga ingin di banggakan atau sekedar diberi ucapan selamat pada mereka. Tapi ini? Mereka seakan lupa pada Elmira yang juga pembagian raport.

"Lo nggak berguna buat mereka," berbicara sendiri dengan raport bersampul biru tua di tangannya. "Tapi gue bangga sama lo," tersenyum simpul lalu memasukan nya ke lemari buku, kemudian kembali ke tempat semula.

_MENTARI_

🗣️Jangan lupa tinggalkan jejak⭐ kalian, komen 💬dan share ➡️yang banyak biar authornya jadi semangat buat update teruss.

See you next part👇^^

TERIMA KASIH

MentariTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon