5. Memikat

928 182 1
                                    

"Gue kesel deh Ra sama Naresh," ucap Riana pada Tiara yang tengah berbaring di sampingnya.

"Dan lebih kesel karena lo nggak bisa berbuat apa-apa sama dia." Tiara pun tertawa.

Riana tertawa kecut. "Jujur aja deh lo juga gedeg 'kan liat pergerakan dia?"

"Yaudah kalo kesel, sana ajak duel."

"Di di atas kita, jangan ngaco."

"Ya udah kalo sadar diri, kenapa ngurusin tingkah dia?"

"Gue cuma greget dia cuma main-mainin Nara doang, nggak bersyukur sama kekuatan yang dia punya."

"Udah, nyerah aja. Lo nggak mungkin bisa dapetin Nara. Lawan Cheryl aja nggak mungkin."

oOo

Nara terlihat fokus dengan tangannya yang menari-nari di atas kertas, menuliskan penyelesaian yang tengah dikerjakan oleh otaknya. Dia terlihat serius sebelum tersenyum begitu selesai melingkari angka jawaban.

"Wah ada hasilnya, serius Na, otak gue udah ngebul ngerjain ini tapi nggak dapet-dapet hasil. Pinter banget sih lo," puji Haris yang pada pagi ini meminta Nara untuk mengajarinya sebuah soal yang cukup sulit.

"Berlebihan lo."

"Beneran, sumpah."

"Nggak, masih banyak yang jauh lebih jago dari gue."

"Tapi di mata gue lo yang luar biasa sih. Sore ini lo free nggak? Pengen dong diajarin materi minggu kemarin soalnya gue belum ngerti."

"Nggak bisa!" ucap seseorang yang memecah atensi mereka berdua.

"Nara udah ada janji sama gue." Naresh, cowok yang tiba-tiba datang itu. Dia langsung menggenggam tangan Nara lalu membawanya bangkit dari kursi.

"Kapan kita bikin janji?" tanya Nara keheranan

Naresh tak menjawab, ia hanya menatap tajam Haris. "Nara punya gue, jangan sekali-sekali lo nyoba deketin dia lagi," ucap Naresh dengan dingin.

Haris terlihat mendengkus kecil sebelum bangkit dan meninggalkan tempat itu. Yang tidak Nara perhatikan, saat dia berlalu, matanya berkilat merah.

"Resh! Apa yang barusan lo lakuin?!" pekik Nara dengan nada marah.

"Harusnya gue yang tanya, ngapain deket cowok itu?"

"Dia nanya soal pelajaran, yakali nggak gue bantu. Dan jangan bilang kata milik, gue bukan milik lo."

"Milik gue," tegas Naresh. "Lo udah cium gue, gue udah peluk lo."

"Apa hubungannya?" Nara berjengit.

"Na, hati gue patah."

Nara memukul dada cowok itu dan mendesis kesal. Sementara Naresh sudah tertawa dan menggenggam tangan yang memberikan pukulan itu.

"Lain kali jangan gitu, kasian tau orang digituin."

"Biarin, siapa suruh deketin mil--"

"Gue milik gue sendiri," sela Nara.

"Oke, Nara yang katanya milik dirinya sendiri, mau makan siang di luar nggak?"

"Oh ... setelah ngatur-ngatur, sekarang mau nyombongin uangnya ya?"

"Nggak, cuma muak aja liat mereka yang berusaha deketin lo. Na, lo punya semacam feromon ya?"

"Dikira gue werewolf?"

"Pokoknya jangan terima mereka, jangan mau dideketin mereka."

Nara menyipitkan matanya.

"Nurut aja nggak sih," ucap Naresh seraya mengetuk-ngetuk kening Nara.

Bite Me [TAMAT]Where stories live. Discover now