6. Titik Lemah

1K 191 8
                                    

"Resh, di buku ini katanya ada vampir raga murni. Maksudnya apa?"

"Dia vampir hebat, yang punya kekuatan spesial dibanding vampir-vampir lainnya."

"Kekuatan kayak apa?"

"Pokoknya kekuatan yang vampir sendiri nganggap itu nggak masuk akal. Tau Aladin 'kan? Yang bisa terbang pake karpet. Nah, vampir pun nganggap raga murni kayak gitu."

"Lo bilang gitu seolah lo itu vampirnya."

"Tentu, dan gue bakal hisap habis darah lo."

"Ya-ya-ya," ucap Nara yang mirip ejekan.

"Gue serius."

Nara hanya menggeleng-geleng tidak peduli. Ia malah membuka buku catatannya laku menuliskan nama Cheryl Levanya.

oOo

"Jadi Rega bener-bener hilang?" tanya Naresh yang masih terlihat termenung.

"Iya. Ada yang bilang diberesin Kepsek gara-gara kasus bunuh Raya itu," jawab Rafly.

Naresh terdiam sejenak, terlihat bepikir.

"Eh, siapa barusan namanya?"

"Raya."

Kenapa nama Raya tidak ada dalam catatan Nara ya? Dari Keysha langsung ke Rega. Padahal saat kejadian Nara jelas melihatnya sendiri.

Naresh tertawa kecil. Ia harus segera menemui Nara dan mengejek sifat sok detektifnya. Bahwa Nara itu ceroboh. Dan lagi Naresh belum melihat Nara sedari tadi. Ke mana ya dia?

"Itu Nara 'kan?" ucap Rafly seraya menunjuk. Naresh pun mengikutinya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, senyum Naresh perlahan tersungging.

"Pucet banget, kayak yang baru diisep."

Naresh membelalak, dia bahkan secara refleks melakukan teleportasi begitu melihat tubuh Nara terhuyung.

"Naresh gila! Gue tau lo hebat tapi bukan berarti harus diumbar, gimana kalo manusia liat?" Rafly mengumpat. Dia melihat sekitar memastikan tidak ada saksi mata.

Sementara itu Nara terlihat memegang lengan Naresh dengan gemetar. "Makasih," ucapnya dengan suara yang lemah.

"Apa yang terjadi?" Semalam saat Naresh meninggalkan Nara, kondisinya tidak separah ini.

"Nggak tau, mungkin anemia gue makin parah ya?"

Naresh merapatkan gigi begitu mencium aroma vampir lain dalam tubuh Nara, ia memeriksa leher Nara lalu menemukan plester di sana.

"Ini kenapa?"

"Nggak tau, tapi berdarah dan sakit."

Naresh melepas plester itu, ia tertegun melihat luka yang nasih basah. Naresh memejamkan mata, menahan dirinya saat aroma manis itu menyeruak ke dalam penciumannya.

"Gue anterin ke kamar."

Tanpa basa-basi lagi Naresh membawa tubuh Nara ke dalam gendongan. Dia hendak melakukan teleportasi, tapi Rafly sudah melotot, memperingatkan jika sekarang banyak mata yang menatap. Naresh pun hanya mengandalkan larinya.

Naresh segera membuka kamar Nara lalu membaringkan tubuhnya pada ranjang. Dia meraih selimut lalu menutupkan pada tubuh Nara yang mulai gemetar.

"Resh, kalo guru tau lo di asrama cewek, lo bakal dihukum, gue nggak papa kok," ucap Nara dengan bibir pucatnya.

"Nggak, gue di sini," ucap Naresh seraya menggenggam tangan Nara. "Lo nggak bakal bisa jaga diri dari mereka."

"Mereka?"

Bite Me [TAMAT]Where stories live. Discover now