Bab 2

2.3K 118 0
                                    


"Kak Nico, emangnya Kak Queen gapapa kalo hari ini kak Nicolas batalin rencana kalian buat nemenin aku? " Tanya seorang gadis bertubuh pendek dengan kepang dua dikepalanya.

"Zaya bilang gapapa kok, kamu tenang aja dia itu paling ngertiin aku " Jawab Nicolas sembari mengacak pelan rambut Atika.

"Ish, nanti berantakan kak.. " kesal Tika.

"Gapapa, kamu lucu banget" Mereka berdua tertawa bersama di sebuah taman bunga dengan pepohonan yang rimbun.

Yang tak mereka sadari seorang gadis mengamati mereka berdua dari kejauhan  dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Shaka... " Lirih Zaya pelan dengan mata berkaca kaca, ia mengamati semuanya sedari tadi dibalik sebuah pohon besar.

Ia menghapus air matanya lalu pergi dari sana.

Sebelum langkahnya terlalu jauh, Seorang lelaki bertubuh tinggi tegap, dengan hoodie hitam menarik dirinya kedalam pelukanya.

Zaya mengamati wajah tampan lelaki itu, lalu menangis di pelukanya, Rasanya hangat, andaikan saja di depannya ini yang memeluknya adalah sahabatnya maka ia akan lebih bahagia lagi.

"Hiks.. Gue tetep gabisa milikin dia.... " Lirih Zaya, mengeratkan pelukanya menangis di dada bidang lelaki itu.

"Lo masih punya gue... " Gumam lelaki itu tak didengar siapapun termasuk Zaya. Ia mencintai Zaya, sampai kapanpun juga hanya Zaya yang ada dihatinya, sekalipun Zaya sendiri tak mengharapkanya.

___________

Bruk!!

Zaya jatuh dengan tidak elitnya dari ranjang Queen size miliknya , salah sendiri terlalu banyak tingkah saat sedang tidur.

"Akhh.. Anjirr.. Sakit.. " Zaya mencoba bangun dan rebahan kembali di ranjangnya.

"T_tadi itu mimpi kan? Tapi bukan gue yang ngalamin! Kayak nonton sinetron anjir! " monolog Zaya.

"Hmm, gue tau, mungkin itu salah satu potongan cerita Novel apalagi gue liat dengan jelas Zaya dipeluk ama cogan pas lagi nangis, terus lebih tampan lagi dibandingkan sahabatnya!!! Kyaaaaaaa... Kira kira siapa tu cowok ya?! Pacarnya kah?! " Zaya jingkrak jingkrak di ranjang, melupakan rasa sakitnya, efek mikirin cogan.

Ceklek!

"Queen, kamu sudah baikan? Apa masih ada yang sakit? Bilang sama kakek" Seorang lelaki tua dengan tampang tegas dan berwibawa masuk kedalam kamar Zaya.

Lantas Zaya langsung terduduk di ranjangnya.

"Hehe.. Kakek.. Zaya baik baik aja kok, udah baikan" Zaya tersenyum pada Kakeknya.

"Kalo mau Kakek batalkan saja rencana penerbangan kamu ke Indonesia hari ini, gimanapun kamu lagi dari rumah sakit" ujar Jendral Zhang dengan lembut pada cucu satu satunya.

"E_eh jangan kek.. Nanti Daddy marah... Kan udah dijadwalin hari ini aku pulangnya ke Indonesia, lagian juga udah beres beres tinggal nanti sore berangkat... " Jelas Zaya.

"Kamu tu jangan terlalu nurut sama pria  itu!! Biar kakek bicara sama dia! " Ucap Jendral Zhang dengan tegas.

Dia amat menyayangi Zaya sebenarnya bahkan lebih dari Daddynya sendiri bagaimanapun Zaya cucu satu satunya, juga dia adalah seorang perempuan.

memang dia akui kehebatan Cucunya ini yang melebihi dirinya sendiri, bahkan di usia muda sudah menjadi Queen mafia itupun tidak diketahui siapapun kecuali Zaya sendiri dan Jendral Zhang.

"Gausah kakek... Zaya cuma pengen cepet cepet balik ke  Indonesia.. Kangen Sahabat Zaya" Zaya harus bisa meyakinkan Kakeknya ini agar alur cerita berjalan semestinya, karena apa? Ia pun tak tau bagaimana Zaya bisa masuk rumah sakit, mungkin karena jiwa Azreya yang akan memasuki tubuhnya.

"Yasudah kalau begitu, kamu istirahat saja dulu, kakek tidak bisa antar kamu ke bandara karena ada rapat militer " Jendral Zhang memeluk Zaya, Zaya pun membalasnya dengan senang hati.

Dalam Hati jujur saja ia sangat bahagia di kehidupan ini meskipun dalam Novel ia punya seorang kakek yang sangat menyayanginya, jadi ia tak perlu mengharapkan kasih sayang dari orang lain lagi, kecuali orang itu dapat ia manfaatkan.

AZAXION (Transmigrasi Story) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora